SPECIAL PART

7.2K 388 13
                                    

***

Beberapa tahun yang lalu aku pernah berpikir, betapa menyenangkannya hidup di luar negeri. Hidup bebas tanpa harus menghadapi sifat ingin tau orang lain. Hidup nyaman dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai. Hidup aman karena ada jaminan hukum dan jaminan sosial. Atau sederhananya bisa menikmati secangkir kopi sepulang kerja sembari menatap tata kota yang rapi tanpa suara klakson yang saling bersautan.

Sayangnya, realita yang terjadi tak semudah itu. Bukan berarti apa yang ku pikirkan sebelumnya salah. Tidak sama sekali, hanya saja hidup di negeri orang sedikit lebih challeging dari yang pernah ku bayangkan sebelumnya.

Jauh dari keluarga, jauh dari orang - orang terdekat. Keluar dari zona nyaman dan memulai semuanya dari nol. Tanpa bantuan siapapun, hanya ada kami berempat di sini. Hidup tenang di Deil, sebuah desa kecil yang ada di provinsi Gelderland, Belanda. Menjauh dari segala hiruk pikuk keramaian di Amsterdam. Sang ibu kota negara.

Berbicara tentang Deil, terhitung ini adalah tahun kedua kami menetap di sini dan dua tahun ini menjadi moment terbaik dalam hidupku. Selama di sini, aku jarang mengalami burnout. Aku benar - benar menikmati hidupku. Baik sebagai istri, sebagai ibu dari dua toddler yang sedang aktif - aktifnya. Bergerak kesana kemari seolah tidak pernah kehabisan energi. Ataupun sebagai diriku sendiri. Deandra Prasasti. Wanita berusia tiga puluh empat tahun yang menyukai keheningan.

Situasi yang sangat berbeda saat kami masih menetap di Amsterdam. Di mana aku beberapa kali mengalami burnout karena kesulitan beradaptasi dengan rutinitas baru. Kelelahan fisik ataupun mental membuatku hampir kehilangan kendali. Beruntung aku memiliki Arkan, sosok suami yang begitu pengertian. Dia yang membawa kami pindah kemari setelah sebelumnya kami menetap selama dua tahun di Amsterdam.

"Kenyamanan kamu dan anak - anak lah yang jadi perioritas aku sekarang, dan melihat bagaimana kamu begitu menikmati suasana di sini ketika berkunjung ke rumah Alex bikin aku mikir kenapa tidak kita pindah ke sini. Toh bukan masalah besar buat aku kalau harus menghabiskan satu jam perjalanan dari Deil ke Amsterdam." Adalah jawaban Arkan ketika aku menanyakan alasannya membawa kami pindah ke desa kecil ini.

Aku bersyukur, benar - benar bersyukur memiliki Arkan sebagai suami, sebagai kepala keluarga. He is beyond my expectation. Bagaimana pria itu memperlakukanku membuatku merasakan begitu di cintai. Bersama Arkan aku merasa aman walaupun kami hidup jauh dari keluarga. Dia benar - benar menepati janjinya. Janji yang di ucapkan kala kami mengikrarkan diri menjadi sepasang suami istri, dia buktikan melalui tindakan nyata.

Tidak peduli selarut apa dia menyelesaikan pekerjaannya, Arkan tidak pernah keberatan jika harus bangun pagi untuk menemani si kembar bermain di taman komplek ketika aku harus menyiapkan sarapan dan membersihkan diri. Dia juga tidak keberatan membacakan si kembar dongeng pengantar tidur meskipun dia baru pulang dari bekerja. Sementara aku bisa menyelesaikan pekerjaan rumah yang tersisa. Kami benar - benar membagi tugas dengan baik.

Ketika aku bertanya kenapa dia mau melakukan itu semua di saat dia sudah lelah bekerja, di saat aku sendiri tidak pernah memintanya membantuku, dengan santai dia menjawab, "Anak - anak ada karena kita berdua yang mau, kita berdua yang mengusahakannya. Jadi sudah sewajarnya mereka jadi tanggung jawab kita berdua. Bukan cuma salah satu dari kita. Aku juga ingin memiliki bounding yang kuat dengan anak - anak. Jadi, meskipun waktu mereka lebih banyak sama kamu, aku ingin mereka punya kenangan yang berkualitas sama aku."

Saat itu, satu - satunya hal yang bisa kulakukan untuk mengungkapkan betapa bersyukurnya aku atas keberadaan Arkan di hidupku adalah menghujani wajahnya dengan kecupan - kecupan penuh sayang. Mungkin ini akan terdengar berlebihan, tapi rasanya kata saja tak cukup untuk mengambarkan betapa bahagianya aku saat itu. Selain itu, berbekal kursus sesat super kilat dari Natasha, aku memberikan pengalaman tak terlupakan dalam sesi bercinta kami. Bagaimana kami sama - sama saling mengeksplore untuk mencari puncak kenikmatan bersama. I did my best. Setidaknya malam itu, aku mengantongi begitu banyak kalimat compliment dari suamiku. And i proud of myself.

CURE | MOVE ON SERIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang