TIGA PULUH ENAM

12.9K 1.2K 28
                                    

belum sempat edit ya guys..

*** 

Tadinya ku pikir pesta pernikahan Eddy dan Tiff akan berlangsungsangat mewahdengan dihadiri ribuan tamu undangan, selayaknya pesta pernikahan dua anak konglomerat indonesiapada umumnya. Tapi yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Berdasar informasi yang kudapat dari Arkan, pestayangmengusung konsep vintage and glomour Ini hanya akan dihadiri tidak lebihtiga ratus tamu undangan. Membuat pernikahan merekaterkesan ekslusive dan private.

Mungkin kesan seperti itu yang ingin Eddy dan Tiff ciptakan di pesta pernikahan mereka, private and warm. Karena sejauh mata ku mengamati, tamu undangan yang sudah datang terlihat nyaman dan relaxe dengan teman satu meja mereka. Sesekali mereka terlihat bercengkrama satu sama lain, seolah sudah lama salingmengenal. Tidak seperti sekumpulan orang asing yang terjebak di tengah tengah acara, seperti yang sering ku lihat di acara pernikahan lainnya.

"Mikirin apa?"

Aku menoleh ke Arkan yang duduk di sampingku kemudian menggeleng pelan. "Masih nggak nyangka aja, dengan jaringan relasi yang mereka punya. Ku pikir mereka bakal ngundang ribuan orang kayak artis – artis ibukota."

Arkan menggeleng, terkekeh pelan. "Jangan salah. Mereka bakal mengadakan tiga kali resepsi di kota yang berbeda. Di Jakarta untuk kerabat dan teman dekat kedua mempelai, di Surabaya untuk rekan bisnis orang tua mereka sama di Bali untuk temandan rekan bisnis Eddy sama Tiff."

Mataku melotot, tidak percaya. "Seriously?"

Arkan mengangguk.

"Unbelieveable."

Pandanganku kemudian mengedar ke sekeliling ruangan, menatap seisi ballroom yang sudah di sulap sedemikian rupa. Kemudian aku bergidig ngeri membayangkan jumlah nominal yang harus di gelontorkan untuk mengadakan tiga pesta pernikahan di kota yang berbeda jika mengunakan konsep yang sama. Aku yakin setidaknya akan memakan biaya lebih dari lima ratus jutahanya untuk acara resepsi.

"Ntar kalau kita nikah aku pengennya konsep casual santai, kaya garden party gitu. Jangan yang kaya gini ya? Aku nggak terlalu suka," kayaku kemudian melanjutkan, "Syukur – syukur nggak perlu ada resepsi. Aku lebih seneng lagi."

Arkan tidak langsung menjawab. Pria itu menatapku dengan sorot mata yangsulit untuk di artikan.

"Kamu nggak setuju ya?"

Dia menggeleng pelan, tangannya meraih jemariku dan menggengamnya erat. "Nope, anything for you, sayang.Apapun yang kamu mau pasti akan aku turuti."

Aku tersenyum tipis. "Thank you. Aku pikir kamu nggak setuju."

"Selama sama kamu, aku pasti setuju," katanya, mencium punggung tanganku yang ada di genggamannya. "Tapi kenapa kamu kurang suka sama konsep yang kaya gini? Bukannya cewek – cewek lebih suka dengan konsep glamour kaya gini?"

Aku menghela napas panjang kemudian mengalihkan pandanganku ke sekeliling. "Terlalu mewah. Aku nggak mau membuat keluargaku merasa semakin kecil." Aku kembali menatap Arkan. "We share our joy, jadi aku mau semua orang yang datang ke nikahan kita juga harus merasa bahagia."

Arkan tersenyum, jemarinya yang berada di tanganku berpindah ke pipi, mengusapnya dengan lembut. "I will make it happen, Deandra. Aku akan pastikan semua orang yang datang ke pernikahan kita nanti, merasakan kebahagian yang sama dengan yang kita rasakan. As your wish."

"Dan egois nggak kalau aku berharap kamu bersabar nungguin aku sampai aku siap?"

"Selama kamu nggak nyerah dan nyuruh aku pergi, aku akan nunggu sampai kamu siap," kata Arkan dengan seulas senyum hangat di bibirnya. Semoga pilihanku untuk sedikit mempercayakan hatiku pada Arkan bukanlah keputusan yang salah.

CURE | MOVE ON SERIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang