Chapter 04.

737 146 3
                                        

Chapter 04 – Kekacauan lainnya.

Headmaster Room.

"Tau apa kesalahan yang telah kamu lakukan? Ini adalah kasus pertama setelah 8 tahun terakhir ada kasus yang sama seperti ini, Zee," napas Mr. Christoper memberat sekali itu, pandangannya mengarah tajam menuju siswa laki – laki yang tepat berada di hadapannya.

"Saya tidak tahu persis apa yang sebenarnya kamu lakukan, tapi yang jelas tindakan kamu itu adalah kriminalitas. Lalu bagaimana jika orang tua Dewa menuntut sekolah karena masalah ini? Kamu mau tanggung jawab? Reputasi sekolah ini akan hancur. Kamu tau itu kan, Zee?"

Mendengarkan banyak kalimat yang terlontar mulus dari mulut kepala sekolah membuat kepala Zee rasanya hampir meledak. Belum lagi tentang bentakan yang tersirat dalam kalimat si kepala sekolah, sialan Zee terjebak dalam situasi yang rumit.

Otaknya berputar sekali menuju pada perkataan Evan pagi tadi yang sepertinya hanya kalimat penenang untuknya. Karena kenyataannya hari ini dia tidak baik – baik saja. Sudah hampir satu jam, Zee tertahan di dalam ruangan ini dan harus mendengarkan ocehan dari kepala sekolah itu.

"ARZEE KELANA MAHESSA, KAMU SEBENARNYA DENGERIN SAYA TIDAK. INI MASALAH SERIUS, JANGAN MAIN – MAIN KAMU!!"

Emosi kepala sekolah itu sudah berada di batasnya, sementara Zee.., masih belum mau untuk mengeluarkan suara. Laki – laki itu masih menimang – nimang perkataan apa yang harus dia keluarkan agar tidak menambah masalah lainnya.

"Saya mendengarkan semua perkataan anda. Sekarang apa yang anda pikirkan, Reputasi sekolah? Jika benar itu, maka anda tidak perlu khawatir memikirkan masalah itu. Reputasi sekolah saya jamin aman. Untuk masalah kekacauan kemarin, saya akan tanggung jawab semua."

Satu kalimat panjang yang akhirnya keluar dari mulut Zee secara lantang dan tegas. Laki – laki itu kemudian segera mendorong kursi tempat duduknya ke belakang. "Jika sudah tidak ada yang ingin anda bicarakan lagi, saya izin untuk kembali ke kelas. Permisi, maaf telah membuat keributan di lingkungan sekolah ini."

Mr. Christoper hanya dapat mematung dan kehabisan kata – katanya. Dia melihat remaja laki – laki itu melangkah pergi dari ruangan ini dengan santainya. Murid yang luar biasa.

Setelah menutup pintu ruang kepala sekolah dengan rapat, Zee segera menghela napasnya panjang. Dia terlalu capek untuk mendengarkan kalimat Mr. Christoper tadi.

Detik selanjutnya, Zee meraih ponsel dari saku celananya. Kemudian bergerak untuk mengirimkan sebuah pesan untuk pembantunya, ralat saudaranya yaitu Evan—

begini kira – kira isinya; "Sialan, semua omongan lo tadi pagi hanya untuk menenangkan gue kan. Lo bilang semuanya akan baik – baik aja, tapi apa? Gue baru keluar dari ruang kepala sekolah setelah mendengarkan ocehan hampir satu jam. Kepala sekolah menyinggung tentang perkelahian Elios kemarin. Dia juga minta agar masalah ini di bereskan, jangan sampai citra sekolah rusak. Lo harusnya lebih tau tentang itu, kan? Tolong beresin semuanya."

Send.

.

Seperti yang seluruh siswa tahu, Bina Tara kini sedang di hebohkan dengan berita Dewa —siswa kelas 12 IPS 3— yang di temukan tergeletak di lantai satu dengan kondisi cukup mengenaskan. Kemudian berita itu semakin heboh dengan kesaksian dari dua siswi kelas 11 yang secara tidak sengaja memergoki Zee yang berada di dekat Dewa sebelum siswa itu jatuh ke lantai satu.

Akibat berita itu, kini Chika ikut di buat pusing. Bukan karena masalahnya, tapi karena seluruh orang di sekolah ini yang tidak berhenti membahas dan menciptakan teori konspirasi tentang masalah itu. Membosankan, seperti tidak ada topik lain untuk di bahas.

Distrub. (Tahap Revisi.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang