Matahari senja hari ini rasanya sangat indah.
Langkah kaki Zee telah berjalan untuk terus mengikutinya. Dengan semua yang telah terjadi hari ini, rasa – rasanya Zee hampir membuat keputusan untuk tidak kembali ke rumahnya hari ini.
Laki – laki itu terlalu takut untuk berurusan dengan Papanya. Otaknya telah membuat perkiraan pada banyak hal sekaligus. Tidak, itu keputusannya. Dia tidak ingin dirinya mendekam di rumah sakit atau dalam ruangan kosong di basement rumahnya.
Ini sudah hampir dua puluh menit sejak langkahnya yang pertama untuk meninggalkan sekolah. Dan sekarang Zee sedang berisitirahat di salah satu halte bus terdekat.
Ternyata Fisiknya tidak sekuat itu.
Di sela-sela istirahatnya, otaknya kembali berputar.., kali ini menanyakan kemana dia akan pergi dan sudah berapa jauh dirinya berjalan kaki?
Zee menggeleng sekali, dia hampir menyerah dan menghubungi Evan untuk kembali ke rumah, tapi—
Decit suara ban mobil yang bergesekan dengan aspal menganggu indera pendengarnya. Zee mendongak sekilas, sorot matanya langsung menemukan sebuah mobil sedan putih yang menepi di jalanan depan. Perasaannya tidak enak.
Zee akhirnya beranjak dari halte bus itu. Laki – laki itu melangkah cepat untuk menjauh dari tempat itu, satu hal yang berteriak di otaknya adalah.. itu orang suruhan Papa yang akan membawanya kembali ke rumah.
Dan, Zee tidak mau itu terjadi.
"Zee..., tunggu!!"
Suara itu.., Zee langsung menghentikan langkahnya. Otaknya sudah berputar untuk mengingat – ingat suara itu, dan sebuah bohlam telah bersinar di kepalanya, Zee mengenali suara tersebut. Laki – laki itu memutar tubuhnya perlahan dan sorot matanya menemukan seorang wanita paruh baya yang sedang berlari kecil menuju ke arahnya.
"Dokter Echa..?"
"Zee, dari mana kamu. Kenapa jam segini masih di sekitar sini?" tanya Dokter Echa pertama.
Laki – laki itu tidak menjawab pertanyaan itu. Satu hal yang membuat Dokter Echa mencurigainya, dan benar saja. Dokter Echa langsung menemukan sebuah luka bekas pukulan yang membekas di permukaan wajah Zee.
"Ini.., kamu berantem lagi, Zee?" Laki – laki itu hanya mengangguk pelan. Sementara jemari Dokter Echa hampir menyentuh luka pada wajah Zee. "Astaga kok bisa sih, Zee. Yaudah kalo gitu kamu ikut saya ke rumah, biar di obati dulu lukanya, Zee."
"Eh..?"
"Kenapa Zee?" tanya Dokter Echa.
Jeda.
Zee memerlukan beberapa saat untuk berpikir, tapi—
"Tidak perlu banyak berpikir. Hari sudah semakin sore dan matahari juga hampir tenggelam."
—tanpa aba - aba wanita paruh baya itu langsung menarik pergelangan tangan Zee menuju mobilnya.
Sekarang sudah di perjalanan menuju rumah Dokter Echa. Keduanya sedang terjebak dalam situasi canggung. Zee menghindari kontak mata dengan Dokter Echa, sedangkan Dokter Echa hanya fokus dengan jalanan depan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Distrub. (Tahap Revisi.)
Teen FictionSMA Bina Tara hari itu mendapat siswa baru. Arzee Kelana Mahessa. Siswa dengan predikat wanted bagi siswi - siswi seantero sekolah. Banyak dari mereka yang tergila - gila dengan laki - laki itu. Begitu hingga, salah seorang siswi justru terang - ter...