Accepted

549 14 0
                                    

'Fan' panggil Jean dari luar kamar gadis itu.

Fanya tak menghiraukan karena masih kesal dengan sahabatnya sehingga ia tetap melanjutkan kegiatannya dalam membaca buku pelajaran untuk mempersiapkan ujiannya.

'Fan, gue boleh masuk ga?' ucap Jean

'gak' jawab gadis itu sedikit memekik.

'yah telat' Jean sudah memutar knop pintu kamar Fanya dan bahkan sudah berhasil masuk ke kamar gadis itu.

Fanya menghentikan kegiataannya dalam membaca dengan menutup bukunya kasar dan segera menoleh untuk melihat ke arah Jean yang berada dibelakangnya.

'apa?' ketusnya begitu

'lo marah?' tanya Jean yang entah mengapa sudah berganti pakaian biasa, sepertinya dia memang sangat prepare sehingga sudah membawa ganti untuk tidur dirumah Fanya malam ini.

'gak, gue ngantuk. keluar sono' Fanya pergi ke kasurnya dan menarik selimutnya untuk menghindari percakapan dengan Jean.

'yaudah kalo marah' lelaki itu seolah biasa saja mengetahui Fanya marah padanya dan malah menurut saja untuk disuruh keluar dari kamar gadis itu.

'sumpah lo ngeselin banget Je!' pekik Fanya sambil menghentakan kakinya kesal diranjang.

'katanya marah' ujar Jean

'percuma gue marah juga, lo gabakalan ngerayu' jawab Fanya, sedangkan Jean hanya menghelakan nafas sambil duduk di tepi ranjang milik Fanya.

Tak lama Jean mengeluarkan ponselnya dan menunjukan layar terang itu kepada Fanya yang sedang membuang muka pada dirinya.

'bener yang ini bukan?' tanya Jean, yang membuat Fanya akhirnya menatap layar yang tengah disodorkan oleh lelaki itu.

Fanya menatap dengan fokus layar tersebut sambil membacanya beberapa kali.

'Je?!! lo lolos seleksi?!!' tanya Fanya memekik dengan raut wajah yang berubah menjadi excited.

'emang disitu tulisannya apa?' jawab lelaki itu.

tanpa basa basi Fanya langsung memeluk sahabatnya itu hingga membuat Jean sedikit terkejut dan agak kewalahan takut terjatuh jika tidak menahan tubuh Fanya dengan benar.

'Fan, g-gue ggab-isa nafas' Jean terbata saking eratnya Fanya memeluk dirinya.

'omg sorry sorry' Fanya kemudian melepas pelukannya sambil tetap tersenyum sangat lebar. Sedangkan Jean langsung mengambil nafas sebanyak banyaknya karena sempat kehabisan nafas sebentar.

'sorry gue terlalu happy lo akhirnya ikutan event nya!' ucap Fanya lagi.

'happy si happy tapi ga ngebahayain nyawa gue juga kali' protes Jean

'hehe' Fanya tersenyum malu sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

'lagian lo si kemarin bilangnya gamau eh tau tau udah dapet pengumuman lolos aja, kapan daftarnya coba?' lanjut Fanya

'tadi pagi' ucap Jean

'wuihhh, emang keren banget lo te o pe be ge te top banget!' ucap Fanya

'lebay lo' Jean sedikit mendorong jidat Fanya dengan telunjuknya baru kemudian berjalan menuju pintu keluar kamar gadis itu.

'besok kalo cari bahan buat foto gue ikutan yak Je!' pekik Fanya

'asal lo ga ngerepotin gue' jawab Jean

'tenang aja gue bakalan aman damai sentosa pokoknya ga akan ngerepotin lo sama sekali janjiii' jawab Fanya

'hm yaudah' jawab Jean sebelum menutup pintu kamar Fanya

'eeeh, emang tau kamarnya dimana?' tanya Fanya

'lo pikir gue nginep dirumah lo baru sekali? gue aja sampe afal rangkaian listrik rumah lo' jawab Jean

'hehe okeey, good night!' ucap Fanya

'ya, u too' Jean kemudian menutup pintu kamar Fanya dan pergi ke kamar tamu yang memang sudah disediakan dirumah Fanya.





Fanya terbangun tengah malam karena tubuhnya sedikit tergoyak akibat seseorang yang tengah menyelimuti tubuhnya sendiri dengan selimut.

sambil mengerjapkan matanya Fanya berusaha keras menfokuskan pandangannya untuk melihat dengan jelas

'ngapain?' tanya Fanya saat mengetahui bahwa Jean sudah merebahkan tubuhnya diranjang miliknya sambil berbalut selimut disamping gadis itu.

'mimpi buruk, nebeng bentar nanti gue pindah lagi' jawab Jean sambil memejamkan matanya.

Fanya tak ambil pusing, dirinya benar benar sangat mengantuk. Ia bahkan hanya berdehem menjawab ucapan Jean sambil mencari posisi nyaman untuk melanjutkan tidurnya.

Never Be The Same [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang