18. Sex in the Office

5.5K 65 12
                                    

Hola, happy reading and enjoy!

Chapter 18

Sex in the Office

Paginya Jack baru saja tiba di kantornya dan mendapati Romero sedang berbicara dengan atasannya. Pria itu terlihat sangat serius seperti biasanya. Ya, Jack belum pernah melihat Romero tersenyum sejak mereka saling mengenal selama lima bulan ini.

Romero bahkan bukan hanya sangat serius dan penuh perhitungan, pria itu juga selalu bersikap sinis padanya dan selalu menganggap semua tindakannya adalah kecerobohan sehingga seperti Romero memperlakukannya, Jack membalasnya dengan bersikap sama terhadap Romero dan perdebatan di antara mereka sudah tidak terhitung jumlahnya.

Semua orang di kantornya mengenal Romero, pria itu biasa datang dan pergi sesuka hatinya dikantornya karena Romero telah bekerja lebih lama darinya. Namun, kali ini Jack yakin jika kedatangan Romero kali ini bukan masalah pekerjaan. Romero datang untuknya karena saat tatapan mata mereka bertemu, ia seolah menyaksikan kemarahan di mata Romero.

"Selamat pagi, Bos," sapa Jack kepada atasannya dan atasannya hanya mengangguk. "Sayang sekali aku sudah minum kopi, Mr. Geraldo," kata Jack mengawali percakapannya dengan Romero yang menatapnya dengan sinis seraya melirik gelas kopi Starbucks yang dipegang Romero.

Romero menyambut ucapan Jack dengan senyum sinis. "Bagus kalau begitu, dan aku harap selera kopimu tidak sebagus seleraku."

Jack mengerti dengan apa yang dimaksud Romero. "Jadi, kau ke sini untuk mempermasalahkan kopi kemarin?"

"Ya. Kuharap kau tahu batasmu."

"Kau memiliki satu kopi di tanganmu, tetapi masih menginginkan kopi yang lain. Bukankah itu terlalu serakah, Mr. Geraldo?"

Romero menaikkan sebelah aslinya dan masih mempertahankan kesinisannya. "Aku adalah orang yang paling tahu tentang koipi itu."

Mungkin jika bukan di kantor, kedua orang itu akan berduel untuk memperebutkan seorang wanita. Sayangnya Jack tidak ingin menghancurkan harga dirinya hanya untuk seorang wanita.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya atasan Jack.

"Hanya membicarakan secangkir kopi, Bos." Atasan Jack menggeleng dan mengusir mereka dengan memberikan isyarat tangan dan Jack mengedikkan bahunya.

Jack meninggalkan ruangan diikuti Romero. Di ambang pintu ia berkata, "Kau tidak bisa berdiri di dua perahu Mr. Geraldo."

"Dan itu sama sekali bukan urusanmu."

"Well, yeah. Memang bukan urusanku. Tetapi, mengenai kopi yang kau maksud... aku serius kepadanya. Aku menyukai rasanya."

"Kau pernah mencicipinya?" tanya Romero dengan rahang yang terkatup rapat.

"Ya. Bagaimana mungkin aku melewatkannya, dia sendiri yang datang dan mengibas-ngibaskan ekornya seperti kucing meminta makan pada tuannya."

Rahang Romero semakin mengeras, matanya menyipit menatap Jack. "Jangan pernah kau menyamakannya dengan hewan peliharaan."

Jack terkekeh. "Kita lihat saja nanti."

***

"Kau belum memberitahu aku siapa pria seksi yang kemarin datang mencarimu," kata Linda seraya meletakkan sebuah berkas di meja Sheila. "Jason menyuruhmu mempelajari kasus ini."

Sheila mendengus. "Setidaknya kau biarkan aku duduk dulu."

Linda duduk di kursi seberang Sheila dan menyeringai. "Jadi, siapa Si Seksi itu?"

"Hanya teman SMA-ku."

"Hanya teman? Aku tidak percaya."

Sheila mengambil berkas yang baru saja diberikan Linda dan membukanya. "Dari pada menginterogasiku, lebih baik kau bekerja."

"Jadi, Romero atau Si Seksi yang sekarang sedang kau kencani?"

Sheila menatap Linda dengan tajam. "Jack hanya teman SMA-ku dan Romero hanya tetanggaku, oke?"

"Oh. Jadi, namanya Jack?" Linda terkekeh. "Kusarankan kau sebaiknya mengganti namamu menjadi Rose."

Sheila tersenyum seraya memutar bola matanya. "Dan dia akan berakhir dengan tenggelam? Kasihan sekali." 

"Dia rela tenggelam demi dirimu. Romantis, bukan?"

Sheila terkekeh membayangkan cosplay menjadi Jack dan Rose di film Titanic. Tiba-tiba terdengar suara telepon di meja Linda dan Linda menjawabnya melalui telepon pararel di meja Sheila.

"Dan seorang pria hari ini mencarimu lagi untuk memberikan kopi," kata Linda setelah meletakkan gagang telepon seraya berdiri.

"Ya Tuhan," erang Sheila.

"Kita lihat, siapa yang datang. Si Seksi atau Romero. Bagaimana jika bertaruh?"

------
------

"Jangan pikirkan itu."

Sheila mundur dan *%*@$ mengancingkan celananya lalu berlutut untuk memasangkan celana dalam Sheila kemudian ia bangkit dan berkata, "Malam ini, bagaimana jika kita makan di luar?"

Selengkapnya bisa dibaca di KARYA KARSA....
Terima kasih buat yang selalu mendukungku dan salam manis dari Cherry yang manis.
🍒🌸♥️😚🥰

SELINGKUH (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang