10. Pilih Kencan Satu Malam apa No Kiss?

5.5K 106 12
                                    

Happy reading and enjoy!

Chapter 10

Pilih Kencan Satu Malam apa No Kiss?

Setelah lima belas menit Jack selesai dengan panggilan teleponnya dan mendekati Sheila yang berdiri di depan meja panjang yang berisi hidangan dan berbagai macam minuman dari yang beralkohol dan tidak. 

"Sepertinya kau mulai bosan," kata Jack. 

Sheila tersenyum seraya menatap Cheryl yang sedang sibuk berfoto-foto dengan teman-temannya, begitu juga Elena yang sibuk dengan siaran langsung media sosialnya yang memiliki ratusan ribu pengikut. Pemandangan seperti itu sudah biasa terjadi sejak SMA dan anehnya Sheila tidak terganggu dengan kebiasaan Cheryl maupun Elena, apa pun yang dilakukan sahabatnya itu Sheila hanya menganggap hal biasa saja. 

"Jujur saja tidak, hanya saja mungkin sekarang aku tidak terlalu senang berada di tengah-tengah keramaian seperti ini." 

"Kalau begitu, kenapa kau pergi ke acara ini?" 

Sheila mendengus. "Aku akan diseret Cheryl dan Elena jika tidak datang. Ya Tuhan."  

Jack mengernyit. "Pertemanan kalian awet juga, ya?" 

"Ya. Di Chicago, selain teman dan pekerjaan aku tidak memiliki apa pun." 

"Orang tuamu?" 

"Orang tuaku bercerai dan mereka tinggal bersama keluarga baru mereka di luar negeri." 

"Itu sebabnya kau tidak berkencan sampai sekarang?" 

Sheila menghela napasnya dan tersenyum hambar. "Ucapan Cheryl tidak serius." 

"Jadi, kau memiliki kekasih?" 

"Tidak memiliki kekasih bukan berarti tidak pernah berkencan." 

"Kau lebih menyukai kencan satu malam?" tanya Jack seraya mengambil sebuah cawan berisi wine dan mengambil satu lagi untuk Sheila.

"Katakan saja begitu." ucap Sheila seraya menatap wine di dalam cawan di tangannya. "Sebenarnya aku tidak ingin menolak ini, tetapi aku harus menolaknya." 

"Kau tidak mengonsumsi alkohol?" 

"Ya. Pekerjaanku menuntutku agar tetap sadar dan membutuhkan konsentrasi." Selain itu Sheila juga tidak ingin bangun pagi dengan kepala berat. 

"Ternyata selain cantik dan cerdas, kau juga sangat menarik, Sheila." 

Sheila terkekeh dan meletakkan cawan di tangannya ke atas meja. "Terima kasih atas pujiannya." 

"My pleasure." Bibir Jack mengulas senyum tipis dan ia menyilangkan satu tangannya di depan dadanya. "Mau minum kopi? Maksudku tidak di sini tentu saja." 

Minum kopi bersama Jack sepertinya menyenangkan, Sheila membayangkan bagaimana cara pria itu mengangkat cangkir kopinya dengan lengan kemeja yang digulung hingga memperlihatkan otot lengannya. Oh, sial! Pikirannya benar-benar nakal hingga Sheila menelan ludah karenanya. 

Sheila berdehem pelan. "Apa di rumahmu ada mesin penyeduh kopi?" 

"Aku juga memiliki mesin penggiling kopi." 

Persetan dengan anggapan Jack terhadapnya, Sheila sudah memutuskan untuk tidak melewatkan kesempatannya mencicipi Jack alih-alih minum kopi di rumahnya.

"Baiklah, sudah diputuskan. Tentu saja jika kau tidak keberatan aku mengetahui tempat tinggalmu." 

Jack setuju dengan ucapan Sheila, ia menawarkan sikunya dan Sheila dengan senang hati menggamit lengan pria itu. Seketika Sheila merasakan betapa kerasnya lengan Jack di balik kemeja dan jas yang membalutnya hingga pikirannya tidak sabar lagi untuk menyaksikan Jack memperlihatkan otot-otot tangannya. Juga otot yang lain.

Di kondominium tempat tinggal Jack, tempat itu didesain seperti halnya kebanyakan pria. Warna-warna gelap dan pudar menjadi pilihan Jack, kecuali dinding yang berwarna putih. Hal yang paling menarik Sheila di sana adalah buku-buku yang di pajang di ruang keluarga, berjejer rapi sehingga Sheila merasa seperti sedang berada di perpustakaan. 

"Jadi, kau suka membaca buku, ya?" 

"Untuk mengisi waktu luang di rumah." 

"Kau Manarik juga, ya ternyata?" kata Sheila berpura-pura sembari membayangkan Jack membaca buku di musim panas, bertelanjang dada di atas sofa berbaring dan mengenakan kacamata bacanya. Ya Tuhan, pasti seksi sekali, pikirnya.

"Kurasa kau juga memiliki banyak koleksi buku juga di rumah mengingat saat SMA dulu kau murid yang sangat tekun belajar."

"Ya. Tapi, koleksi bukuku tidak sebanyak kau." Sheila berdehem seraya menjepitkan rambutnya ke belakang telinga. "Aku juga tidak menyangka tempat tinggalmu semewah ini."

"FBI memfasilitasinya," kata Jack seraya melepaskan jasnya dan menggantung di tempat yang disediakan. "Duduklah atau kau bisa melihat-lihat buku koleksiku, aku akan membuat kopi untuk kita."

Menyaksikan Jack menggiling kopi dan menyeduhnya lebih menarik dibandingkan melihat buku. Ia akan melihat-lihat buku lain kali jika masih ada kesempatan untuk datang lagi ke tempat itu, pikir Sheila. 

Sheila menjilat bibirnya. "Aku ingin melihat mesin penggiling kopimu, maksudku mungkin aku harus memilikinya di rumah." 

Jack mengangguk seraya menggulung lengan kemejanya ke atas dan menatap Sheila lalu berjalan mendekatinya. "Sheila, kurasa kita sama-sama cukup dewasa...." 

Sheila menatap mata Jack dan memajukan satu langkahnya mendekati Jack. "Jujur saja aku ke sini bukan karena kopi yang kau tawarkan." 

Jack tersenyum dan meraih dagu Sheila. "Apa ini kencan satu malam?" 

"Kau bisa memilihnya. Kencan satu malam lalu lupakan, atau tidak ada ciuman dan tempat tidur kemudian kita masih bisa berteman?" tanya Sheila.

Kelanjutan part ini ada di KARYA KARSA.
🍒🥰♥️🌸

SELINGKUH (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang