Sekian hari Yuvi yang berada di rumah sakit pun berangsur-angsur membaik. Kini ia diperbolehkan untuk pulang hari ini dan harus menjaga kondisinya agar tetap membaik. Setelah sampai di rumah, Yolanda mengantarkan sang anak ke dalam kamar dengan hati-hati. Bibi Minah pun terlihat ikut menemani di belakang majikannya itu.
"Akhirnya gue di rumah, mih besok Yuvi boleh sekolah kan?" tanyanya dengan senyum semringah.
"Belum boleh sayang, lagian juga kerjaanmu cuman malesan-malesan," tukasnya sembari terus berjalan.
Bibi Minah terkekeh pelan mendengar hal tersebut. Gadis itu pun menjadi sangat malu terhadap ibunya.
"Nah, sekarang kamu istirahat dulu. Nanti bibi Minah bawakan air hangat untuk kamu minum," ujarnya seraya meninggalkan sang anak yang harus beristirahat.
"Non, sekarang non itu udah besar. Gak semua hal harus dimain-mainkan. Usia non ini harus bisa lebih berkreatifitas dan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Non itu anak baik, kalo gitu, bibik permisi dulu non." Tegur bibi Minah tanpa melukai perasaan anak majikannya tersebut. Sembari menghelus pelan kepala Yuvi penuh dengan ksih sayang.
Hal itulah yang disukai dari bibi Minah, masukan dan nasehat untuk dirinya yang selama ini menjadi penopang kehidupannya. Jika kemungkinan wanita paruh baya itu tidak hidup bersamanya, Yuvi akan menjadi gadis liar yang memang tidak bisa dikendalikan. Beruntungnya ia tak terlalu terjerumus ke dalam hal-hal yang terlalu berisiko.
Yuvi merebahkan tubuhnya di atas kasur yang kini sudah menjadi warna hijau tua. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi setelah Yuvi meraih ponselnya. Kemudian diletaknya kembali di meja dekat dengan tempat tidurnya saat ini. Melihat ke atas langit-langit kemudian ia teringat pada masa itu.
...
Sepulang sekolah Yuvi langsung masuk ke kamar tanpa memedulikan bisingnya di lantai satu karena perdebatan kedua orang tuanya. Sejak dulu ia selalu melihat kedua orang tuanya berkelahi hingga dia duduk di bangku SMP saat ini. Sang kakak bernama Yuvin mencari sang adik yang sedang berada di kamar untuk mendengarkan musik dengan volume besar.
"Yuvi!" panggil Yuvin kakak kandung laki-lakinya.
Gadis kecil itu pun sontak loncat dari kasar untuk segera memeluk sang kakak.
"Ayah udah pergi, mama juga kakak suruh istirahat. Ayo kita jalan-jalan," ajaknya dengan penampilan yang kucel.
"Kakak kok kotor banget? Ini di pipi kakak kok lecet sih?" panik Yuvi sembari memeriksa luka di wajah sang kakak.
"Ah! Biasa, kakak habis balap liar terus jatuh." Jawabnya santai dengan tersenyum melihat kekhawatiran sang adik yang sangat menggemaskan.
"Kakak hebat, Yuvi juga udah kelahi di sekolah, Yuvi pukul temen cowok di kelas soalnya nyentuh badan Yuvi yang gak boleh," jelasnya dengan polos.
"Astaga adik kakak galak juga yah, tapi Yuvi gakpapa kan?" sambungnya seraya memegang kedua pundak saang adik.
"Tentu, jadi ayo kita jalan-jalan," sahutnya bersemangat.
"Ok adik kesayangannya kak Yuvin. Tapi kak Yuvin mandi dulu yah, gerah banget ni." Timpal Yuvin dengan wajah konyol di depan sang adik.
Yuvin pun menempati janjinya dan langsung pamit ke ibunya untuk membawa sang adik jalan-jalan. Yolanda tampak bersedih menyaksikan sang anak yang kurang begitu perhatian. Yuvin dan Yuvi pun pergi disebuah perbelanjaan untuk menghirup udara bebas.
"Kak, Yuvi mau main yang itu." Unjuk sang adik sembari menarik pergelangan tangan sang kakak.
Yuvin pun tersenyum dan menemani sang adik bermain dengan bebas. Setelah puas bermain Yuvin pun mengajak sang adik untuk mengisi perut karena sedari tadi keduanya belum makan sama sekali di rumah. Yuvin mengamati wajah Yuvi dengan sangat lekat dan sesekali tersenyum bahagia dan sedih. Perasaannya bercampur aduk seperti sebuah luka yang tertahan.
...
Mengingat semua kenangan itu membuat Yuvi meneteskan air matanya tanpa sadar, setelah itu ketukan pintu terdengar dari arah kamarnya.
TOK! TOK! TOK!
"Siapa?" tanggap Yuvi sembari menghapus air matanya dengan cepat.
"Ini bibik non. Ini bibik bawain air angetnya, jangan lupa diminum yah,"berujar bibi Minah sembari masuk ke dalam kamar Yuvi setelah membuka pintu.
"Iya bik, makasi," sahutnya dengan ramah.
"Kalo butuh sesuatu, non panggil aja bibik. Non Yuvi jangan banyak gerak dulu soalnya," pinta wanita itu dengan mengkhawatirkan kondisi anak dari majikannya.
"Baik bik." Balas yuvi dengan tangan digerakkannya ke udara.
Wanita itu pun keluar dari kamar tersebut sembari terus memikirkannya. Bibi Minah memang sangat begitu menyayangi Yuvi sudah seperti cucu sendiri. Jika beliau mengingat di masa lalu yang tak ada gambaran masa depan, jantungnya seakan tak berfungsi hanya untuk berdetak agar tetap hidup. Puluhan tahun ia melihat perkembangan kedua anak dari majikannya itu membuat dirinya tahu akan segala hal bentuk masa lalu mereka.
"Ya Allah... teruslah jaga mereka," gumam bibi Minah yang terbayang akan masa lalu.
Yuvi masih dalam posisi yang meniduri tubuhnya dengan bayang-bayang wajah sang kakak. "Kak Yuvin. Yuvi kangen." Air matanya terus mengalir tanpa ia cegah.
"Kakak adalah bintang yang selalu bersinar," tambahnya.
"Kakak selalu bilang, kalo bintang itu jatuh, tandanya dia lagi menerangi seluruh impian kita. Walaupun bintang itu jatuh, tapi dia gak akan memberi luka sama cahayanya sendiri," ucapnya yang semakin mengeluarkan air mata.
Yuvi terus menangis dengan terus menahan suaranya agar tidak adaa yang dengar.
Ketika bintang itu jatuh, maka bintang itu telah memberi cahaya bagi mereka yang terluka tanpa meninggalkan kesan yang nestapa baginya.
____________ BERSAMBUNG ___________
☠☠☠ !!!WARNING!!! ☠☠☠
🚫 UPDATE SETIAP HARI
🚫 NO PLAGIAT!!!
🚫 TYPO (KOREKSI)✔ JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK (FOLLOW/VOTE/COMMENT AND SHARE MY STORY)
☡ STAY TERUS!!!
☡ SEE YOU AGAIN!!!
☡ OPEN THE NEXT TO PART STORY💜 TERIMA KASIH ...
👑 BY : YUVI STAR QUEEN ART 👑
KAMU SEDANG MEMBACA
TOMBOY BAR-BAR || On Going 🎬
Fiksi Remaja☡ [[Time Publish : 01 Januari 2023 ]] ☡ [[Finishing Publish : ... ]] Ketika seorang senior seperti, Vino Zen yang memiliki paras tampan tanpa batas, sehingga dapat menembus cakrawala oleh fisik yang nyaris sempurna. Kepiawaiannya bermain bola basket...