I.

87 15 0
                                    

"Aku mencintaimu"

"Aku juga" Jawab si manis malu-malu, tersenyum manis, tanpa sadar menjadi daya tarik tersendiri dari dirinya.

"Kau ingin makan sesuatu? Haruskah kita ke restoran terlebih dahulu? Ingin apa? Hotpot? Atau sesuatu katakan saja padaku, sayang" Jawab lelaki dibalik kemudi dengan pandangan fokus ke jalanan, sesekali tersenyum kepada pujaan hatinya ketika menawarkan sesuatu.

"Huum... tiba-tiba aku ingin makan sushi, bolehkah?" Jawab si manis menatap kekasihnya penuh harap.

Pria bermata bulan sabit yang ditatap seperti itu hanya terkekeh gemas melihat kekasihnya, oh apa-apaan tatapan memelas bak anak kucing itu, dan jangan lupakan matanya yang bersinar seperti bintang di kegelapan malam.

"Boleh saja, bagaimana aku bisa menolak permintaan kekasih manisku ini?" Lantas mengelus sayang surai sinmanis.

Namun seketika perasaan panik menyerang pria tampan tersebut saat rem mobil yang mereka tumpangi tidak bisa berfungsi, "Tuhan, Kenapa tidak berfungsi?!" Ucapnya panik.

"J-jeno ada apa?" Tanya si manis takut takut.

"Sialan" Jeno mencoba menginjak rem. Memastikan bahwa rem nya bisa berfungsi, tapi nihil. Mobil mereka bahkan tidak berhenti.

"Sayang dengarkan aku, aku akan berusaha meminggirkan mobil ini, loncatlah ke tepi jalan saat hitungan ketiga, oke?" Ucap Jeno menenangkan Renjun.

"Apa maksudmu Jeno?! Lalu kau bagaimana?!"

"Jangan pedulikan aku Renjun! Pikirkan dirimu!"

"Jeno tidak!" Renjun tetap bersikeras menolak. Namun keputusan Jeno sudah bulat, ia tidak menghiraukannya, mereka berdua sedang dalam bahaya namun Jeno tetap mengutamakan keselamatan kekasihnya itu. Karna sungguh, Jeno berpikir bahwa lebih baik ia yang mati daripada hidup tanpa Renjun, "Satu"

"Lee Jeno, Kumohon!" Ketakutan semakin melanda Renjun, matanya berkaca-kaca. "Kau harus! Dua" Tukas Jeno.

"Tiga!"

Jeno membuka pintu lantas mendorong Renjun keluar, membuat lelaki manis itu terguling di jalanan

Setelah itu suara benturan keras disertai ledakan terdengar, bau gosong tercium, Renjun merasakan nyeri hebat di kepalanya. Dengan perlahan ia mencoba bangkit dan melihat kearah dimana mobil mereka melaju, netranya membelalak ketika melihat mobil itu terbakar setelah menabrak pembatas jalan di tikungan tajam.

"Jeno... tidak! Akh!" Ketika mencoba bangkit kepala Renjun bertambah sakit, dunia terasa berputar, tubuhnya luruh kembali dan pandangannya menjadi gelap, Renjun kehilangan kesadarannya sesaat setelah suara sirine polisi terdengar di telinganya.

••


Mengerjap perlahan Renjun membiasakan cahaya masuk ke netranya, aroma khas obat-obatan tercium di hidungnya, kepalanya masih terasa sakit. Dengan perlahan ia berusaha bangkit sebelum suara seseorang terdengar mencegahnya.

"Jangan bangun Renjun, kau perlu istirahat" Ucap seorang pria tampan membantu Renjun untuk kembali berbaring.

Renjun menoleh,mendapati Jaemin serta kekasihnya—Yuqi, "Jaemin... Aku dimana?" Ucapnya parau memegang kepalanya yang berdenyut nyeri, "Kau di Rumah sakit" Jawab pria yang bernama Jaemin tersebut.

"Sudah berapa lama aku terbaring disini?" Renjun berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya hingga membuatnya berakhir berada disini, namun susah sekali, "Kau tidak sadarkan diri selama satu minggu Renjun" Ucap Yuqi.

"Huh? kepalaku sakit sekali, aku kenapa?" Ucap Renjun menatap Jaemin.

"Kau kecelakaan, apakah kau ingat?"

CHANGED (NoRenMin) | On goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang