Syena melukis wajah seorang lelaki di atas kanvas, tangannya lihai bermain dengan kuas. Sesekali mengganti cat air dengan warna berbeda. Kejadian sore tadi membuatnya berpikir ulang terhadap dampak dan konsekuensi yang ia bawa sampai masa depan. Tentang Projek Joki Tugas, Me yang selama ini menemaninya tidak lagi membuatnya aman. Sejujurnya, keadaan itu tidak terjadi jika Syena bisa jujur, tapi menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang malah berakibat buruk. Syena tidak bermaksud untuk membuat Kevin mengulang semester depan. Itu sama sekali bukan niat dari dalam lubuk hatinya.
Ponsel Syena berdering di atas meja, ia mendesah karena harus turun dari atas kasur dengan posisi ternyaman. Syena melihat siapa yang meneleponnya malam-malam, ia gembira saat nama Bio muncul dari layar ponsel.
"Halo, Bio?" ucapnya senang.
"Halo, Syen? Kamu di rumah?" tanya lelaki di seberang.
"Ya, kenapa, Bi? Aku lagi ngelukis nih." Syena tersenyum saat menatap gambarnya, ia tengah melukis wajah Bio.
"Oh, terus kok WhatsApp aku nggak dibalas?" ucapnya dengan nada kesal.
"Ah, ya. Aku kelupaan. Tadi ponselku mati tiba-tiba, aku tau kalau kamu chat. Waktu aku mau balas malah low battery, maaf ya." Syena menggerakkan tangan, meyakinkan suaranya.
"Oke deh. Jadi pada intinya kita pacaran kan?" tanya Bio malu-malu.
"Hm, i..iya." Syena menahan tawa, ia memeluk bantal di sampingnya.
"Hahaha, iya sayang." Gelagar tawa itu menggema di kuping Syena.
"Eh, Bi. Berarti kamu kos dong di sana?" Syena memberikan cat air berwarna hitam pada rambut yang dilukisnya.
"Iya, sayang. Aku kos di sini. Syen, mungkin sebulan ini aku jarang komunikasi dulu ya. Mau konsentrasi penuh sama kerjaan di sini, tapi setiap harinya aku usahakan supaya tetap ada kabar dari kamu." Ada jeda pada kalimatnya.
"Iya, Bi. Nggak papa, di sini aku pasti jaga diri kok. Kamu tenang aja." Syena tersenyum mendengar kekhawatiran Bio.
"Terus kira-kira kamu mau cari kesibukan apa? Kamu yakin nggak mau kerja dulu? Atau mau punya usaha aja? Kemarin Mama aku tanya tentang kamu lho." Untuk pertama kalinya Syena mendengar tuntutan dari Bio yang menyuruhnya memutuskan satu pilihan. Entahlah, apakah pertanyaan itu hanya basa-basi atau membuatnya harus pantas bersanding bersama di masa depan. Syena tak menjawab, ia hanya ingin memfokuskan diri pada lukisan, ia yakin suatu saat keahliannya akan berkembang.
...
Keesokan harinya, Bio berangkat menaiki MRT atau Mass Rapid Transit dengan tujuan stasiun Blok A lalu berjalan kaki selama dua menit menuju Kejaksaan RI. Ia memandang gedung yang menjulang tinggi dan mendongak mencari tau sampai mana ujungnya. Bio bersama para peserta yang lolos memasuki gedung tersebut, mereka berjalan kaki dengan bangga menuju lokasi bertuliskan Badan Kejaksaan Republik Indonesia. Ada dua patung laki-laki dan perempuan tengah hormat, secara tak sadar ia mengikuti gerakan tersebut, menjajarkan satu tangan di samping kepala.
Bio tertawa senang sambil berjabat tangan pada rekan kerjanya yang baru. Mereka sama-sama mengenakan baju putih dan celana hitam yang sama persis saat proses tes CPNS berlangsung. Ia sudah tak sabar untuk menggunakan seragam cokelat yang amat dibangga-banggakan beberapa orang termasuk dirinya. Di sinilah Bio, berdiri tak menyangka bahwa dirinya sudah menjadi aparatur sipil negara yang artinya ia harus bersiap melayani masyarakat demi kelangsungan dan kepentingan negara.
...
Syena duduk di teras sambil mencatat beberapa impian yang sudah terkubur lama. Ia menuliskan konsep dan membuat kerangka apa-apa saja yang dibutuhkannya. Syena mengambil ponsel, ia sudah berjanji pada Bio untuk meninggalkan projek Joki Tugas, Me dan itu dilakukan saat Syena berhasil menonaktifkan akun instagram tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Joki Tugas, Me!
Teen Fiction"Selanjutnya, Mahasiswa Berprestasi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Program Studi Arsitektur 2022 diraih oleh Ananda Syenara dengan IPK 3,70 cumlaude," ucap Master of Ceremony di hadapan seluruh wisudawan. Syena mendapat ucapan selamat dari B...