Bab 9

1 0 0
                                    

Seperti janji Syena pada Kevin waktu itu, ia pergi menuju Universitas Airlangga tempatnya berkuliah dulu. Syena menaiki ojek ke kampus untuk bertemu lelaki itu, ia menggelengkan kepala saat panas matahari menyentuh kulitnya. Syena berhenti memandang tulisan Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan tepat di atas gedung. Di sisi bangunan itu ada spanduk dengan foto dirinya tengah membawa ijazah dan tersenyum manis menghadap kamera. Toga yang dipakainya membuat Syena makin berwibawa dan elegan. Ia menatap ponsel dan mengirimkan pesan untuk Kevin.

Saat mengedarkan pandangan, tata letak di sekitarnya tidak berubah, ia merasa déjà vu saat bersama teman-temannya dulu. Berjalan tergesa-gesa karena terlambat, keluar gedung karena dosen membatalkan jam kelas, juga saat dirinya menunggu Bio di area fakultas. Mendadak beberapa mata menatap ke arahnya, seakan mengingat-ingat di mana pernah bertemu. Segerombolan mahasiswi mendekat untuk memastikan.

"Wah, Kak Syena ya?" ucap seorang lelaki menjabat tangannya. Syena tersentak lalu mengikuti gerakannya.

"Eh, iya," Syena melihat beberapa mahasiswa itu sudah mengelilingi dirinya.

"Woaw, cantik banget ya dari pada yang di spanduk itu." Tangannya menunjuk spanduk di atas gedung.

"Eh, iya. Gila cantik banget. Kak sekarang kerja di mana?" tanya seorang perempuan. Semakin lama, orang-orang di sana mengerubungi dirinya sehingga tidak ada celah untuk Syena keluar dari kerumunan, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan berharap mereka pergi perlahan. Mahasiswa itu masih melayangkan banyak pertanyaan yang membuatnya pusing seketika. Kenapa banyak orang yang tiba-tiba mendadak mengenalnya.

Seorang laki-laki menyibak kerumunan dan menarik tangan Syena keluar. Gadis itu gelagapan menatap manusia yang menyelamatkannya. Keduanya berlari memasuki gedung untuk meninggalkan fans-fans Syena yang mendadak muncul untuk menanyakan tips bagaimana mendapat predikat terbaik. Sayangnya gerombolan itu mengejar keduanya, tangan Syena semakin digenggam erat dan mengarah pada gudang di bawah tangga. Mereka bersembunyi di sana, meringkuk di bawah meja-meja yang tak terpakai. Lelaki itu membuka penutup hoodie, Syena terbelalak melihat Kevin berhasil membantunya keluar.

"Ternyata lo bisa bikin gue repot juga," ucapnya sambil berbisik. Keduanya sudah tidak mendengar langkah kaki yang menghentak lantai. Syena mengabaikan ucapan Kevin, napasnya naik turun seperti roller coaster yang memicu keberanian. Keringat di dahi mengucur hingga telinga, ia mengambil tisu dan mengusapnya sampai kering. Setelah merasa tenang, Syena berdiri menatap Kevin.

"Aku sudah chat, tapi kenapa kamu nggak balas?" tanya Syena. Lelaki itu memalingkan muka.

"Sekarang kita langsung ke ruangan Pak Ardi." Kevin menarik tangan Syena dan berjalan lebih dulu mengawasi situasi. Jaga-jaga bila ada kejadian tak terduga menimpa keduanya. Syena tak menyangka kedatangannya kali ini menimbulkan kericuhan, semoga beritanya tidak menyebar sampai ke telinga dosen maupun rektor. Kevin memencet tombol lift menuju ruang program studi.

"Aku juga tau daerah ini." Syena melepas genggaman tangan Kevin dan menunduk. Ia tak terima Kevin dengan sengaja mengambil kesempatan. Syena tetap berjalan di belakang lantas menyuruh Kevin untuk mengetuk ruangan Pak Ardi.

"Masuk," jawab Pak Ardi sambil melirik ke kaca berbentuk kotak yang ada di pintu.

"Siang, Pak." Sapa Kevin lebih dulu. Pak Ardi menghentikan aktivitas lalu menatap Kevin seakan tak menghiraukan kedatangannya.

"Ada apa lagi, Vin?" Pak Ardi menandatangani berkas-berkas di meja.

"Ada yang harus saya bicarakan terkait desain arsitektur kemarin, Pak." Kevin memberanikan diri mengutarakan sesuatu.

"Kan saya sudah bilang kalau tidak ada ampun buat orang yang terdeteksi plagiasi, titik. Saya tidak suka!" Pak Ardi mengetuk-ketukkan pulpen pada kertas. Kevin menarik napas panjang lalu menoleh ke belakang. Pak Ardi mengikuti arah pandangnya.

Joki Tugas, Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang