Bab 12

1 0 0
                                    

Hari ini adalah hari terakhir berkuliah bagi mahasiswa Universitas Airlangga menjelang libur semester genap. Pagi ini Kevin mengenakan kemeja rapi tidak seperti biasa yang hanya memakai kaos lalu ditutupi jaket. Tepat di kelas Pak Ardi nanti, ia sekaligus mendengar bagaimana sang dosen menilai desainnya yang sudah dikumpulkan seminggu lalu. Relung hatinya berkata semoga sketsa miliknya diterima dengan baik sehingga ia bisa melanjutkan skripsi dan tak perlu mengulang semester depan.

Meskipun pengumuman itu belum terdengar di telinga, entah kenapa Kevin merasa senang. Apapun keadaannya, ia tetap menyunggingkan senyum hangat pada teman-teman yang lewat di depan matanya. Di kelas yang ia datangi, dirinya mengambil duduk paling depan lantas bermain ponsel. Kevin mengarah ke aplikasi WhatsApp dan mencari kontak Syena. Lelaki itu menekan foto profil Syena dan memandanginya lama. Senyum itu mengingatkannya saat dia pergi menemui gadis itu di ruangan Pak Ardi tahun lalu. Senyum yang masih sama membuat Kevin terenyuh. Ia berjanji akan mengabari gadis itu saat sang dosen telah memberitahukan kabar terkait desainnya.

"Siang anak-anak." Pak Ardi mengagetkan seluruh mahasiswa karena langkah kakinya tidak terdengar dari luar. Kevin mendongak lantas cepat-cepat menyembunyikan ponsel, peraturan melekat yang sudah disepakati bersama sejak Pak Ardi mengajar kelasnya.

"Siang, Pak." Kevin membenarkan kacamatanya, disusul dengan sahutan yang lain.

"Oke, sekarang materi arsitektur hanya ada tugas esai yang mana nanti saya berikan malam hari sekaligus menjadi pertemuan kita yang terakhir di semester enam. Saya harap di pertemuan-pertemuan selanjutnya kita tetap menjadi manusia yang berpegang teguh dengan prinsip jangan asal berjalan tapi tidak terukur oleh keahlian." Pak Ardi melirik Kevin sekilas lantas menaikkan alis.

"Oke, karena saya tidak punya waktu banyak dan akan menjadi dosen penguji skripsi. Sebelum saya meninggalkan kelas ini, ada yang harus saya sampaikan kepada seseorang." Pak Ardi mengambil satu kertas dari dalam tas.

"Kevin Abdi Sanjaya." Pak Ardi menyebutkan satu nama yang membuat jantungnya berdetak kencang. Lelaki itu tak tau harus berdiri untuk menghampirinya atau tetap di kursi.

"Vin, lo dipanggil nggak dengar? Maju dong!" Reno menyenggol lengan temannya yang nampak gemas melihat sikap Kevin diam saja.

"Apakah seseorang yang bernama Kevin Abdi Sanjaya tidak ada di kelas ini?" Sang dosen berteriak kembali sambil menahan tawa.

"Iya, saya, Pak." Kevin berdiri dan menghampiri Pak Ardi dengan takut-takut.

"Selamat, desain kamu sangat bagus sekali. Saya suka sama sketsa yang kamu buat dan juga bangunan yang ada di kertas itu mengingatkan saya dengan bangunan kota Roma. Apa inspirasi anda menggambar ini, Kevin?" tanya Pak Ardi sambil mengulurkan tangan. Kevin ragu-ragu menjabat tangan beliau, tapi bibirnya tertarik ke atas. Ia tertegun dengan perilaku Pak Ardi.

"Saya hanya menggambarnya dengan penuh kehati-hatian, bahkan tidak ada inspirasi yang melatarbelakangi saya dalam membuat desain ini." Kevin menunduk, menahan malu karena seluruh mata di belakang terpaku padanya.

"Saya tebak inspirasi anda adalah Syena. Kakak anda sendiri, sudahlah tidak usah jauh-jauh mencari apa dan bagaimana bangunan itu dibuat. Kau hanya ingin menyelesaikannya karena semangat Syena yang terus menyuruhmu melakukannya bukan?" Pak Ardi menepuk pundak Kevin berkali-kali, ia merasa bangga dengan Kevin.

"Hah? Syena?" bisik Reno pelan.

"Syena siapa nih. Ananda Syenara? Asisten dosen Pak Ardi dulu?" bisik mahasiswa yang lain.

"Iya, itu serius Kakaknya Kevin? Kok beda jauh," timpal yang lain.

"Mulai hari ini. Kamu tidak perlu mengulang mata kuliah di semester depan dan bisa melanjutkan pendaftaran skripsi mulai Minggu depan." Pak Ardi memberikan kertas itu lalu mengambil tas yang ia letakkan di meja. Riuh tepuk tangan memenuhi seantero kelas. Mereka ikut senang karena Kevin berhasil menyelesaikan masalah.

Joki Tugas, Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang