Bab 11

1 0 0
                                    

Kalender Syena memperlihatkan tanggal yang sudah ia lingkari dengan spidol berwarna merah. Tanggal kepulangan Bio nanti di bulan depan. Dua minggu lagi ia akan berjumpa dengan kekasihnya. Syena membungkus lukisan berukuran 70 x 70 cm pada kertas kado polos berwarna hijau army, warna kesukaan lelaki itu. Ia sudah membayangkan betapa senangnya wajah Bio saat mendapat hadiah dari Syena.

Syena tersenyum manis saat Bio mengirimkan foto tengah berdiri di depan gedung bersama teman-temannya. Seragam dinas berwarna cokelat tua itu membuatnya bangga hingga air mata menetes membasahi pipi. Kenapa ia rindu sekali dengan Bio. Sudah empat tahun lebih ia selalu berada di sampingnya dan kini mereka berpisah karena urusan pekerjaan. Ponselnya tiba-tiba berdering, Syena segera mengangkat voice call dari Bio.

"Halo, sayang?" Bio mengulas senyum saat wajah Syena muncul dari layar ponselnya.

"Halo, Bi." Syena melambaikan tangan, ia terlihat mengusap sisa air mata.

"Kamu nangis, Syen? Kenapa? Ada yang ganggu kamu?" Bio terlihat khawatir. Ia berada di kamar kos tengah meletakkan mi instan di atas meja.

"Nggak, aku cuma kangen sama kamu aja. Aku jarang banget angkat telepon kamu, maaf ya Bi." Syena berusaha tegar, tapi air matanya tetap mengucur deras.

"Nggak papa. Terus besok rencana mau ke mana?" tanya Bio, mulutnya penuh dengan makanan.

"Besok nggak ke mana-mana sih. Oh iya, kalau kamu datang aku mau kasih sesuatu buat kamu." Syena tersenyum manis sambil menunjukkan lukisan yang terbungkus rapi di sudut kamarnya.

"Apa itu? Lukisan buat aku?" Bio tertawa renyah sampai-sampai harus meminggirkan mangkuknya.

"Iya, lukisan buat kamu." Syena mengangguk pasti.

"Terus aku juga ada sesuatu yang mau aku bicarain sama kamu, tapi tunggu kamu datang aja ya." Syena menatap buku kecil di sampingnya. Di sana tertulis coretan-coretan yang sudah ia konsep.

"Iya, Sayang. Tentang projek kedua bukan?" tanya Bio memastikan.

"Iya, Bi. Semoga kamu setuju sama projek aku kali ini." Syena melipat bibir ke dalam. Keduanya tetap melanjutkan obrolan sampai larut malam dan sesekali bersenda gurau melampiaskan rasa kangen yang terobati.

Bio juga sudah memesan tiket kereta api untuk pulang, jadwal keberangkatannya di sore hari, sekitar dua jam untuk sampai rumahnya. Bio juga menceritakan bagaimana sulitnya menjadi aparatur sipil negara di awal-awal ia datang ke Kejaksaan RI. Syena cukup membayangkan dengan baik keadaan Bio. Apa pun yang terjadi gadis itu tetap memberikan dukungan pada kekasihnya.

...

Hari ini Kevin datang ke rumah Syena untuk menyelesaikan sebagian sketsa yang terakhir. Lelaki itu tak memberi kabar lebih dulu jika akan menemuinya Syena tersentak saat tiba-tiba mobil berhenti di depan rumah. Ia berlari dan mencari tau siapa gerangan. Betapa terkejutnya saat melihat Kevin sudah berdiri di samping pagar.

"Kevin? Kamu ada apa ke sini?" Syena terperangah melihat kedatangannya.

"Gue mau minta belajar tentang ornamen apa yang harus gue tambahin di bangunan ini." Kevin mengambil ipad dari dalam tas, sementara itu Nirina mengintip dari balik pintu dan memergoki keduanya.

"Siapa, Syen?" teriaknya sambil keluar menghampiri mereka.

"Oh, ini Kevin, Ma. Adik tingkat Syena di kampus waktu itu." Syena membalikkan badan, Kevin menyalami tangan Nirina santun.

"Oh, ayo masuk dulu, jangan berdiri di situ, nggak baik," ajak Nirina menyuruhnya duduk di kursi teras.

"Sebentar ya, Kevin." Syena menarik tangan sang Mama masuk ke dalam.

Joki Tugas, Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang