Jam istirahat tiba, Bio meluangkan waktu untuk menelepon Syena. Sudah hampir tiga minggu Bio berada di Kejaksaan RI. Ia tak lagi seperti dulu yang intens memberi kabar pada gadisnya. Lagi-lagi panggilannya tak diangkat oleh Syena.
"Sebenarnya lo lagi apa dan ke mana sih Syen, sampai-sampai lo nggak pernah bisa angkat telepon gue," gumamnya. Bio berjalan menuju kantin menghampiri kawan-kawannya yang sudah mendahului.
Tepat tanggal sembilan di bulan depan, Syena akan berulang tahun yang ke dua puluh tiga. Rencananya di hari libur ia akan menyempatkan waktu untuk bertemu dengan gadisnya. Bio sudah tak sabar menanti hari itu dan juga dirinya telah menyiapkan kado spesial untuk Syena.
...
Hari ini Kevin berpenampilan rapi, tidak seperti biasa yang membiarkan tampilannya acak-acakan bak preman. Ia mulai mendengarkan materi dengan antusias dan mencatat poin-poin penting di buku. Matanya tertuju pada layar monitor yang menampilkan gambar-gambar kerangka arsitektur. Sesekali bertanya pada dosen jika tak memahami materi. Semua mahasiswa menoleh bebarengan saat Kevin mengangkat satu tangan.
Kevin mendapat kabar bahwa ia dipanggil Pak Ardi ke ruangan. Kevin terdiam memikirkan apakah orang sepertinya memiliki kepentingan mendadak sehingga Pak Ardi memanggilnya tiba-tiba.
"Vin, lo kemarin sama Kak Syena ya?" tanya Reno di sebelah.
"Iya, lo punya hubungan sama Kak Syena?" Dimas ikut menimpali dan berdiri di hadapannya.
"Tapi nggak mungkin juga sih lo pacaran sama Kak Syena. Bak langit dan bumi yang berbeda arti, hahaha." Rendi juga nimbrung pada pembicaraan tersebut. Kevin tidak menjawab dan pergi menemui Pak Ardi di lantai tujuh.
Pak Ardi tengah mengetik sesuatu di komputer. Beliau benar-benar tak bisa diganggu hingga suara ketukan di pintu tak membuatnya mendengar dengan saksama. Kevin langsung membukanya tanpa izin dahulu.
"Pak, maaf. Saya kira nggak ada orang." Kevin masuk tanpa merasa bersalah.
"Kau ini main masuk-masuk saja. Nggak bisa ketuk pintu dulu?" Pak Ardi menatap Kevin dengan kilatan amarah.
"Saya sudah ketuk berulang kali tapi tidak ada jawaban. Saya kira Bapak pingsan di tempat." Kevin membungkuk, ia tetap memasang ekspresi santai.
"Duduk dulu!" perintahnya cepat.
"Jadi, ada apa, Pak?" tanyanya tak ingin membuang-buang waktu.
"Kau tentu tau apa yang membuatmu dipanggil hari ini." Pak Ardi bertopang dagu.
"Tidak tau, Pak." Kevin takut jika saja ia ketahuan berbohong bahwasanya bukan Adik dari Ananda Syenara.
"Yakin?" tanya sang dosen lagi. Kevin mengangguk pasti.
"Tentang desainmu waktu itu, saya sudah maafkan perbuatanmu. Tapi tolong jangan ulangi kembali." Pak Ardi melihat senyum mengembang dari bibir anak ajarnya.
"Desain baru atas usulan Kakakmu saya setujui dan tentang sketsa yang baru, saya mau kamu membuat desain tentang bangunan tua yang menafsirkan jaman penjajahan seperti konstruksi Belanda atau Jepang. Cukup berat, tapi banyak sekali referensi di internet jika kamu mau belajar," jelasnya panjang lebar.
"Oke, Pak. Akan saya usahakan. Waktunya satu bulan kan?" Kevin duduk dengan tegap dan bersiap dengan tugas barunya.
"Ya."
"Ya sudah kalau begitu saya pamit dulu ya, Pak. Terima kasih." Kevin berdiri bersiap keluar dari ruangan.
"Eh, sebentar. Salam buat Ananda Syenara ya." Pak Ardi tersenyum sambil melayangkan telunjuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Joki Tugas, Me!
Teen Fiction"Selanjutnya, Mahasiswa Berprestasi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Program Studi Arsitektur 2022 diraih oleh Ananda Syenara dengan IPK 3,70 cumlaude," ucap Master of Ceremony di hadapan seluruh wisudawan. Syena mendapat ucapan selamat dari B...