Now playing: Nobody Gets Me
"Ali? Itu Jendral bukan?" Si pemilik nama menoleh, Asta menunjuk ke arah lapangan dimana Jendral sedang bermain dengan seorang perempuan sambil menyesap kopi dinginnya di tangan.
Ini jam istirahat kedua, rata rata siswa milih makan siang di kantin, bukannya main bola ditengah lapangan dibawah panas terik matahari. Mayoritas pasti bakalan ngeluh karena kepanasan, tapi kayaknya nggak dengan pemuda Abimana itu, terlihat dari bagaimana raut wajahnya yang begitu menikmati permainan.
Asta melirik sedikit pada Ali, ada sedikit perasaan bersalah karena nggak seharusnya dia nunjukin itu ke Ali yang padahal sebenarnya Asta tahu banget dan bahkan lebih dari tahu hubungan keduanya gimana sampai saat ini.
Cio yang baru aja turun tangga pun ikut berhenti, dia jadi ikutan ngelirik Ali dan bergantian melirik Asta. Cowok pendek itu ngangguk singkat karena ngerti bahkan dari tatapan Asta yang tajemnya kaya omongan tetangga itu.
"Ali? Ayo katanya mau ke perpus? Yuda udah nungguin."
Ali terperanjat, namun setelah sadar ia malah ketawa. "Sorry sorry malah ngelamun, yuk." Dan berjalan mendahului Asta sama Cio yang udah senggol senggolan tangan bahkan si Cio hampir aja nyuksruk ke tanaman sangking kencengnya Asta ngedorong.
"Walah jancok nduwe mas kok nggateli." Runtuknya.
Sepanjang perjalanan Ali masih kepikiran, kenapa rasanya ganjel banget di dadanya. Dia sampe terus terusan ngusap ngusap dadanya sampai ditegur Yuda karena gak fokus sama diskusi.
Jadi mereka lagi diskusi buat tugas kelompok, disini Ali yang biasanya aktif banget ngomong sekarang jadi pasif. Ditanya cuma jawab seadanya, pas udah selesai dan Yuda nanyain dia kenapa lagi Ali diem doang.
Jelas Yuda khawatir calon pacarnya itu kenapa kenapa, jadilah dia pindah bangku biar bisa duduk sebelahan sama Ali yang tadinya duduk di depan jadi duduk di tengah.
Sampai jam pelajaran selesai, Ali dengan lesu ngeberesin buku buku. Yuda cuma natap dia dengan tatapan tanya, dia mikirin ide buat gimana caranya Ali gak lagi diem dan mau cerita ke dia.
"Ali?" Panggilnya Yuda hati hati.
Ali cuma noleh ke dia, gak ngejawab atau sekedar berdeham. Tapi Yuda ngerti, jadi dia gak keberatan soal itu.
"Ali suka matcha kan ya? Yuda ada cafe matcha baru di belakang sekolah, Ali mau ikut? Yuda traktir."
"IYA? AYO YUD! GUE MAU!"
Ali dengan wajah sumringah adalah obat bagi bahagia bagi Yuda. Jadi laki laki dengan jabatan ketos itu ikutan senyum dan ngangguk kecil, dia jalan di belakang Ali kaya pengawal sambil sesekali ketawa gemes ngeliat tingkah Ali yang kaya anak kecil.
Sepanjang perjalanan Ali gak henti hentinya ngoceh, suasana hati pemuda itu kembali membaik terlihat bagaimana lompatan lompatan kecil yang ia buat dan kurva indah di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung; Hoonsuk
Fanfiction"Aku emang bukan Dilan, yang bisa repot repot menanggung rasa rindu. Aku ini cuma Jendral, yang punya rasa cinta sampai menderu ke kamu"