Bagian 2; Jendral suka Ali

560 74 2
                                    

"Nyebat Jen?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nyebat Jen?"

Yang ditanya hanya menggelengkan kepala, Bayu dari tadi udah ngerasa heran sendiri. Karena biasanya Jendral paling semangat kalo ditawarin rokok, apalagi rokok Sampoerna, bisa abis sebungkus sehari kalo aja gak dikaplok Fael biar berhenti.

Sekarang mereka lagi kumpul di daerah Dago, lagi nongkrong biasa di angkringan ditemani oleh alunan suara gitar punya Mahes. Ada Haikal juga yang lagi mabar sama Nafa, Sadam lagi nyari referensi lagu buat pensi, Juna molor di paha pacarnya— Lucio.

Waktu menunjukkan masih menunjukkan pukul sepuluh malam, masih sore bagi mereka buat pulang ke rumah. Mas Bagas si pemilik angkringan udah maklum, udah langganan juga dan hampir tiap malem mereka mampir kesini buat meramaikan angkringan.

"Asta tidur, Ci?" Rafael menoleh pada Lucio sambil menghembuskan asap rokoknya ke udara. Sedikit merasa iri setelah melihat Juna tidur di paha Lucio dengan nyaman sambil memeluk perutnya.

Cio yang lagi ngelus rambut Juna yang mulai panjang pun ikut noleh. "Nggak El, tadi katanya laper pengen martabak telor." Jelasnya

"Gue kesana boleh Ci? Beliin Asta martabak."

"Asal dipulangin sih, gak papa."

Rafael tersenyum senang, Lucio memang sangat mendukung banget dia sama kakaknya. Karena Lucio tau kalau Rafael tulus suka sama Asta, dan Rafael juga temen Juna yang dimana Juna sering nyeritain gimana sifat Rafael itu kalau lagi kumpul.

Jendral ikutan seneng pas tau Lucio selalu ngasih lampu ijo ke Rafael, sekarang cowok dari keluarga Sakala itu langsung beranjak dari duduknya setelah menginjak rokok di tanah. Dia langsung nyambar jaket kulit hitamnya sambil pamit ke Mas Bagas.

"Mas Bagas! Duluan nggih!"

Deruman mesin motor terdengar, Rafael langsung menjalankan motornya membelah jalanan menuju rumah Asta. Mau ngajak beli martabak, sekalian pdkt sama si manis.

Kini tersisa beberapa orang, Jendral masih diam ditempat menghiraukan Mahes yang sengaja menyanyikan lagu kesukaannya untuk ikut bernyanyi. Tetapi tetap saja, cowok itu masih bengong dengan tatapan tertuju pada handphone punya dia.

Mahes yang gregetan minta ampun akhirnya nyenggol lengan Haikal dan dibalas umpatan dari kekasihnya itu. "JANCOK CICING HEULA." Seru Haikal karena Mahes menganggu acara bermain gamenya yang hampir menang.

Yang lebih tua melotot garang, menyentil dahi Haikal agak keras. "Mulut, minta dicium?"

Haikal mati kutu. Dia cuma cengengas cengenges abis itu lanjut main, gak peka sama kode Mahea tadi. Tapi yaudahlah namanya juga boti, karena boti selalu benar kalo kata Wina.

Jendral melirik kearah Lucio, cowok manis itu masih asik membelai rambut Juna yang masih tidur. Cio sampe heran sendiri, apa nggak pegel tidur dengan posisi gitu? Apalagi mukanya sengaja ditenggelamin di perut Cio, apa nggak sesek?

Bandung; HoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang