Pagi telah tiba, pagi telah tiba~ horee~ horee~
Lah, malah nyanyi.
ulang ulang!!
Pagi telah tiba. Tidak ada hal special yang terjadi. Semuanya juga kembali normal seperti semula.
Karma melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul 5.35. Dirinya malas untuk bangkit, biarlah dia akan terlambat jam pertama - jam kedua. Karma tidak peduli. Setelah kepergian Gakushuu 3 jam lalu, sekujur tubuhnya merasakan linu yang mendalam.
Awalnya dia berniat untuk tidak masuk sekolah saja hari ini. Tapi pasti membosankan di rumah sendiri. Hanya makan, minum, tidur, dan main game. Jadilah sekarang ia berniat masuk terlambat saja dan jika ditanya dia akan menjawab 'terjebak macet'.
Mata yang memperlihatkan manik mercury indah itu perlahan kembali terpejam menikmati kehangatan dari selimut dan kasur tercinta. Tak lama setelahnya dengkuran halus dari pemilik surai merah terdengar.
Di sisi lain, Gakushuu hanya terdiam menatap hampa ruangan kelas yang perlahan terisi oleh para siswa siswi yang berdatangan. Duduk di bangku dalam diam. Dirinya merasa seperti ada yang hilang.
Tapi apa?
Waktu dengan cepat berlalu dan dimulailah pelajaran. Gakushuu hanya mendengarkan apa yang guru itu jelaskan. Tidak seperti biasanya, yang biasa ia akan bertanya jawab dengan sang guru. Tapi sekarang ia hanya duduk, diam memperhatikan tanpa bergeming, mengerjakan jika diberi tugas. Bak boneka hidup yang tak berekspresi.
Mungkinkah ia akan kembali seperti dulu?
Flashback
Begitu Gakushuu pulang, suasana rumah sangat sunyi dan gelap layaknya rumah tak berpenghuni. Berjalan masuk melewati ruang tamu, ia menemukan sang ayah yang tengah tertidur dengan posisi duduk. Tampak dari kantung mata yang amat ketara bahwa ayahnya itu sedang kelelahan.
Melanjutkan berjalan, Gakushuu menuju kamarnya.
BRAK!
Tas Gakushuu jatuh. Sontak suara mengejutkan itu juga membangunkan sang ayah. Sang ayah menatap Gakushuu dengan tatapan intimidasi. Auranya menggelap mengetahui anak semata wayangnya baru pulang pukul 3 dini hari.
Tanpa pikir panjang, ketua dewan langsung saja menghampiri dan menampar telak Gakushuu. Hingga pipi kirinya memar. Dalam diamnya Gakushuu hanya bisa menahan sakit. Terlebih ketika ketua dewan berkata.
"Kau tidak boleh kemana - mana selama sebulan kedepan. Belajarlah yang benar agar aku bisa mengakuimu sebagai anakku"
Kata - kata yang mutlak telah dikeluarkan. Gakushuu buru - buru mengambil tasnya lalu berlari kecil ke kamar.
"Pak tua sialan"
Gakushuu mengumpat sambil memegang pipinya yang memar. Ia segera mengambil salep lalu mengoleskannya di bagian pipi kirinya.
Tampak jelas dari pantulan cermin dimana pipi kirinya terdapat bekas tamparan yang amat kentara. Gakushuu tersenyum miris. Bertanya pada dirinya sendiri kapan ketua dewan akan membiarkannya hidup bebas bak burung yang bisa terbang dengan leluasa.
Kembali lagi pada Gakushuu yang saat ini tengah termenung di bangkunya. Rasanya sangat enggan untuk melanjutkan menulis. Muak, Gakushuu benar - benar muak. Ingin dia memberontak. Tapi-
Ah, sudahlah. Gakushuu tidak ingin membahasnya lebih jauh lagi. Maka, ia putuskan untuk langsung kembali terlelap dalam mimpi indahnya.
Jika bisa, Gakushuu ingin terus terlelap selamanya agar ia bisa bebas. Keluar dari sangkar yang selama ini menjeratnya. Berada di pematang rumput yang luas namun indah. Tanpa adanya jeratan yang menyiksa...
GUBRAK!
"Aduh!"
Gakushuu menoleh ke sumber suara, dapat dilihatnya Karma yang sudah jatuh terkapar di lantai. Entah apa yang membuatnya jatuh, tapi yang pasti dia terlambat ke sekolah.
"Kau terlambat, Akabane"
Karma yang baru saja jatuh dari jendela hanya menggerutu dengan wajah kesal. Lantas Karma langsung menaruh tas pada bangku kosong di sebelah Gakushuu.
"Berisik! Aku lelah!"
Tak menunggu lama, suara dengkuran halus sudah terdengar. Karma sungguhan tertidur. Gakushuu hanya dapat menghela nafas melihat tingkah Karma yang sama sekali belum berubah ini.
"Dasar!"
Tangan yang bergerak ingin menjitak kepala Karma itu terhenti di udara. Tak tega untuk membangunkan Karma. Mungkin ia sungguhan lelah. Menarik kembali tangannya, Gakushuu melanjutkan kegiatannya menulis jawaban.
Walau sekarang adalah jam istirahat dia tak peduli. Dia malas beranjak, malas makan, malas mengeluarkan uang, mubadzir, mending ditabung buat biaya masa depan eak.
Begitulah bagaimana kisah ini berakhir. Keadaan sudah kembali seperti semula. Tidak ada yang berubah. Semua yang terjadi seakan mimpi bagi masing - masing diantara keduanya. Tidak ada yang mau buka mulut. Mereka memilih bungkam dan tidak pernah membahas apa yang telah terjadi.
Seakan kembali ditarik ke dunia yang asli setelah mengalami sedikit petualangan di dunia paralel. Kejadian tak terduga yang mereka simpan sendiri. Tidak ada yang mengetahui kecuali mereka, dan ilmuwan gila itu.
Yah, setidaknya perasaan mereka terbalas satu sama lain. Tapi, kembali lagi ke keadaan yang asli. Jika mereka menjalin hubungan, tidak akan ada yang tau kedepannya seperti apa. Bisa saja mereka dibenci, dicaci maki, dan lain sebagainya. Karena bagaimana pun hubungan sesama lelaki itu terlarang.
Meskipun begitu, masing - masing dari mereka akan tetap terhubung lewat ikatan batin yang sudah mereka jalin. Tidak akan ada yang bisa memutus tali benang merah yang telah mengikat mereka.
Garis takdir juga sudah ditentukan oleh yang berkuasa atas terciptanya fanfic ini. Baik Karma maupun Gakushuu, tidak ada yang bisa menentangnya. Apakah kedepannya mereka bersatu atau tidak, itu akan menjadi rahasia umum.
Walau mereka akan berpisah, sejauh apapun bahkan sampai antar universe. Mereka masih akan tetap terhubung.
Dan mereka akan selalu terhubung...
selamanya...
-終わり-
Ended on 27th February 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Connected
FanfictionKejadian itu sungguh membuat karma dan gakushuu jengkel setengah mati. kenapa pula mereka bisa bertukar tubuh hanya karena sengatan listrik dari petir yang menyambar mereka? itu sungguh tidak masuk akal. Lalu, bagaimana cara mereka kembali ke dalam...