Soonyoung ditatap dengan penuh interogasi oleh para penghuni asrama yang tak sengaja berpapasan. Soonyoung diam saja sambil sesekali memperbaiki posisi Jihoon digendongannya. Tubuh mungil itu cukup sulit digendong apalagi Soonyoung baru menyadari baju yang Jihoon kenakan cukup transparan jadi ia memakaikan jaket baseballnya pada Jihoon.
"216," rapal Soonyoung sambil memandangi semua nomor di pintu hingga ujung lorong dan mendapati pintu kamar hitam. Soonyoung memasukkan kunci dan segera masuk.
"Password pintu tadi tanggal lahir Jihoon kah?" gumam Soonyoung.
Tak ambil pusing ia segera menuju salah satu pintu yang ia yakini kamar Jihoon. Dengan kakinya membuka pintu dan mendapati ruangan dengan cat green sage beraroma sandalwood bahkan Soonyoung menemukan difuser menyala di meja belajar. Ruang tidur yang nyaman, batin Soonyoung.
Perlahan menurunkan Jihoon di kasur. Lalu menyelimuti sosok mungil itu dengan selimut katun. Soonyoung masih asik memandangi sekeliling ruangan dan fokus pada deretan novel di rak.
"Soon."
"Hah?! Kenapa bangun, Ji? Aku ribut ya?" Soonyoung gelagapan.
"Tidak kok." Dengan mata sayunya Jihoon memandang Soonyoung.
"Ah, mau kuambilkan minum?" tawar Soonyoung. Ia tidak bisa sering-sering menatap mata Jihoon.
"Aku saja." Jihoon perlahan bangkit. Ia mengerjap saat merasakan pakaian berat yang ia kenakan. Matanya menatap Soonyoung penuh tanya.
"Jaket baseballku, tadi kulihat bajunya cukup tipis," ucap Soonyoung. "Kalau berat segera lepaskan saja."
Jihoon menggeleng. "Aku suka baunya."
Soonyoung menarik napas hingga sesak. Jihoon dan afeksinya selalu membuat Soonyoung merasa asing dengan dirinya sendiri.
"Kau mau minum apa?"
"Apa sa--"
"Ramyeon mokkogalle?"
Soonyoung melotot. Mundur mendadak karena terkejut hingga menabrak meja belajar dan menjatuhkan difuser di meja.
"Astaga! Maaf! Maaf Ji! Sungguh nanti kubelikan yang baru," ucap Soonyoung. Memeluk difuser yang retak dibeberapa bagian dan cairan yang tumpah di karpet bulu.
"Ah, tak apa, Soon." Jihoon mendekat kearah Soonyoung.
"Sini difusernya." Jihoon mendekat bahkan terlalu dekat hingga dadanya menempel di lengan Soonyoung.
"Itu Ji... Anu... Em-aku..." Soonyoung terlihat seperti orang tolol. Ia berusaha menghindar namun Jihoon terus memojokkannya.
Jihoon meraih difuser dengan keras hingga terlepas dari pelukan Soonyoung. Perlahan si mungil mundur dan keluar dari kamar. Soonyoung akhirnya bisa bernapas lega. Tubuhnya terasa seperti jeli.
Soonyoung keluar dari kamar menemukan Jihoon dalam balutan jaketnya yang sangat besar terlihat tenggelam dan tengah membelakanginya.
"Ji aku sebaiknya pulang. Mingyu masih di club dan menungguku," ucap Soonyoung. Biar saja dosanya bertambah karna berbohong setidaknya ia tidak terjebak bersama Jihoon dan seluruh kejutannya.
"Ah..." Sungguh itu tidak terdengar seperti suara biasa namun hampir mendesah. Soonyoung bergegas pergi sebelum mendengar kelanjutan ucapan Jihoon. Kewarasannya serasa diuji saat bersama si mungil.
***
Keesokannya Soonyoung berlari di lorong kesehatan mencari sosok tinggi yang menemaninya semalam dan sekaligus melihat si cantik kekasih ketua BEM tengah berjalan bersama Mingyu.
"Mingyu!"
Keduanya menoleh. Jeonghan melambai ramah.
"Cepet sini! Diajak makan sama anak-anak." Soonyoung harus menghindari si mungil dan kawan-kawannya.
"Eh iyakah? Oke oke."
"Nyong kok Jihoon gak masuk?" Soonyoung menoleh pada Jeonghan. Si cantik memperlihatkan layar ponselnya yang berisi percakapan antaranya dengan si mungil.
"Dia baik kok pas aku tinggal," ucap Soonyoung.
"Em... Yaudah deh. Thanks ya."
Soonyoung mengangguk singkat dan menarik Mingyu menjauhi Jeonghan dengan tergesa. Kepalanya seakan mau meledak. Pusing dan stress tak beralasan hanya karna si mungil dan tatapannya.
***
Kelima pria menyantap makan siang dengan khidmat. Hingga ucapan Soonyoung membuat Jun tersedak dan Vernon tergelak.
"Orang kalo sange tiap saat bisa ya?"
" Kamu kek gak pernah aja, Nyong," sahut Seokmin terkekeh. Pasalnya yang mereka tahu Soonyoung ahlinya kenakalan remaja.
Soonyoung menunduk. Bingung ingin mencurahkan isi hati kepada temannya. Bingung harus memulai darimana.
***
Matanya terpejam namun pikirannya melayang jauh kepada sosok mungil yang akhir-akhir ini menghantuinya. Sudah seminggu sejak kejadian itu dan Soonyoung benar-benar menghindari Jihoon dkk. Ia tidak mau ditatap dengan mata sipit yang seakan menelanjanginya.
Ponsel berdering membuat Soonyoung meraba asal hingga benda pipih itu terasa ditangannya. Menerima panggilan dan menempelkan ditelinga.
"Eoh."
"Kau nganggur nanti malam?"
Soonyoung menyerit. Suara siapa ini? Ia menarik ponsel kearah wajah untuk melihat nomor Mingyu disana.
"Won?"
"Ya? Kau nganggur?"
Soonyoung tersenyum. Dia kira siapa. Takut saja si bongsor itu diculik kan tidak lucu.
"Hum ... sepertinya akan kuusahakan. Ada apa, Won?"
"Ayo ke apart Seungcheol. Dia merayakan proposal Jeonghan yang diacc dosen."
"Tentu!"
"Baiklah, jam 8 oke. Bye!"
***
Annyeonghaseo yeorobun!!! En disini sayang dengan cerita baru yang sudah lama banget di draf dari 2021😭
En selalu merasa cerita yang En buat kurang bagus jadi tidak percaya diri namun kalo di simpan yang bisa baca cuma En.
Semoga sayang-sayangnya En suka yaa. En bakal berusaha bikin story' dari pairing manapun yang kalian request. Akan En usahakan sayang demi kalian.
Hope ur enjoy this story. Love you💙 selalu sehat dan bahagia sayang💙💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Flirty || SoonHoon
FanfictionDua insan dengan perasaan yang sama namun berbeda cara menyampaikan cinta. Apa yang dapat terjadi jika keduanya bersama? Soonyoung, terkenal sebagai lelaki cabul yang suka 'bungkus' makhluk manis bertemu dengan pujaan hati yang selalu ia damba. Makh...