11.

132 5 0
                                    

Bunyi derap langkah membuat beberapa mahasiswa menoleh kearah pria yang berlari melewati mereka. Kaki jenjangnya memasuki pintu kelas yang tidak familiar, jelas itu bukan kelas program studinya bahkan interiornya terasa asing. Namun sosok kecil di salah satu meja yang tengah menulis dengan sosok cantik yang asik berbicara tentu sangat ia kenali.

"Jihoon!" teriak Wonwoo.

Keduanya menoleh. Melihat Wonwoo yang panik dan segera menarik lengan Jihoon tanpa penjelasan.

"Hey! Kenapa?" teriak Jeonghan sambil berlari mengikuti.

Mingyu berdiri disamping pilar dengan tangan bersidekap. Bibirnya maju akibat terik matahari yang menyengat. Ia diperintahkan sang kekasih untuk mengawasi seseorang di pelataran kampus.

"Disini!"

Mingyu menoleh. Wonwoo datang bersama Jihoon dan Jeonghan yang mengekori.

"Sudah pergi?" tanya Wonwoo menghampiri Mingyu.

"Belum, Yang. Paling bentar lagi," jawab Mingyu.

"Apa sih?" kesal Jeonghan. Daritadi ia bertanya tapi Wonwoo diam saja.

"Lihat sendiri! Tuh!" Jari Wonwoo menunjuk kearah seorang pria dengan wanita cantik semampai tengah bergandengan menuju mobil.

Jeonghan menutup mulut syok, ia segera menoleh ke arah Jihoon.

Jihoon diam. Marah, kesal, sedih, semua bercampur menjadi satu membuat perutnya teraduk hingga ingin muntah. Matanya memanas begitupun hatinya. Tangan Jihoon terkepal. Sakit hatinya membuat seluruh dunia seakan berputar.

"Ji," panggil Wonwoo. Tangannya menyentuh bahu Jihoon.

"Kita antar dia pulang," ucap Jeonghan. Mingyu dan Wonwoo mengangguk.

***

Matahari sudah lama terbenam. Keadaan asrama jauh dari kata rapi, semua berantakan. Jihoon kecewa dengan perasaannya sendiri. Muak.

Jihoon sudah lelah menangis bahkan ia duduk di lantai yang dingin. Sofa terbalik bahkan televisi retak akibat lemparannya.

Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan Jihoon saat ini. Ia hanya kecewa namun lebih dari itu. Ia kecewa dengan dirinya. Dengan ekspektasinya. Dengan Soonyoungnya. Sebenarnya apa dia? Apakah hanya seorang partner sex? Tidak pernahkan Soonyoung merasa jantungnya berdebar seperti yang Jihoon rasakan? Apakah ini cinta sebelah tangan?

Ponsel Jihoon berisik daritadi. Itu panggilan dari teman-temannya. Joshua lebih banyak memanggil, pria itu jelas sangat khawatir.

Bunyi bel menghentikan tangisnya, menatap segera pada pintu berharap siapapun diluar sana tidak bisa masuk. Ia hanya tidak ingin diganggu saat ini, namun takdir seakan mempermainkan dirinya. Pintu terbuka dan menampilkan sosok yang membuat Jihoon semakin membenci dirinya sendiri.

Soonyoung berdiri disana lalu segera berlari menghampiri bahkan pria tinggi itu sempat mengaduh akibat menginjak pecahan vas. Namun, ia tetap mendekati Jihoon.

"Ji? Kenapa?"

Lembut Soonyoung bertanya tapi yang Jihoon dengar seperti ejekan. Pria sipit itu menginjak harga dirinya. Mengapa khawatir jika nanti mereka hanya akan berakhir di ranjang. Jihoon muak. Ia hanya boneka sex bagi Soonyoung.

"Aku baik! Sebaiknya kau pergi Soonyoung!" bentak Jihoon. Ia berdiri walau agak limbung, dengan sisa tenaga ia mendorong Soonyoung.

"Pergi! Aku muak melihat dirimu! Kau keterlaluan!" teriak Jihoon.

Soonyoung yang bingung menjadi marah akibat bentakan tak beralasan dari Jihoon. Ia kemari akibat perintah dari Seokmin yang mengatakan kekasihnya sangat khawatir karna Jihoon tidak mengangkat panggilan mereka.

Flirty || SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang