Ucapan Terima Kasih

10 3 0
                                    

Pagi ini tak seperti biasanya. Chelia bangun lebih awal dan tengah menyiapkan sesuatu untuk ia bawa ke sekolah.

Sebelum memejamkan matanya untuk tidur di malam hari, Chelia sempat memikirkan akan memberikan sesuatu kepada pemilik mantel yang kemarin sudah meminjamkannya. Bukan karena suatu hal, Chelia hanya ingin memberikan untuk ungkapan terima kasih karena ia sudah diantarkan pulang dan dipinjami mantel.

"Tumben banget kamu Chel, jam segini sudah bangun," ledek seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari sangkarnya.

Ledekan itu hanya dijawab dengan tawa kecil oleh Chelia.

"Anak Ibu lagi buat apa sih ini, kelihatannya enak."

"Spagetti carbonara yang dijamin enak banget, Bu." Chelia menunjukkan hasil jerih payahnya dengan bangga.

"Hmmm," gumam Bu Ira, ia sedikit heran tak biasanya Chelia bangun pagi untuk memasak.

Seperti ibu pada umumnya, pagi hari Bu Ira biasanya memasak untuk sarapan dan bekal anaknya. Tapi, karena anaknya itu sudah bangun lebih awal darinya dan mempersiapkan itu semua, jadi Bu Ira memilih untuk menikmati teh di meja makan.

Harum masakan membuat Bu Ira tersenyum melihat putrinya memasak. Senyum haru terlihat di wajahnya, melihat putri cantik yang ia besarkan sekarang tumbuh menjadi anak yang baik.

Rambut panjang yang tergerai terlihat menghalangi pandangan Chelia membuat Bu Ira gemas melihatnya.

"Sini, Ibu ikatkan rambutnya, biar gak susah masaknya," tutur Bu Ira.

"Siap Bu, terima kasih banyak," imbuh Chelia tersenyum.

Pertama kalinya Chelia membuat masakan untuk orang yang baru ia kenal. Ada rasa tak percaya diri untuk memberikan masakan buatannya ke Samudra. Tapi ia berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal itu.

Menyiapkan bekal dengan rapi dan sarapan pagi ditemani dengan air teh hangat buatan ibunya. Hari yang sangat produktif untuk Chelia.

~*****~

Selesai sarapan pagi Samudra bergegas mengambil tasnya dan berpamitan dengan Bi Lasmi. Ayah tidak bisa menemani Samudra sarapan karena ayah berangkat lebih awal untuk menyelesaikan pekerjaan yang tak kunjung selesai.

"Bi, aku berangkat dulu ya," pamit Samudra.

"Iya mas hati-hati, jangan lupa air minumnya dibawa," ucap Bi Lasmi sambil membersihkan dapur.

Samudra mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan helm. Mulai memanaskan mesin motornya, ia segera berangkat ke sekolah.

~*****~

Pagi yang cerah membawa keceriaan bagi para insan di muka bumi. Kegiatan apel pagi dilaksanakan untuk pertama kalinya di lapangan upacara SMK Sakti Bina Bangsa dalam semester ini. Para siswa tampak berbaris dengan rapi di lapangan. Apel dilaksanakan untuk mengumumkan kegiatan selanjutnya yang akan diselenggarakan masing-masing ekstrakurikuler.

Setelah apel usai, para siswa kembali ke kelas untuk melanjutkan kegiatan belajar.

Cek cek cek cek cek

Suara jarum jam terdengar memenuhi ruang. Waktu berlalu dengan lambat. Tak biasanya Chelia, Dara, Sheira, dan Bellinda tidak terlalu banyak berbicara saat jam pelajaran dimulai. Mungkin itu yang membuat jarum jam terasa sangat lama berputarnya.

Tuuungtiiiiing....

Suara bel terdengar seantero sekolah.

Rasa tak sabar tiba-tiba muncul dalam hati Chelia untuk memberikan spaghetti carbonara buatannya kepada Samudra.

Memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada seorang laki-laki adalah hal yang langka bagi Chelia. Sebelumnya, ia tak pernah melakukan itu.

Samudra

Halo, Samudra
Ini aku Chelia, bisa gak ketemu sebentar?
Aku mau ngembaliin mantel kamu

Iya? Oh hai Chelia
Bisa kok, kenapa keliatannya
buru-buru banget?
Santai aja Chel
Belum mau dipakai juga kok mantelnya

Mereka saling berbalas pesan singkat.

Di tengah kerumunan siswa yang sedang sibuk membeli jajan di kantin, Chelia dan Samudra menyempatkan waktu untuk bertemu. Percakapan mereka dimulai saat Samudra membuka topik. Kalau tidak begitu, Chelia hanya akan diam membisu.

"Chel mau pesan makan juga? Biar aku pesanin sekalian," tanya Samudra sambil menatap Chelia.

Samudra adalah orang yang selalu menghargai keberadaan orang lain. Dengan siapa pun ia berbicara pasti akan ia tatap matanya.

"Gak usah, Sa. Ini aku juga udah bawa makan dari rumah kok. Oh ya, ini buat kamu, sebagai ucapan terima kasih aku ke kamu karena kamu udah minjamim aku mantel dan nganterin aku pulang kemarin," ucap Chelia sambil menahan rasa tidak percaya diri yang tengah menguasainya.

"Gak usah repot-repot, Chel," ucap Samudra

"Gak kok, itu gak sebanding sama apa yang kamu kasih ke aku," ucap Chelia sambil membukakan tempat bekal untuk Samudra.

"Ini dimakan dulu nanti kalau kelamaan keburu gak enak, hehehe."

"Aku makan dulu ya. Ehhh ngomong-ngomong, makasih juga ya udah bawain bekal," ucap Samudra.

Makanan yang hampir masuk ke mulutnya terhenti karena melihat Chelia akan mengatakan sesuatu.

"Aku beli minum dulu ya, Sa. Kamu mau minum apa?" Tanya Chelia beranjak pergi.

"Air mineral aja, Chel," jawab Samudra.

Pertemuan pertama mereka kemarin membuat mereka semakin dekat walaupun masih ada rasa canggung di antara mereka.

"Ini Sa minumnya," ucap Chelia sambil menyuguhkan air minum.

"Ini pedas banget, level berapa?" Samudra bertanya sambil berusaha membuka minumnya.

"Ummm, maaf ya itu aku masak sendiri, berarti gak enak dong?" Chelia merasa tidak enak hati.

"Gak, ini enak kok cuma terlalu pedas sedikit, pinter masak kamu, Chel?" tanya Samudra.

"Baru belajar kok Sa," jawab Chelia sekenanya.

Chelia terlihat kesulitan membuka tutup botol air mineralnya.

"Sini botolnya," ucap Samudra.

Chelia memberikan botolnya pada Samudra.

"Oh ya, jangan lupa ya nanti kita kumpul di aula mau bahas kegiatan muncak soalnya," tutur Samudra sambil membukakan botol minum Chelia.

Percakapan mereka berlanjut hingga bel masuk berbunyi. Tak terasa lima belas menit mereka bercakap-cakap di bangku kantin dihiasi dengan kerumunan.

~*****~

Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pecinta alam berkumpul di aula.

"Oke anak-anak, hari ini kita akan membahas kegiatan yang akan segera dilangsungkan, yaitu kegiatan untuk memunguti sampah di puncak. Untuk itu ada beberapa hal yang harus kalian persiapkan, terutama adalah baju hangat karena di sana udaranya dingin. Prosedur dan peraturan selanjutnya akan dibacakan oleh ketua ekstra pecinta alam yang akan memandu kalian di sana," jelas Pak Edward.

"Baik, sebelumnya perkenalkan dulu, saya Aksara Pasha Ravindra, ketua ekstrakurikuler pecinta alam." Perkenalan singkat terucap dari ketua ekstra.

~*****~

DI ANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang