Terungkap

9 4 0
                                    

Rumah yang terlihat seperti tak berpenghuni, dilengkapi dengan suara mesin jahit yang tak kunjung berhenti. Di dalam rumah itu terdapat wanita paruh baya yang sedang menyelesaikan pekerjaannya. Sejak kemarin Bu Ira berada di rumah sendirian. Chelia yang meminta izin dengannya menginap di rumah Sheira pagi itu belum kunjung kembali ke rumah. Rasa cemas tiba-tiba menghampiri wanita paruh baya itu.

Pekerjaan terhenti di tengah jalan. Bu Ira beranjak berdiri dari kursi kayu yang ia gunakan untuk berkerja. Ia berjalan mondar-mandir seperti tidak ada yang dituju. Akhirnya banyak pertanyaan yang muncul dibenaknya.

"Chelia ke mana ya kok belum pulang? Harusnya kalau ngerjain tugasnya dari kemarin 'kan sudah selesai? Tapi ini sudah jam segini belum pulang juga. Apa aku coba hubungi orang tuanya Sheira aja?" Bu Ira bertanya-tanya dengan dirinya sendiri seraya meraih ponsel  yang ada di meja ruang tamu.

Ibu Sheira

Permisi Bu Diah ini saya
Ira Maheswari ibunya Chelia
apa Chelia sudah on the way
pulang?

Oh iya Bu Ira
Kalau Sheira si belum pulang

Belum pulang memangnya
pergi kemana Bu?

Pergi ke puncak
bareng-bareng kok sama
Chelia perginya

Setelah itu Bu Ira tidak membalas lagi pesan dari Bu Diah, ibu Sheira.

Rasa kecewa, tangis dalam hatinya tak bisa dibendung lagi. Ia merasa telah dibohongi oleh anak semata wayangnya. Anak yang telah ia besarkan seorang diri, yang ia pikir tumbuh menjadi anak yang baik. Tapi kenyataannya tidak seperti yang ia pikirkan.

Bu Ira tak nafsu lagi untuk melanjutkan pekerjaannya.

~*****~

Kegiatan memunguti sampah telah selesai. Mereka harus melanjutkan perjalanan menuruni puncak sebelum hari mulai siang. Di siang hari terik matahari akan terasa menusuk ke kulit.

Chelia berjalan dengan kaki terpincang-pincang membuat Samudra tidak tega melihatnya.

"Chel jangan dipaksa kalau masih sakit, sini biar aku bantu," tutur Samudra seraya menghampiri Chelia. Ia membantu memapah Chelia berjalan.

"Makasih banyak ya Sa kamu udah banyak bantu aku," ucap Chelia sambil menatap wajah Samudra.

"Oke teman-teman, semua kegiatan pertama kita telah selesai. Tugas kita sebagai siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pecinta alam bukan hanya menikmati keindahan alam saja, tetapi kita juga harus menjaga kebersihan sekitarnya. Sebelum melanjutkan perjalanan, kita absen dulu. Agar perjalanan kita lancar, mari kita berdoa terlebih dahulu menurut agama dan kepercayaan masing-masing," ucap Aksara dengan tegas.

"Siap Kak," jawab mereka dengan semangat.

Perjalanan menuruni bukit terasa lebih cepat. Suara nyanyian yang tak kunjung berhenti di sepanjang jalan mampu membakar semangat mereka. Perjalanan menyenangkan ini akan sulit untuk dilupakan. Pengalaman pertama yang cukup mengesankan.

Sesampainya di pos pertama, mereka semua beristirahat sebentar untuk minum. Sambil menunggu bus datang, ketua dan wakil ketua masing-masing regu dihimbau untuk mengecek kembali anggotanya.

Tak lama kemudian terlihat bus datang dari kejauhan. Berjalan beriringan membuat mereka tak sabar ingin menikmati perjalanan pulang. Dengan harapan perjalanan bisa jauh lebih mengasyikkan dari pada kemarin.

DI ANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang