Waktu Telah Berlalu

17 6 0
                                    

Tiga tahun sudah Hindi Chelia Armatea lewati sebagai pelajar di sekolah kebanggaannya, SMK Sakti Bina Bangsa. Bukan suatu hal yang mudah baginya menjumpai banyak hal baru dan orang baru yang hadir dalam hidupnya.

Chelia berdiri di antara dua orang laki-laki yang mampu mengalihkan dunianya. Mereka adalah Samudra Arsyanendra Argantara dan Aksara Pasha Ravindra. Sikap mereka yang bertolak belakang membuat Chelia bingung.

Bukan kemauan Chelia untuk dekat dengan keduanya atau memilih salah satu di antara mereka. Garis takdir yang merencanakan semua ini. Bermula dari Chelia yang dipertemukan dengan Samudra di koridor kelas. Selang beberapa hari, ia berjumpa dengan Aksara di toko Cemara.

Memiliki sahabat semasa SMK membuat Chelia tidak merasa kesepian. Kehadiran mereka dengan segala tingkahnya membuat Chelia merasa lengkap. Ya, idealnya sebagai seorang sahabat untuk saling melengkapi.

 Ya, idealnya sebagai seorang sahabat untuk saling melengkapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adelle Bellinda Anggara

Adelle Bellinda Anggara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dara Anjani

Sheira Armanda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sheira Armanda

Ibu Chelia, Ira Maheswari tentu saja bukan orang baru dalam hidupnya. Chelia sudah terbiasa dengan sikap orang kesayangannya itu. Sikap ibunya tidak berbeda jauh dengan dirinya. Ya, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Perbedaan pendapat di antara mereka yang tak kunjung berhenti mungkin saja tidak akan selesai sampai ada yang mau mengalah. Meski begitu, tentu saja mereka adalah sepasang ibu dan anak yang saling mengasihi.

 Meski begitu, tentu saja mereka adalah sepasang ibu dan anak yang saling mengasihi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ira Maheswari

Menulis di buku diari menjadi kebiasaan Chelia semenjak perpisahan ayah dan ibunya.

Terlihat seorang gadis tengah duduk di tepi danau menatap teduh pemandangan sekitar. Ia tengah menulis sebuah puisi untuk mengenang masa-masa yang telah dilaluinya.

Tertulis dalam buku diarinya,

'Teruntuk Samudra Arsyanendra Argantara'

Samudra Arsyanendra Argantara, banyak kata yang tersusun dalam otak kecilku untuk kupersembahkan padamu. Rasa nyaman dan aman yang kamu ciptakan berhasil membuatku merasa tenang. Perhatian yang kamu berikan belum pernah aku dapatkan dari laki-laki mana pun. Tidak cukup rasanya jika aku hanya mengucapkan terima kasih untukmu. Semoga kesempatan kita untuk bertemu masih digariskan oleh takdir.

 Semoga kesempatan kita untuk bertemu masih digariskan oleh takdir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samudra Arsyanendra Argantara

Salah satu puisi ia tulis di tepi danau untuk teman laki-lakinya, Samudra. Tak kunjung usai ia menulis puisi di tepi danau hingga matahari tersipu malu melihat gadis berparas cantik yang tengah duduk sendirian itu hanya ditemani buku dan kain yang ia jadikan alas duduk.

'Kutulis Ini untuk Diriku Sendiri'

Hindi Chelia Armatea. Semua masalah yang berhasil kamu lewati jadikan itu pelajaran yang berharga, jangan pernah mengulangi kesalahan yang sama karena itu hanya akan membuatmu merasa bodoh dan menyesalinya. Jadilah gadis hebat yang selalu menebarkan aura positif disekelilingnya. Semangat Chelia!!!

Hindi Chelia Armatea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hindi Chelia Armatea

Menggerakkan jari-jemarinya tanpa ragu, Chelia mengarsir kata demi kata di atas kertas.

'Untukmu Aksara Pasha Ravindra'

Aksara Pasha Ravindra, cowok cool yang tak sengaja bertabrakan denganku di toko Cemara. Rasanya aku selalu malu ketika mengingat itu. Hadirnya kamu mampu mengubah sudut pandangku tentangmu. Orang yang aku pikir cuek, bahkan sangat cuek, ternyata tidak seburuk itu. Nyatanya tidak semua orang cuek itu menyebalkan. Kalian tentu saja masih seorang manusia yang bisa bercanda. Candaan di atas puncak yang kamu layangkan masih membekas sampai sekarang dimemoriku. Walaupun waktu perkenalkan kita begitu singkat, tapi itu tidak menjadi masalah untuk aku mengenalmu semakin dalam.

 Walaupun waktu perkenalkan kita begitu singkat, tapi itu tidak menjadi masalah untuk aku mengenalmu semakin dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksara Pasha Ravindra

~*****~

DI ANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang