Hai hai haiSelamat malam, Cimol!!
Apa kabar kalian?
Absen hadir duluuwwww
*****
Baca pelan-pelan, ya, biar narasinya kebaca semua.
******
"Kemarin ngapain balik cepet zama Zale? Biasanya nyampe malem di sini."
Pertanyaan dari Tera berhasil membuat Ailaan menghentikan aktivitas mencuci piringnya. Dia melempar tatapan sinis ke arah Tera yang hanya duduk manis di meja makan Pangkalan T55 tanpa berniat untuk membantunya. Cowok pemalas itu memang tidak bisa diandalkan. Kerjaan Tera memang untuk merecokinya setiap hari. Benar-benar tidak berguna. Ah, sudahlah. Meladeni cowok itu juga tak ada gunanya. Lebih baik Ailaan melanjutkan kegiatan sorenya untuk mencuci piring yang menumpuk karena teman-temannya baru saja selesai makan.
"Sinis bener lo, Bocil Kematian," sungut Tera yang merasa terhina karena dicueki oleh Ailaan. Jujur, dia bingung harus melakukan apa sekarang ini. Diam mematung juga jenuh, membantu Ailaan mencuci piring juga dia tidak mau. Alhasil, untuk menghilangkan rasa bosannya, Tera pun mengambil selembar roti tawar di atas meja, menaburi meses warna-warni di atasnya, lalu melahapnya dalam satu suapan saja.
"Pergi tamasya di bulan April. Pulangnya bawa sepeda. Aduh Ailaan si bocah centil. Ada gerangan apa marahin Mas Tera?"
"Lo pantun sekali lagi, gue robohin dapur ini!" bentak Ailaan dengan dada yang naik turun emosi. Bagaimana tidak? Tera berbicara dengan mulut yang penuh dengan roti. Sampai-sampai, serpihan roti dari mulut laknat cowok itu muncrat semua ke bajunya.
Bukannya jera, Tera justru terbahak-bahak. Wajah Ailaan yang memerah itu terlihat konyol di matanya. Cowok itu terlihat sangat kesal dan marah kepadanya. Namun, kepuasan batinnya tidak berlangsung lama saat–
"UHUK!! UHUK!!"
dia tersedak roti di mulutnya. Terbatuk-batuk sampai bersimpuh di lantai. Mengenaskan, tapi Ailaan justru menertawakan balik dengan lepas.
"Mampus lo, HAHAHA! Kayaknya seru kalau ada berita–seorang drummer dari Kesiangan Band mati tersedak gara-gara bersikap usil ke bocah imut yang tak berdosa," celoteh Ailaan dengan rasa puas dalam hatinya.
"PERAMPOK WOI! PERAMPOK! PERAMPOK!"
Atensi Ailaan dan Tera sontak mengarah ke pintu dapur. Di sana ada Gavie yang berteriak heboh dan memasang wajah panik. Dari jarak dua meter, Ailaan dan Tera bisa melihat bibir pucat Gavie yang begitu kentara. Bahkan wakil ketua T55 itu pun terlihat ngos-ngosan karena sepertinya habis berlarian dari depan.
"Kenapa, Bang?" tanya Ailaan, sambil menendang pantat Tera, sebelum akhirnya dia berlari menghampiri Gavie. Ailaan sama sekali tak peduli dengan umpatan Tera kepadanya. Sebab, rasa penasaran dari perkataan Gavie telah menutup sopan santunnya kepada senior kurang ajar itu.
Ternyata, bukan Ailaan dan Tera saja yang terkejut. Melainkan Mario dan Zale yang semula tengah asyik di ruang musik pun turut keluar untuk melihat apa yang terjadi. Dan kini, mereka semua telah mengerubungi Gavie, termasuk Tera yang datang paling akhir setelah selesai dengan urusan tenggorokan yang sempat tersedak.
"Ada rombongan perampok di depan. Banyak banget, ada sekitar tujuh orang. Enam cowok, yang satu cewek. Pakai jaket item-item, tapi seumuran kita. Belakang jaketnya ada tulisan Diamond Gang," jelas Gavie kepada teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metafora
Teen FictionMenjadi penulis terkenal adalah keinginan Meta sejak lama. Tahun demi tahun yang dia lewati, rupanya belum cukup untuk membuat impiannya terwujud. Di ambang keputusasaannya, Meta semakin dibuat benci oleh salah satu penulis yang namanya tengah ramai...