Hai hai hai! Selamat malam!!!!Apa kabar kalian??
Absen hadireee dulu mollll
*****
Kusuka – Adam Suraja
Dari mata, dari kata, turun ke hati
Dari rasa, dari sayang, menjadi cinta
Dari cinta semakin gila
Meta menggigit bibirnya semakin brutal saat alunan lagu yang dibawakan oleh Mario, mulai mencubit ulu hatinya. Atmosfer di sekitarnya mendadak tegang. Meta juga merasa gerah sekarang. Padahal beberapa menit lalu, dia sempat merasa sangat kedinginan.
Sebenarnya ada apa? Kenapa Meta terlihat seperti orang gila yang kebingungan? Bahkan degup jantungnya memacu lebih cepat dari biasanya.
Tatapan mata itu....
Entah Meta yang kepedean atau Mario memang sedang menatapnya lamat.
Kusuka padamu, sungguh aku suka
Sejak pertama kamu menampakkan dirimuMungkin ini cinta, tak sekadar rasa,
Sungguh aku mau....Sorakan heboh sontak memenuhi seisi kafe saat lagu itu selesai dinyanyikan. Semuanya terjadi dalam sekejap. Dan Meta masih berusaha untuk mencerna peristiwa apa yang tengah terjadi padanya.
Apakah dia sedang bermimpi? Sepertinya tidak. Meta merasa sakit saat mencubit pipinya sendiri.
Apakah dia berhalusinasi bahwa Mario sedang membawakan lagu untuknya? Tidak juga. Semua pengunjung kafe juga tahu dan kompak menyorakinya dengan heboh.
"CIIIEEE!!!" sorak seluruh pengunjung kafe.
"Maaf untuk Mbak yang duduk di pojokan. Saya cuman iseng tadi, hehe."
KEPARAT!
Meta membulatkan matanya sempurna, lagi. Tangannya mulai mengepal saat melihat Mario yang memandangnya jenaka. Dia tidak habis pikir sekarang. Cowok itu–
COWOK ITU TELAH MEMPERMALUKAN META! Dan lebih parahnya lagi, semua pengunjung kafe kini tertawa lepas seolah menganggapnya sebagai bahan lelucon mereka.
"Sekali setan, lo tetep setan, Mario!" umpat Meta dengan suara tertahan. Dia sangat yakin kalau wajahnya sekarang pasti sudah memerah seperti kepiting rebus. Bukan hanya malu, Meta merasa bahwa dunia terasa amat kejam untuknya.
"Mbaknya kelihatan sedih. Jadi, saya hibur."
Tahan, Meta....
Meta memejamkan matanya untuk meredam kekesalan yang semakin menggedor-gedor dadanya. Andai bukan di tempat umum, mungkin dia akan lebih mudah untuk menonjok wajah Mario demi membalas perbuatan keji yang baru saja dia dapatkan. Harga diri Meta benar-benar dipertaruhkan sekarang.
"Makasih, ya, buat Masnya," ucap Meta setelah membuka matanya. Dia menarik bibirnya selebar mungkin untuk memaksakan senyum di wajahnya. "Tahu aja. Saya ini penulis yang lagi galau habis matiin karakter utama."
Meta berdiri, membereskan laptop dan tasnya yang berserak di meja, lalu kembali berkata, "Tapi lain kali, jangan asal nyanyi, ya. Suara masnya jelek. Kuping saya pengang. Bukannya seneng, saya jadi makin galau karena harus ke THT abis ini."
Meta tersenyum puas setelah mengatakan itu, apalagi ketika seisi ruangan kicep karena mendengar penuturan sarkasnya. Tidak ingin menahan rasa malu lagi, Meta memutuskan untuk segera pergi dengan perasaan kacau yang menggebu-gebu. Dia tidak menyangka kalau niatnya untuk mencari inspirasi di kafe kesayangannya akan berakhir malapetaka seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metafora
Roman pour AdolescentsMenjadi penulis terkenal adalah keinginan Meta sejak lama. Tahun demi tahun yang dia lewati, rupanya belum cukup untuk membuat impiannya terwujud. Di ambang keputusasaannya, Meta semakin dibuat benci oleh salah satu penulis yang namanya tengah ramai...