BAB 1

20 5 0
                                    

Sejak pertemuan Jefri dan Prianka di rooftop, mereka kembali menjalani kegiatan mereka masing-masing.

Walaupun Jefri sudah meminta nomor gadis itu, tetap saja ia tidak ada keberanian untuk menghubungi Prianka.

Lagi pula mengapa ia tidak berani? Jefri juga tidak ada niatan untuk mendekati gadis itu lebih dari seorang teman.

"Jefri Kristiano."

Jefri tersadar dari lamunannya. Tidak sadar bahwa ia sedang berada di dalam kelas, melamuni seorang gadis dan gadis itu bernama Prianka Inggrit, teman barunya.

"Maaf, ada apa ya, Pak?"

"Ada apa, ada apa. Kamu saya panggil tiga kali gak denger-denger, malah melamun kamu. Sekarang kerjakan yang ada di papan tulis," jawab guru itu dengan tegas.

Sial, ia mana tahu jawaban soal matematika di papan tulis itu, lalu Jefri mulai tengok kiri, menatap teman sebangkunya—Marco—meminta pertolongan.

Marco hanya memberikan anggukan semangat untuk dan mengisaratkan maaf lewat matanya untuk Jefri.

Hari ini mungkin memang hari kesialan bagi dirinya.

✧⁠◝◜⁠✧

"Muka lu ngapa sih? Asem amat kayanya," ujar salah satu temannya yang bernama Carel.

"Lu kenapa, Je? Kalo ada apa-apa ceritalah," sahut temannya lagi yang bernama Shalona.

Akibat sahutan dari kedua temannya itu mengakibatkan yang lain memberikan atensi kepadanya, termasuk Mikaela.

Kalau ditanya bagaimana perasaan Jefri memiliki satu lingkaran pertemanan yang sama dengan Mikaela dan Reno, ia tidak bisa mendeskripsikannya. Ingin marah tidak bisa, ingin menjauh tapi tidak enak dengan yang lain.

"Gw gak apa-apa kok. Cuma lagi bete aja sama Pak Kenzo."

"HAHAHAHAHA, ohh yang lu disuruh maju itu ya?" Tanya temannya yang bernama Arkan sambil tertawa terbahak-bahak.

"Ar, gak biasanya gw denger ketawa lu kaya gitu, jadi takut," sahut Reno pura-pura bergidik ngeri.

Arkan Arrayan. Manusia terpintar seantero Satya Boarding High—opini Jefri. Mendapatkan piala, mendali emas, rangking satu di kelas, dan mendapat suara terbanyak dalam pemilihan ketua osis tahun ajaran baru ini merupakan hal yang tidak mengejutkan bagi lelaki itu.

"Tau dari mana gw disuruh maju?" Tanya Jefri.

Gadis yang duduk di samping Arkan bernama Annelis terkekeh.

"Gimana gak tau? Orang pas Pak Kenzo masuk kelas gw sama Arkan dia ngedumel. Katanya ada siswa gondrong di 11-IPS 3 ngelamun padahal udah dipanggil tiga kali. Di kelas lu yang gondrong kan cuma lu doang, Je."

"Gw kira Hanessa nyebar gosip lagi," sahut Mikaela.

Mata Jefri berbinar, lalu sedikit mencondongkan tubuhnya kedepan. "Emang ada gosip baru apa hari ini?"

"Kalo yang gw denger-denger, katanya si Reynald baru jadian sama–"

Suara pintu yang terbuka menghentikan ucapan Shalona. Saat Jefri melirik kearah sumber suara ia melihat Prianka, dan teman-temannya memasuki kafetaria.

"An, temen-temen lu tuh," sahut Carel. Dan Annelis hanya mengangkat bahunya, terlihat tak peduli.

"Jangan cuek gitu, yang. Mereka kan dulu temen-temen kamu juga," ucap Arkan sambil menaruh telapak tangannya di atas punggung tangan Annelis.

Sikap Annelis kepada teman-temannya yang dulu bukanlah tanda tanya besar bagi Jefri dan yang lain. Jelas Annelis memiliki alasan untuk menghindar.

"Bisa gak, gak usah bahas mereka?" Ucap gadis itu dengan nada memohon.

"Ya elah, An. Masa gara-gara Batara suka sama lu doang, jadinya lu gak mau nyapa mereka lagi," ujar Reno.

Singkat cerita, Annelis, Batara, dan Reynald dulu seperti tiga serangkai yang tidak bisa dipisahkan.

Mereka sudah saling mengenal sejak masa orientasi siswa, lalu teman mereka bertambah lagi setelah mereka bertiga masuk ekskul paskibra. Ada Prianka, Pandu, Zacky, Chandra, dan Elena.

Ketika angkatan Jefri baru memasuki kelas 11, Batara menyatakan perasaannya yang sudah tersimpan lumayan lama kepada gadis itu, namun pada saat itu posisinya Annelis dan Arkan baru saja jadian, dan Batara tidak mengetahuinya.

Sejak saat itulah Annelis jadi sering bergabung dengan teman-teman yang sekarang dan bersikap cuek kepada teman-teman yang dulu.

Utaraan dari Reno membuat Annelis melotot kearah lelaki itu.

Jefri tahu betul gadis itu sebenarnya merindukan teman-temannya yang dulu, namun karena ego yang terlalu tinggi. Annelis tidak mengungkapkannya kuat-kuat.

Jefri yang sedari tadi memperhatikan Prianka diketahui oleh Annelis, gadis itu menyeringai.

"Biasa aja kali, Je, ngeliatinnya." ledek Annelis.

Jefri yang gelagapan hanya bisa mengalihkan. "Siapa yang ngeliatin?"

Carel yang melihat arah mata Jefri langsung menyaut, "ohh, jadi Jefri lagi falling in love sama Kak Prianka."

"Deketinlah, Je, cowo bukan lu? Jangan mundur duluan sebelum dicoba," sahut Reno yang menurut Jefri kalimat itu mengandung majas ironi.

"Gw denger-denger dia lagi deket sama Kak Zacky," ucap Shalona dengan lugu.

"HAH!?" Pekikkan itu berasal dari Reno. "Gw yang adeknya kok gak tau apa-apa?"

Reno Jaskaran adalah adik tiri dari Zacky. Walaupun keluarga Jaskaran mengadopsi Zacky sebagai pancingan untuk Reno dari panti asuhan, tetap saja lelaki itu sudah memandang Zacky seperti kakak kandungnya sendiri.

"Jadi cerita minggu lalu soal cewe yang lu suka itu Prianka, Je?" Tanya Annelis penasaran.

Jefri berdeham. "Y-ya. Iya," ucapnya terbata-bata. Dan dari ekor matanya Jefri bisa melihat bahwa Arkan dan Annelis memberikannya tatapan skeptis.

Setelah semua puas mengintrogasi Jefri soal gebetan barunya. Shalona melanjutkan gosipnya yang tertunda, lalu gadis itu mulai berceloteh bagaimana kedua 'pasangan' itu sudah menjalin hubungan diam-diam sejak kelas 10.

Reno yang ikut mendengarkan langsung merasa terkhianati karena lelaki itu tahu informasi ini belakangan daripada Shalona.

"Kok lu bisa sih dapet gosip beginian?" Tanya Reno mendelik kearah Shalona.

"Makanya, Ren, lu sering-sering main sama Hanessa dan kawan-kawan. Biar lu gak ketinggalan info, ini Annelis sama Mikaela aja tergoda akhirnya gabung juga," kata Shalona sambil menunjuk Annelis dan Mikaela.

Reno melihat kearah kekasihnya. "Kamu tau soal ini dari tadi?"

Mikaela hanya mengangguk, kemudian mata Reno berpindah kepada Annelis.

"An, gw kira kita bestie. Kok lu gak ngasih tau gw?" Ujar lelaki itu dengan nada sedih yang dibuat-buat.

Annelis mendelik, lalu kembali memakan donatnya yang tersisa setengah.

Zona Teman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang