BAB 13

4 4 0
                                    

"Angkat dong, angkat," gumam Jefri pada ponselnya sambil mondar-mandir di samping ranjang.

"Halo, Jeje."

Jefri menghela nafas. "Halo, Bunda. Apa kabar?" Ujarnya yang akhirnya duduk di sofa.

"Baik, tumben kamu nelfon, biasanya chat. Ada mau nya nih kamu pasti." tuduh Bundanya dengan nada curiga.

Jefri mendelik. "Bunda bisa gak, enggak nuduh Jeje terus."

"Makanya kamu ngomong, Jeje, Bunda lagi bikin laporan ini."

"Orang tadi aku mau ngomong dipotong, tapi Bunda lagi kerja ya? Ya udah kalo gitu aku bilangnya besok aja."

"Eh, jangan dong. Ayo bilang, ada apa?"

"I-tu, Bunda tau kan kalo aku sering main ke rumah temen aku–"

"Ah, iya Mikaela. Gimana kabarnya dia? Kalian udah jadian belom?" Tanya Bundanya dengan tergesa-gesa.

"Aku gak jadian sama Mikaela, Bunda," bisik Jefri sambil melirik kearah depannya, terlihat Reno yang kini sedang tertidur pulas di ranjang.

"Kamu kenapa jadi bisik-bisik gitu sih? Padahal sayang loh, Mikaela cantik, baik, tipe kamu, dan kalo Bunda denger dari cerita kamu kayanya kamu suka banget sama dia."

"Sekarang semuanya udah beda, Bunda, dia udah jadian sama temenku, Reno," Ujar Jefri masih berbisik.

"Ohh, terus kenapa kamu masih mau ke rumah dia? Emangnya kamu gak bakal sakit hati ngeliat dia sama yang lain, ya meskipun ada temen kamu yang lain tapi tetep aja lah."

Jefri mendengus, Bundanya ini terkadang terlalu mengenal dirinya daripada dirinya sendiri.

"Intinya, besok aku mau ke rumah Mikaela sama yang lain. Boleh gak?"

"Tapi gak nginep kan? Kamu tuh kebiasaan, Je, kalo liburan suka nginep di rumah orang, udah tau Bunda ini single mom, tinggal sendiri di rumah gak enak tau."

"Kan ada Bi Nina, lagian aku juga baru sekali nginep di rumah Mikaela."

"Iya sih, tapi kamu tuh sering nginep di rumah si Reno, Carel, sama Arkan ya kan? Kaya gak punya rumah aja," sindir Bundanya.

Jefri memutar bola matanya. "Iya, nanti aku gak nginep."

"Janji ya?"

"Iya, Bunda. janji."

"Ya udah, oh iya satu lagi itu cewe yang di Instagram story kamu siapa? Bunda pikir itu Mikaela, makanya tadi Bunda nanya kamu udah jadian apa belom."

Bundanya pasti membahas soal foto di mana Jefri mengambil angle Prianka dari bawah saat mereka duduk bersebelahan di kursi penonton.

"Ohh, itu temenku. Namanya Prianka."

Jefri bisa merasakan Bundanya menyeringai di balik ponselnya. "Temen apa temen? Kalo temen mah gak bakal di post kaya gitu, Je."

"Udah ya, Bunda. Jeje ngantuk. Good night, love you," ujar Jefri dengan cepat mematikan telfon sebelum Bundanya mengintrogasinya lebih jauh.

Jefri menghembuskan nafas gusar,lalu naik keatas ranjang dan pergi tidur.

✧⁠◝◜⁠✧

Setelah pengumuman liburan akhir semester, keesokan harinya murid-murid Satya Boarding High berlomba-lomba keluar gerbang dengan wajah yang cerah.

Ketika Jefri berjalan keluar gerbang bersama yang lain, ia melihat ada beberapa murid yang dijemput menggunakan supir pribadi, dan ada juga yang dijemput oleh orang tua mereka masing-masing.

Jefri biasanya dijemput oleh Bundanya, namun karena hari ini langsung pergi ke rumah Mikaela jadi ia, teman-temannya, dan Prianka menaiki mobil alphard yang dikendarai oleh supir pribadi gadis itu.

Sesampainya di sana, mereka disambut dengan gerbang yang menjulang tinggi berwarna hitam pekat, dan halaman depan yang lumayan luas dilengkapi oleh air mancur berwarna putih di tengahnya. Saat mobil memasuki garasi, Jefri bisa melihat di sana ada dua motor, dan satu mobil lagi.

Jefri sudah tidak terkejut dengan kekayaan Mikaela Armano. Dan salah satu alasan Jefri menunda mengungkapkan perasaannya kepada gadis itu karena ia merasa tidak percaya diri.

Jefri mengakui bahwa dirinya hidup berkecukupan, namun sudah jelas kastanya dengan Mikaela sangat jauh berbeda. Dibanding Reno yang sudah setara dengan gadis itu, ia bukan siapa-siapa.

"Ayo turun," sahut Mikaela dari kursi paling depan.

Mereka pun turun dari mobil dan keluar dari garasi. Di pintu depan terlihat seorang wanita dengan senyum hangat menyambut mereka.

"Mikaela, Mami kangen banget sama kamu," sambut wanita itu sambil memeluk putrinya dengan erat.

Ketika wanita bernama Rachel itu mempersilakan mereka masuk, terdengar dari kejauhan suara deru motor yang semakin mendekat. Semua mata tertuju pada si penggendara motor.

"Fahlevi, welcome home," sambut Rachel, lalu padangan wanita itu berpindah pada motor yang dikendarai oleh putranya.

"Ini motor siapa, Lev?"

"Ah, ini motor sewaan. Abis tadi aku mau ikut adek naik mobil, malah penuh," sindir lelaki itu dan menyeringai kearah Mikaela.

Mikaela melototi kakaknya. "Mi, Kan abang bisa minta jemput pake mobil satu lagi. Lagian aku juga udah bilang dari awal kalo temen-temenku mau main," ucap gadis itu membela diri.

"Udah, udah, yang penting kalian kan sampe rumah dengan selamat," ujar Rachel memandangi kedua anaknya.

"Ayo, semuanya masuk," lanjut wanita itu.

Dengan Mikaela dan Fahlevi memasuki rumah secara beriringan, lalu lelaki itu dengan iseng mengacak-ngacak rambut adiknya.

Gadis itu hanya bisa menatap tajam kakaknya dan balas mencubit lengan Fahlevi hingga terdengar suara rintihan. 

Zona Teman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang