Prianka menatap nanar layar ponselnya.
Mungkin seharusnya ia tidak terlalu berlebihan mengabaikan Jefri, mungkin sekarang Prianka harus meminta maaf kepada lelaki itu karena telah memaksa sesuatu yang bukan kehendaknya.
Prianka menghela nafas kasar, kemudian melempar ponselnya ke ujung ranjang. Saat Prianka hendak keluar dari kamarnya terdengar dering ponselnya berbunyi, mungkin saja itu Jefri.
Dengan cepat ia langsung mengambil ponselnya dan mengangkat telfon tanpa melihat nama penelfonnya.
"Halo, Jefri," ucap Prianka dengan sedikit antusias.
"Prianka, ini Annelis."
"Oh, Annelis. Maaf, maaf gw kira–"
"Gak apa-apa, oh iya Prianka sebelumnya gw mau minta maaf soal kejadian dua minggu yang lalu, gw bener-bener kelepasan. Dari kelas 10 gw tau kalo Jefri suka sama Mikaela dan gw gak bisa nahan lagi."
"An, lu tau kan apa yang terjadi setelah Batara ngungkapin perasaannya pas lu baru pacaran sama Arkan? Lu ngejauh dan menurut gw seharusnya lu minta maaf sama Jefri bukan sama gw."
Di balik ponsel terdengar Annelis menghembuskan nafas gusar.
"Ok, mungkin lu bener. Tapi gw pengen nunjukin ke lu kalo gw bener-bener nyesel. Gimana kalo kita jalan-jalan ke mall? Just like old times."
"Kapan? Hari ini?"
"Iya, lu mau kan?"
Prianka terdiam dan berpikir, kemudian ia menjawab, "ok, gw mau."
"Ok, oh ya btw kita ajak Elena gak?"
"Coba nanti gw tanya, entar gw kabarin lu lagi. Eh iya nanti kita ketemu di mana?"
"Gw samper lu ke rumah aja, nanti kita berangkat bareng."
"Ok, gw chat Elena dulu."
"Ok, makasih, Prianka, lu mau terima tawaran gw."
Prianka berdecak. "Ya elah lu kaya sama siapa aja, udah ya bye."
Setelah telfon mati, Prianka menghubungi Elena lewat chat dan dengan cepat gadis itu membalas dengan kata maaf karena dirinya sudah ada janji dengan 'cowonya'.
Dalam benaknya ada sedikit kekecewaan karena biasanya ia bersama Elena dan Annelis sering pergi bersama sebelum Annelis menjauh dari mereka.
Beberapa saat kemudian ditengah Prianka sedang bersiap-siap, dering ponselnya berbunyi, dan tertera nama Annelis di sana. Tanpa basa-basi ia langsung mengangkatnya.
"Halo, An?"
"Prianka, gw udah di bawah."
"Ya udah langsung keatas aja, ini gw lagi siap-siap," ujar Prianka, lalu menutup telfonnya.
Tidak lama kemudian Annelis masuk kedalam kamarnya dan Prianka langsung memberi tahukan gadis itu bahwa Elena tidak bisa ikut ke mall bersama mereka.
Dari raut wajah Annelis ada segelimtir kekecewaan, namun gadis itu mengangguk.
Ketika Prianka telah selesai bersiap-siap, mereka berdua turun kebawah dan menemukan Papa Prianka—Ronald—sedang membaca koran.
"Papa, aku pergi dulu sama Annelis ke mall."
"Kok dadakan banget?" Tanya Papanya sambil menyingkirkan koran dari hadapannya.
"Iya, udah lama gak jalan bareng. Boleh ya, Pa, please?" ucap Prianka dengan nada memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zona Teman
Teen FictionKetika Jefri menyaksikan gadis yang ia idamkan menerima pernyataan cinta dari sahabatnya, dunianya hancur. Namun siapa sangka, bahwa patah hati bisa membawanya ke kisah yang baru bersama seorang gadis bernama Prianka Inggrit. Prianka hanya ingin la...