BAB 16

5 4 0
                                    

Setelah perselisihan yang terjadi di rumah Mikaela dan kejadian di motor malam itu dengan Prianka, keadaan menjadi sangat canggung.

Grup yang biasanya ramai menjadi sepi, tidak ada yang berinisiatif untuk memecahkan suasana.

Carel dan Shalona yang biasanya membuat grup ramai juga tidak muncul, sekedar basa-basi pun tidak ada.

Prianka juga ikut-ikutan tidak menghubunginya. Bahkan jika ia mengirimkan pesan, gadis itu akan membalasnya sesingkat mungkin.

Jefri menyalahkan dirinya sendiri. Kalau saja ia tidak terpancing oleh pertanyaan Annelis, dan kalau saja ia bisa menjawab pertanyaan Prianka semua ini tidak akan terjadi.

Sudah hampir dua minggu ia libur semester dan yang Jefri rasakan hanya kebosanan yang tiada ujung.

Ting!

Saat ponsel Jefri berdenting ia langsung mengalihkan perhatiannya dari komputer dan mengecek notifikasi.

Karel botak 13.40 PM
Je, sini ke rumah gw main ps

Jefri mengabaikan pesan Carel, kemudian kembali bermain gim di komputernya. Beberapa menit kemudian ponselnya berdenting lagi.

Arkancut 13.55 PM
Je, ini Carel ngajakin main ps
Ikut gak?

Jefri menghela nafas kasar, kemudian memutuskan untuk membalas pesan dari Arkan.

Arkancut

Je, ini Carel ngajakin main ps
Ikut gak?

Ada siapa aja?

Gw sama Carel

Setelah membaca pesan dari Arkan, ia langsung beranjak dari kursi dan bergegas mengganti pakaian dari kaus oblong biasa menjadi hoodie berwarna hitam dan celana pendek.

Sesampainya ia di rumah Carel, Jefri melihat ada motor Reno terparkir di sana.

Jefri mencemoh.

Bisa-bisanya ia termakan dengan perkataan Arkan, namun bukanya kembali menyalakan motornya dan pulang, ia malah masuk kedalam rumah Carel.

Ketika Jefri masuk, ia disambut oleh Ibu Carel–Carisa–Tante Carisa langsung menyuruhnya untuk langsung pergi ke kamar Carel, tanpa basa-basi ia langsung menuju keatas di mana kamar lelaki itu berada.

Sesampainya di lantai atas dan menghadap pada pintu kamar Carel, dengan ragu Jefri mengetuk, kemudian terdengar dari dalam suara lelaki itu yang menyuruhnya masuk.

Ketika Jefri masuk, dirinya menemukan Reno yang fokus mengalahkan Arkan di gim balap mobil.

"Jeje, akhirnya sampe juga," ucap Carel dengan nada meledek.

Pandangan Reno dari TV plasma langsung berganti kearah dirinya.

Ekspresinya natural, tidak ada tanda amarah, namun kekecewaan terpancar dari matanya, kemudian lelaki itu mengalihkan pandanganya dari Jefri, kembali pada gim.

"Pokoknya nanti abis Reno sama Arkan lu by one sama gw," ujar Carel yang mulai menyadari keteganggan dari suasana kamarnya.

Jefri hanya mengangguk, lalu duduk di karpet sebelah Carel.

Selang beberapa menit babak yang dimainkan Reno dan Arkan pun selesai. Akhirnya ia bisa bergerak setelah hanya diam memandangi layar TV.

Di tengah permainan Reno izin ke kamar mandi, kemudian tanpa aba-aba Carel memberhentikan permainan mereka.

"Rel–"

"Je, gw saranin lu baikkan sama Reno."

Tatapan Jefri beralih kepada Carel dan Arkan secara bergantian. "Ah, gw tau. Ini pasti rencana lu berdua kan? Biar gw baikkan sama Reno."

"Je, tiga hari lagi kita masuk sekolah. Lu mau pas makan bareng nanti pada canggung?" Tanya Arkan sambil menaikan alisnya.

"Mana grup sepi banget dari kemaren-kemaren," sahut Carel.

Jefri hendak berbicara, namun tiba-tiba Reno masuk kedalam kamar dan langsung duduk di ranjang Carel.

Carel berdeham. "Ar, lu mau gak temenin ambil dua stik PS lagi, di gudang kayanya gw masih ada deh."

"Harus banget ditemenin? Lu anak SD apa SMA?" cibir Reno.

"Ren, asal lu tau. Gudang gw itu angker, kalo sendiri entar suka iseng.

Tanpa membiarkan Arkan menjawab, Carel langsung menarik lengan lelaki itu keluar dari kamar dan sudah pastinya mereka tidak pergi ke gudang.

Jefri menelan saliva-nya, perlahan memulai percakapan. "Ren–"

"Simpen maaf lu, Je. Gw gak butuh," ujar lelaki itu dengan datar.

Jefri naik pitam. Saat dirinya hendak mengatakan sesuatu yang kemungkinan akan membuat keributan lagi, Reno berbicara.

"Gw ngerti perasaan lu. Suka itu wajar, yang gak wajar itu pas lu suka sama orang dan udah tau orang itu punya pasangan tapi tetep dikejar."

Jefri mengernyit bingung, tidak mengerti kemana arah pembicaraan Reno.

Namun ia tetap mendengarkan. "Dan lu adalah salah satu orang yang gak melakukan hal yang gak wajar itu."

"Jadi intinya?" Tanya Jefri dengan wajah bingung.

"Tolol," ujar Reno frustasi sambil melempar bantal ke wajah Jefri. "Lu ngerti gak sih apa yang dari tadi gw omongin?"

Jefri terkekeh dan dengan polos menggelengkan kepalanya.

Reno menghela nafas gusar, lalu menjatuhkan dirinya ke ranjang Carel.

"Gw minta maaf, Ren. Gw udah bohongin lu sama yang lain–ya kecuali Arkan sama Annelis, tapi tetep aja."

"Gw sempet kesel ternyata Arkan udah tau. Gw pikir lu cuma ngasih tau dia terus tu anak cerita ke pacarnya. Ternyata dia tau sendiri."

"Yah, intinya lu hati-hati aja kalo nyimpen sesuatu dari Arkan sama Annelis."

Reno mendengus dan tertawa.

"Nah, kan enak gitu udah baikkan," ucap Carel tiba-tiba membuka pintu kamar.

"Lu pasti gak ke gudang," tuduh Reno.

Arkan tertawa. "Stik PS-nya aja ada di laci ruang keluarga mana mungkin ke gudang."

"Lu pada nguping?" Tanya Jefri menaikan alisnya.

Carel terkekeh sambil menyengir. "Dikit." 

Zona Teman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang