BAB 5

7 4 0
                                    

Setelah kejadian Carel membocorkan soal Jefri dan Prianka. Semua temannya tak henti-henti membanjirinya dengan segala macam pertanyaan.

Semalam saat Jefri masuk kedalam asrama, teman-temannya sudah memasang wajah penasaran, namun untung saja mereka tidak menginterogasi dirinya.

Jam makan siang pun tiba, saat teman-temannya sudah berkumpul di meja kafetaria, tanpa basa-basi Reno langsung melontarkan pertanyaan.

"Jadi sejak kapan, Je?"

Semua mata tertuju kepadanya. Jefri menghela nafas, kemudian ia bercerita bagaimana pertama kali ia menemukan Prianka di rooftop sendirian, termasuk kejadian di mana mereka tertangkap basah dan sampai bagaimana mereka bisa terlihat sangat akrab.

Semua temannya hanya mangut-mangut, sedangkan Carel tersenyum puas sambil bersedekap.

"HA! Kalian baru tau Jefri ketangkep basah sekarang kan? Gw nih udah dari kemaren-kemaren," ucap lelaki itu dengan bangga.

"Mik, gw boleh kan bawa Prianka ke rumah lu?" Tanya Jefri mengabaikan Carel.

"Boleh kok, lu udah bilang Kak Prianka belom?"

"Ya, gw kan ijin dulu sama tuan rumah, entar kalo gw tiba-tiba ngajak Prianka lu pada kaget lagi."

"Tapi, lu sama Kak Prianka pacaran apa gimana sih?"

"Kurang jelas, Sha? Kalo dari cerita Jefri kayanya sih mereka masih 'temenan'. Iya kan, Je?"

Jefri hanya bisa tersenyum, perlahan mengangguk menyetujui pernyataan Annelis.

"Yee, somplak gw kira udah jadian," hardik Reno.

"Lagian gw sama Prianka juga nyaman-nyaman aja kaya gini, kita juga belom mikir sampe ke sana."

"Kita gak bisa loh nebak-nebak perasaan orang. Gak ada yang tau, Je," sahut Mikaela.

"Tapi kalo dari bahasanya dia masih gamon sama Zacky," ucap Jefri mengangkat bahunya.

"Serah lu, Je. Tapi cepat atau lambat pasti bakal ada yang naruh perasaan," ujar Arkan.

Kalau dibilang Jefri tidak terbawa perasaan dengan Prianka itu adalah kebohongan besar. Namun untuk menuju ke level selanjutnya, rasanya ia belum siap.

Mungkin saja hanya kebetulan obrolan mereka nyambung, selera humor yang sama, bahkan memiliki banyak kemiripan—seperti warna kesukaaan yaitu biru, makanan kesukaan yaitu kari ayam dan sampai yang paling menyedihkan yaitu mereka sama-sama tertolak dengan orang yang mereka suka.

Walaupun Jefri belum menyatakan perasaannya kepada Mikaela dan kemungkinan besar tidak akan pernah ia utarakan.

Jefri yang melihat secara langsung gadis yang disukainya menerima lelaki lain di hadapannya itu cukup menjelaskan bahwa ia sudah kalah telak.

Entah Prianka menganggap dirinya apa, namun Jefri cukup menyukai gadis itu untuk menemani dirinya.

Jam makan siang pun berakhir. Jefri mengirimkan pesan kepada Prianka, berniat untuk mengajak gadis itu pergi ke rumah Mikaela pada saat libur semester nanti.

Setelah kelas usai, Jefri yang sedari tadi gatal ingin mengecek ponselnya menemukan bahwa pesannya sama sekali tidak dibalas. Dibaca saja tidak. Jefri pun menekan tombol telfon, namun hasilnya sama saja, telfonnya tidak di angkat oleh gadis itu.

"Prianka kemana sih?" Gumam Jefri.

Jefri berjalan mengelilingi sekolah mencari gadis itu.

Kalau ia tidak bisa berkomukasi dengan Prianka lewat ponsel, maka yang harus ia lakukan adalah berkomunikasi secara langsung.

Zona Teman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang