1: Tugas

381 26 1
                                    

Happy reading guys 😁



Seorang pemuda dengan kacamata yang bertengger di hidungnya langsung menutup buku catatan begitu sesi belajar telah selesai. Seusai membereskan barang miliknya, ia buru-buru pergi menuju kantin. Mengabaikan orang-orang yang memanggilnya, karena ia tahu itu tidak penting.

Matanya menangkap seorang perempuan yang terlihat menggerutu sendiri pada laptop didepannya. Ia terkekeh kecil. Sebelum menghampiri, ia membeli minuman terlebih dahulu.

"Tumben masih disini."

Begitu menoleh, matanya terlihat berbinar. "Ethan," ujarnya dramatis

"Kalau begini pasti ada masalah."

"Hehe, bantuin dong." Gia mengambil minuman yang disodorkan.

"Apa?"

"Liat!"

Sambil meminum, laptopnya dibalikkan pada Ethan. Kumpulan tulisan rumit yang berjejer dilayar membuat pemuda itu menahan nafas.

Gia terus menyedot minumannya. Sambil menatap sekitar mencari referensi untuk pengerjaan tugasnya.

"Bukannya kemarin baru selesai?" Ethan kembali membalikkan laptop, gak kuat liatnya.

"Beda lagi ini."

"Lagian lo aneh banget tiba-tiba tertarik kayak gituan."

Gia berdecih. "Terserah gue dong! Ini tuh salah satu yang gue minati. Daripada waktu luang gue dipake sia-sia."

Ethan memilih diam daripada membalas perkataannya. Perempuan dihadapannya ini sedang sensitif. Kalau ia tak diam, siap-siap saja mendengar gerutuan nya.

Gia menopang dagu, menatap lurus wajah Ethan. Lalu tak lama kemudian ia tersenyum manis. Ia berdeham sebelum berucap.

"Ethan, lo mau bantuin gue kan?"

"Sure." Ethan mengernyit begitu melihat Gia yang terkesan mencurigakan dengan senyum itu.

"Tolong hubungin Bang Jay dong, gue mau belajar gitu."

Ethan menghela nafas. "Gak jadi nolongin, males."

Bibir Gia menyungging sinis. "Laki-laki emang gak bisa dipegang omongannya."

"Lo minta tolong buat gitu, gak maulah. Gue mikirin konsekuensi kedepannya ya," balas Ethan.

"Halah, paling jadi babu sebentar."

"Cuman cangkemmu!" Rasanya Ethan ingin menyentil bibir Gia. Ia pernah minta tolong sama sepupunya itu, tapi selama seminggu harus antar jemput ke kampus karena males nyetir padahal punya sopir. Emang nyebelin dia tuh.

"Tapi bukannya study club doang? Ngapain ada tugas segala?"

"Mana gue tahu, Kak Raya nyuruh gue gitu. Bayangin, pas lo baru aja duduk udah disuruh cari ide terus harus dikembangkan jadi suatu aplikasi. Gak ngotak kan? Kalau gak inget gue anaknya Pak Gino, udah gue pukul wajah songongnya itu."

Gia meremas cup minuman yang sudah habis hingga remuk. Saking kesalnya pada kakak tingkat yang satu itu. Entah kenapa dari sekian banyak orang, hanya dirinya yang dibenci terang-terangan.

Ethan tertawa mendengar suara Gia yang menggebu. Ia yakin saat diberi tugas, Gia hanya mengangguk dan memberikan senyum palsu sepanjang pertemuan. Ia kan sangat menjaga image elegannya.

"Nanti gue minta tolong sama Bang Jay deh."

Tak apa jika Ethan harus merelakan waktunya untuk membujuk sepupunya yang sangat susah sekali diminta bantuan karena kesibukannya dengan berbagai kegiatan. Ia juga rela kalau jadi babu sementara.

S+ (Absurd)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang