Happy reading 😁
•
•
•Mata Nanda berbinar begitu melihat menu hidangan yang dipesannya sudah disajikan. Spaghetti bolognese, menu yang selalu menjadi andalannya di restoran ini. Meskipun bukan restoran khas Italia, tapi rasanya benar-benar mantul. Nanda sudah lama tidak berjumpa karena saking sibuknya sama tugas.
"Ini menu terbaru kami, romantic dessert. Karena ada promo pasangan, kakak-kakak berhak mendapatkan ini secara percuma."
Pelayan itu menyajikannya dengan ramah. Sebuah dessert seperti red velvet, sepertinya menyegarkan.
"Wah, terima kasih mbak."
"Silahkan dinikmati."
Nanda sedikit mencondongkan badannya. "Beneran gak zonk."
"Setiap kita ke sini dapet promo pasangan mulu."
"Kan gue pantengin promonya," ujar Nanda sambil menyeringai tipis.
"Pantesan jari-jari kita lo liatin terus, tapi lumayan."
Karina menatap benda yang tersemat di jari manisnya itu. Ia mengalihkan fokusnya pada lasagna. Berbeda dengan menu yang dipilihnya saat terakhir kali kesini. Dengan segera Karina mengangkat alat makannya untuk menyantap hidangan.
"Selamat makan!"
Nanda terkekeh kecil melihat Karina yang terlihat bersemangat. "Selamat makan."
Saat akan menyuapkan pastanya kedalam mulut, seseorang yang sedikit ia harapkan datang ke mejanya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Lagi kencan nih ceritanya?"
"Ish!" seru Karina kaget dengan makanan yang masih ada di mulutnya.
Padahal bagaimana Lano tak salah paham, mereka berdua duduk dimeja dengan dua kursi. Serta suasana outdoor yang sedikit remang-remang, terkesan seperti sepasang kekasih yang sedang berkencan. Apalagi di sekitar mereka juga banyak orang yang sedang berkencan.
"Duduk gih!" titah Nanda. Ia agak risih melihat Lano yang berdiri didekatnya sambil menatap sinis. Emang salah dia juga sih.
Lano mendengus kencang dan duduk di meja sebelah mereka berdua. Miris karena tak ada pasangan seperti orang-orang disekitarnya. Temennya juga malah ngusir. Awas aja pembalasan darinya, padahal dia yang ngundang.
Seorang pelayan restoran datang kepadanya untuk menanyakan menu yang akan dipesan. Sambil menunggu pesanannya datang, Lano menoleh pada temannya. Kembali memandang sinis mereka berdua, sebal karena dirinya tak diajak bicara.
Setelah beberapa saat pesanannya datang. Seorang pelayan yang berbeda membawakan pasta miliknya.
"Silahkan dinikmati," ujar pelayan tersebut dengan ramah.
"Terimakasih, mau sekalian temenin saya makan gak mbak?" Lano menopang dagu.
"Eh?"
"Becanda, silahkan mbak bisa kembali bekerja..."
Pelayan yang sepertinya memiliki usia tak jauh dari Lano pun pergi dengan pipi sedikit memerah.
"Ngenes banget yang gak punya temen makan. Mau gabung gak? Tarik aja itu kursinya kesini!" Nanda melambaikan tangannya.
"Terus piring gue dipangku gitu?!" gerutu Lano sambil menyantap makanannya dengan tidak santai.
Nanda tertawa lepas. "Lano lucu ya, Rin?"
"Lucu dari mana? Anak-anak liat muka dia aja udah nangis," jujur Karina teringat pengalamannya pergi ke taman kanak-kanak bersama teman-temannya kecuali Nanda karena saat itu sedang sakit. Alano waktu itu masuk dengan muka dinginnya dan jangan lupakan tatapan matanya yang tajam. Otomatis anak-anak yang melihatnya takut dan tak sedikit ada yang menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
S+ (Absurd)
Hayran KurguKelakuan absurd para mahasiswa yang sudah menginjak semester 3. *Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Enjoy my work and happy read...