4: Crush

411 32 1
                                    

Happy reading😁



Setelah mandi dan berpakaian dengan gaya casual, Ethan mengambil telepon pintarnya untuk menghubungi si tetangga. Sambil menunggu dia berjalan keluar kamar. Matanya menatap sekeliling rumah yang terasa sangat sepi. Niat pamit pada mamanya, namun seperti tidak ada siapa-siapa dirumah ini.

Ethan mengedikkan bahu dan meneruskan jalannya. Begitu keluar terlihat mamanya sedang menyiram tanaman. Ada juga ayahnya yang baru datang sambil membawa tentengan yang pasti bubur. Lalu masuk melewati Ethan sambil menepuk pundaknya. Berarti, hanya adik-adiknya yang tidak ada.

"Halo?" Suara dari telepon terdengar.

"Halo, Rhe. Udah siap belum?"

"Lagi di sepatu, lo udah siap?"

"Udah."

"Sebentar lagi gue ke rumah lo."

"Oke, gue tunggu."

"Sip."

Begitu memutuskan panggilan. Ethan berjalan menghampiri mamanya.

"Mau kemana?" tanya maminya, Anita.

"Nemenin Rhea beli gitar, Mami mau nitip gak?"

"Enggak, kayaknya." Anita meletakkan alat penyiram tanaman yang digenggamnya. "

"Yang lain pada kemana, Mi?"

"Thania pergi sama temennya, Dito sama Fata joging sama temennya ." Anita menduduki kursi yang telah tersedia di teras rumah. Kakinya dari tadi terus berdiri jadi pegal juga.

Ethan mengikuti sambil mendengus pelan mendengar kalimat terakhir. "Lain kali Mami jangan izinin mereka, nongkrong mulu."

"Kenapa emangnya?"

"Mereka itu genit-"

"Kamu juga!" potong Anita membuat Ethan terdiam dan nyengir kuda. Tidak menyangkal karena benar.

"Kalau gitu aku pamit, Mi." Lebih baik Ethan kabur saja.

"Hati-hati!"

"Iyaa."

Begitu keluar pagar, mobil tetangganya sudah ada di depan mata. Ethan terdiam sejenak kemudian tersenyum begitu Rhea keluar.

"Gak sama sopir?"

"Aku udah punya SIM, hehe."

"Wah, kalau gitu perdana nih jadi orang pertama?"

"Iya, gak was-was kan?" tanya Rhea sedikit ragu.

"Enggak, gue percaya kok."

Tentu saja dusta. Ethan pernah jadi penumpang pertama juga waktu Gia tes drive. Salah satu trauma paling membekas karena nabrak kambing, untung gak sampe kelindes. Tapi hampir satu minggu ia terus memimpikan kambing.

Setelah memantapkan hati, Ethan membuka pintu mobil.

"Rhea, jalannya santai aja ya."

"Siap!"

Tangan Ethan menggenggam erat sabuk pengamannya begitu mobil melaju. Doakan semoga ia baik-baik saja.

.
.
.

Setelah jajan-jajan di luar, para mahasiswa itu pergi ke rumah Nanda. Membantu menyiapkan acara yang akan dimulai siang nanti.

Suasana dirumah Nanda yang luas ini penuh dengan kebisingan para pemuda pemudi ditambah dengan obrolan ibu-ibu. Nanda agak shock sebenarnya dengan keadaan ini. Biasanya di rumah itu selalu sepi, adem, sekarang berbanding terbalik. Tapi tidak apa-apa, tidak buruk juga rame begini.

S+ (Absurd)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang