Happy reading 😺
•
•
•*Flashback
Saat itu Gia pergi ke kedai untuk menyelesaikan hal yang sebelumnya membuat ia keliru alias baper tak tertolong sama oknum bernama Jay. Karena si Abang itu ternyata sadar, akhirnya ngajak ketemuan untuk minta maaf sama perlakuannya yang bikin salah paham. Gia sih oke aja, dia respon baik kok meski sakit hati dikit.
Gak sampai setengah jam, karena Gia ingin segera beranjak dari sana. Ia sengaja membawa motor, karena kalau tidak pasti akan ditawari untuk diantar.
Ia menjalankan motornya dengan pelan supaya Jay duluan, dan ia mengambil sisi kiri jalan. Setelah jaraknya jauh, Gia menaikkan kecepatannya. Dan saat itu, tiba-tiba sebuah sebuah mobil menyalip dengan cepat yang membuatnya terkesiap. Namun di depan sana kecepatan mobil itu malah melambat.
Karena merasa terlalu lambat Gia memutuskan untuk menyalip kembali. Tanpa diduga mobil itu banting setir ke kanan—menuju sebuah gang tanpa menyalakan sein. Gia mau tak mau menabraknya meski sudah rem dengan kuat.
Gia yang shock awalnya hanya terdiam dengan tubuh terlentang di samping motor. Baru sadar saat mobil yang ditabraknya sudah kabur dan ia langsung mematikan mesin motornya. Tangannya merogoh saku jaketnya untuk menelpon Alano yang rumahnya dekat. Namun tidak dijawab dan akhirnya ia menelpon Ethan untuk datang.
Ia menoleh pada motornya benar-benar rusak, spakbornya sudah hancur, kaca lampunya pecah, serta spionnya sudah memisahkan diri dan tergeletak di aspal. Untung saja refleknya bagus hingga ia tak tertindih motor.
Gia masih diam di samping motornya dengan posisi yang sama. Ia menutup matanya karena langit tampak silau. Hingga akhirnya ada seorang warga yang lewat bersamaan dengan Mada yang tampak panik.
"Gia?" Mada menepuk bahunya kemudian mengecek nafasnya. "Gia?"
"Gue gak papa, silau aja kak," ujar Gia dengan mata yang terbuka sedikit.
"Mau dipanggil ambulans, Mas?" seru seorang warga tadi.
"Gak usah, Pak. Saya baik-baik aja." Gia mendudukkan dirinya dan tersenyum lebar.
Bapak itu hanya mengangguk kemudian pamit karena mau antar bekal anaknya yang ketinggalan.
"Ke pinggir dulu, Gi. Gue takut kalau ikut jadi korban juga."
Bagaimana tidak? Mereka masih ditengah-tengah jalan raya. Untung saja masih sangat sepi, entah kemana penghuni dunia ini.
.
.
.Di kafetaria kampus tetangga, Ethan duduk di salah satu meja sedang menunggu seseorang. Matanya terus menatap pintu masuk. Begitu sosok yang ditunggu terlihat, Ethan melambaikan tangannya dan menyuruhnya untuk duduk.
"Sorry, lama ya?"
"Enggak, cuman beberapa menit." Ethan tertawa kecil. "Masih suka jus sirsak kan, Dil?"
"Masih, thanks ya." Sosok cantik yang menenteng almamater berbeda itu menerimanya. "Lo gak ada kelas emangnya?"
"Gak, santai aja."
Dilla mengangguk. "Gue to the point aja ya. Soal kemarin itu emang pure salah sepupu gue, tapi dia gengsian. Gue udah bujuk buat minta maaf, tapi dia gak mau. Kira-kira kalau Gia ngaku salah terus minta maaf biar gak memperpanjang masalah bisa gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
S+ (Absurd)
FanfictionKelakuan absurd para mahasiswa yang sudah menginjak semester 3. *Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Enjoy my work and happy read...