27 - Lorong Waktu

4K 331 7
                                    

"Kamu ini bidadari surga dan bidadari dunia saya. Jadi yang berhak melihat kecantikan kamu, hanya pemiliknya, saya atau ayah kamu. Saya tidak rela sembarang mata melihat kamu."

-Arkhan Shidqi Attafariz

I'm back!

Double up yang tepat waktu buat kalian!
BTW tadi pagi itu gak sengaja up loh🤧
Kaget, tiba-tiba ada notif:)

Gak usah banyak basa basi, part ini panjang baca pelan-pelan...

Gak usah banyak basa basi, part ini panjang baca pelan-pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

".....Mari masuk ke lorong waktu, sembilan belas tahun yang lalu. "

Seorang suami tengah mengelus lembut punggung istrinya yang bergetar, menangis tersedu-sedu.

"Aku udah gak kuat lagi, mas," ucap sang istri menatap sendu pria berjas di sampingnya.

Helaan nafas berat terdengar dari pria bermata sipit itu. "Baiklah, Zaidah. Jika itu yang kamu inginkan. Mungkin ini jalan yang terbaik."

Zhan Otara Verghana. Pria itu harus merelakan rumah tangga yang sudah dibangunnya selama 6 tahun hancur lebur karena kesalahannya sendiri.

Iya. Kesalahan. Jika waktu bisa diputar kembali, saat perusaannya bangkrut ia tidak akan minum minuman haram itu hingga mabuk, meniduri seorang wanita di club malam. Air tertinggal di dalam, ia harus bertanggungg jawab seperti sekarang.

Begitu juga dengan Zaidah, seorang putri Kyai yang menjalani pernikahan dengan Zhan lewat perjodohan, berdalih persahabatan orang tua.

Sudah cukup Zaidah menahan air matanya selama 9 bulan lamanya, kini bayi yang tidak diinginkan itu sudah lahir ke dunia. Dan Zhan, ia  ternyata sudah menikahi wanita itu, usai wanita itu melahirkan semalam.

Zaidah tetap pada pendiriannya. Daripada dipoligami, mending cerai saja. Menurutnya, jalan masuk surga itu banyak, ia tidak sanggup jika harus dimadu. Apalagi dengan awal yang menjijikan.

Seorang bocah laki-laki berusia 5 tahun ikut meneteskan air matanya kala mengintip pertengkaran kecil itu di balik pintu kamar yang sedikit terbuka. Arkhan kecil, meski ia belum mengerti dengan apa yang dilihat dan didengarnya, hati kecilnya terguncang begitu melihat ibunya menangis.

Satu tahun berlalu. Zaidah yang terpuruk kini sudah bangkit hidup mandiri mengurus buah hatinya seorang diri, mereka tinggal di sebuah perum perkotaan.

Ia percaya, selagi masih bisa berikhtiar, rezeki tidak akan lari. Usaha memang tidak akan mengkhianati hasil. Buktinya, 3 bulan lalu Zaidah resmi membuka toko butiknya sendiri Dan mempunyai banyak pegawai.

NAWAITU STAY WITH YOU✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang