Symphony 3

130 15 24
                                    

Yuhuu, part tiga datang! Yuk langsung aja kita meluncur bersama!

Happy reading guys!

"Terkadang memilih untuk bungkam itu lebih baik, daripada hanya ada penyesalan setelah kata itu terucap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terkadang memilih untuk bungkam itu lebih baik, daripada hanya ada penyesalan setelah kata itu terucap. Karena tidak semua manusia bisa menerima apa yang kita katakan."


Kenyataannya bersanding dengan CF, tak seindah yang terlihat di film. Di film tidak begitu indah juga sih, hanya saja realitanya jauh lebih menyusahkan. Sehat memang mahal, dan entah kenapa Tuhan memberi izin bakteri itu harus tinggal pada tubuh Daniel. Beberapa kali Daniel berhenti dan mengatur napasnya yang sesak. "Dan, lo oke?" tanya Agam yang baru datang dari arah seberang.

Daniel mengangguk sebelum bersuara. "Gue oke, santai aja. Lo udah dapet latihan soalnya?"

Agam menunjukkan lembaran soal miliknya dan juga milik Daniel yang dia ambilkan dari ruang guru. Mirisnya mereka, baru masuk sudah harus berkutat dengan soal-soal persiapan olimpiade yang bahkan belum diketahui tanggal pastinya. Saat menoleh ke belakang Daniel, Agam melihat sosok tak asing yang mengikuti temannya.

"Lo!" pekiknya sambil menunjuk Joa yang berdiri di belakang Daniel.

"Hai, kakak belagu!" Sapa Joa datar.

"Ya Tuhan, lo diikuti makhluk apaan sih, Dan?" Agam memutar bola matanya. Kenapa juga Daniel harus berurusan dengan makhluk jelmaan seperti Joa, yang dilihat saja sudah pasti akan merepotkan.

"Kakak juga makhluk kan?" Bantah Joa berdiri di samping Daniel dan mendongak. "Jadi, aku beresin apa, Kak? Beresin kata-kata kakak belagu ini biar lebih tertata sopan santunnya?"

"Beresin seluruh buku ke raknya, pastiin nggak ada yang salah, kalau ada yang salah lo harus beresin sampe bener!" Daniel menunjuk tumpukan buku di troli yang jumlahnya tidaklah sedikit. Sepertinya Daniel lebih kejam dari Angga.

"Gue tungguin di bangku paling ujung." dia berjalan bersama Agam ke bangku paling ujung yang sempat dia tunjuk. Tanpa menunggu atau repot-repot melihat ke arah Joa, dan memastikan cewek itu setuju atau tidak.

The Symphony of Daniel LisztTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang