Symphony 6

125 17 29
                                    

Yuhuuu, Minvan balik bareng Daniel nih! Agak telat ya tapi nggak apa-apa kan dari pada nggak update.

Langsung aja deh kita meluncur ke part selanjutnya!!

 "Apakah semua orang tua bisa membangun mimpi anaknya, atau justru menghancurkannya? Tidak, bukan? Tidak semua orang tua bisa membangun mimpi anaknya, mereka hanyalah manusia yang terkadang tak ingin menurunkan ambisi demi mencapai suatu tingkat y...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah semua orang tua bisa membangun mimpi anaknya, atau justru menghancurkannya? Tidak, bukan? Tidak semua orang tua bisa membangun mimpi anaknya, mereka hanyalah manusia yang terkadang tak ingin menurunkan ambisi demi mencapai suatu tingkat yang lebih tinggi."

Daniel menatap sekali lagi pada layar ponselnya yang memperlihatkan room chat dari mamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daniel menatap sekali lagi pada layar ponselnya yang memperlihatkan room chat dari mamanya.

Mom :

Mama jemput kamu jam 9 selamat bersiap-siap sayangku.

Helaan napas kembali keluar, jika sudah seperti ini mamanya sudah pasti memiliki niat terselubung padanya. Bukannya berburuk sangka tapi Daniel sudah sangat hafal dengan tingkah mamanya.

Dengan malas Daniel segera bersiap-siap untuk makan siang bersama mamanya. Mengingat hari minggu Theresa libur, begitu juga dengan Daniel. Sayangnya Daniel enggan bertemu mamanya yang sudah pasti yang dibahas tidak jauh dari kompetisi musik dan sejenisnya. Memikirkan hal itu membuat kepala Daniel mendadak pusing.

Sebelum pergi dia harus menyelesaikan urusannya dengan rejimennya. Terapi AffloVest, menelan serangkaian pil dan masih banyak lagi. Selesai dengan rejimennya. Daniel segera keluar dari rumah sakit dan menghampiri mobil mamanya yang sudah menunggunya di parkiran.

"How are you dear?" Theresa mencium kening dan pipi putra bungsunya saat Daniel sudah berada di dalam mobil.

"Agak nggak enakan tapi mama maksa makan di luar, kalau nanti dokter marah itu tanggung jawab mama!" Theresa terkekeh, dia tidak mungkin membawa putranya keluar begitu saja, sebelumnya dia sudah memastikan kalau Daniel boleh keluar oleh sang dokter.

"Mau makan apa? Truffle?" tanya Theresa mengalihkan topik. Daniel hanya mengangguk, dia bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan, selagi masih setara dengan dietnya tidak masalah.

Mereka pun memutuskan untuk memakan Truffle spaghetti di restoran yang tidak jauh dari rumah sakit, hanya membutuhkan waktu sepuluh puluh menit untuk sampai di sana.

The Symphony of Daniel LisztTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang