Symphony 10

98 11 17
                                    

Yooo, Daniel sama Joa balik lagi nih, mari merapat semuaaa!!

"Kadang, takdir mengambil sesuatu yang menimbulkan trauma,Kadang, takdir juga membawa pertemuan tak terduga, menjalin kisah yang menyebalkan, tapi,Percaya kah ada sebuah awalan yang akan menyembuhkan luka?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kadang, takdir mengambil sesuatu yang menimbulkan trauma,
Kadang, takdir juga membawa pertemuan tak terduga, menjalin kisah yang menyebalkan, tapi,
Percaya kah ada sebuah awalan yang akan menyembuhkan luka?"

"Kadang, takdir mengambil sesuatu yang menimbulkan trauma,Kadang, takdir juga membawa pertemuan tak terduga, menjalin kisah yang menyebalkan, tapi,Percaya kah ada sebuah awalan yang akan menyembuhkan luka?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Daniel menarik oksigen portablenya dan melangkah menyusuri koridor rumah sakit. Hari ini dia benar-benar sedang tidak berminat melakukan apapun termasuk sekolah. Semalam dia sempat demam tinggi untungnya pagi ini dia sudah baikan.

Angin pagi yang berhembus membuat Daniel merapatkan jaketnya, udara lebih dingin karena Jakarta baru saja diguyur dengan hujan.

Sebelum mendudukkan dirinya di gazebo, mata Daniel memicing menatap satu objek yang tak asing di matanya. Tanpa dia minta langkah kakinya membawa Daniel menghampiri sosok itu.

"Tangan lo kenapa?"

Joa mendongak, menatap Daniel lekat lalu kembali menatap hamparan rumput di taman. "Jatuh."

"Ceroboh pasti," tebak Daniel lalu dia duduk di gazebo yang berada di dekat sana. "Lo nggak bisa ikut final dong? Sayang banget kayaknya lo kerja keras buat itu."

Joa hanya bergumam sampai detik ini, dia masih memikirkan apa yang terjadi kemarin, saat dia menyaksikan Daniel berteriak memintanya pergi dan nama Jonathan lolos dari bibir Daniel.

"Kak," kata Joa. "Sebenarnya, kenapa sih aku harus kenal sama kakak? Kenapa aku harus ngikutin kakak?"

"Hah? Ya mana gue tahu, kan lo yang ngikutin gue. Dari awal, gue nggak pernah minat kenalan sama siapapun." ujar Daniel jujur, karena yang sebenarnya memang seperti itu. Daniel membatasi dirinya untuk tidak dekat dengan seseorang atau yah, sekadar kenal saja.

Joa membetulkan duduknya, menghadap ke arah Daniel, "Pasti ada sesuatu. Misalnya," Joa menunduk menatap tangannya yang cidera. "Seperti penebusan dosa. Seperti aku harus menggantikan sesuatu yang hilang pada diri Kakak."

"Mana ada."

"Jo--" Joa mengatupkan kembali bibirnya kemudian terdiam, tidak seperti dirinya yang biasanya.

The Symphony of Daniel LisztTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang