Yuhuuuuuu~ Daniel back!!
Langsung aja ya sistah, mari kita nikmati kelanjutan ceritanya
"Tak semua orang bisa menghargai apa yang mereka miliki, pada dasarnya manusia memiliki kepuasan yang tak pernah cukup, selalu ingin lagi dan lagi. Bahkan mereka pun tak bersyukur bahwa selama ini banyak orang yang menikmati udara gratis."
Mega mendung mulai tergulung menutupi langit biru yang semula cerah, harusnya musim panas sudah tiba. Tapi di akhir Juli hujan sesekali masih singgah. Cuaca yang tak bisa di prediksi terkadang membuat Daniel merasa jengkel apalagi kalau dia tidak membawa payung dan berakhir dengan terjebak di sekolah sembari menunggu hujan reda.
Namun, kali ini Daniel enggan beranjak dari halte, meski angkutan umum yang kesekian kalinya telah menghampiri dan menawarkan diri untuk cowok itu.
Daniel hanya ingin melihat dan berdiam diri, menatap hiruk pikuk keramaian kota yang tak perlepas di sepanjang harinya. Meski debu dan polusi beresiko pada paru-parunya, tapi Daniel menyukai kegiatan sederhana itu. Dari sana dia bisa melihat banyak hal tentang kehidupan. Dari sana Daniel bisa bersyukur bahwa hidupnya masih beruntung.
Mungkin tak seberuntung itu, tapi kesempatan untuk menikmati keindahan dan kesederhanaan sebuah kebahagiaan di sekitarnya lah yang membuat Daniel merasa bersyukur. Sesak yang tak mungkin hilang itu sudah Daniel anggap sebagai sahabatnya, meski kelabilan di usianya terkadang membuat dia kelimpungan sendiri, mental yang masih benar-benar rapuh.
"Mungkin aku tidak akan bertahan dengan paru-paru yang hanya berfungsi 50%, menunggu sebuah paru-paru baru untuk bertahan selama lima tahun. Rasanya konyol sekali, tapi aku tetap menginginkannya, jika orang yang akan mati memiliki list panjang kehidupannya. Maka aku tidak memiliki hal itu, seluruh hidupku aku pergunakan untuk melakukan apa yang ingin kulakukan tanpa list tentunya, karena aku membenci apapun yang terdengar seperti nama belakangku. Hari ini aku ingin melihat hujan, aku ingin berdiam di bawah guyurannya, namun itu sangat tidak mungkin. Aku memahami kondisiku, dan aku masih ingin menghirup udara dunia yang sudah penuh dengan polusi. Satu-satunya yang aku inginkan adalah paru-paru baru dan terbebas dari semua ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Symphony of Daniel Liszt
Novela JuvenilAwalnya Daniel Liszt hanya seorang siswa biasa yang kehidupannya tidak begitu menarik banyak orang, kecuali satu benda yang melintang di bawah hidungnya yang selalu dipertanyakan. sebagai penyandang Cystic Fibrosis membuat Daniel menghindari orang-o...