Symphony 8

75 11 12
                                    

"Perlombaan dalam hidup tak akan berhenti setelah satu babak selesai, babak baru akan terus ada dan kita bisa kalah, atau menang di setiap babaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perlombaan dalam hidup tak akan berhenti setelah satu babak selesai, babak baru akan terus ada dan kita bisa kalah, atau menang di setiap babaknya. Hanya saja kita perlu tahu bahwa perjuangan kita yang keras lah yang bisa disebut sebagai hasil dan kemenangan yang nyata."

Di sebuah gedung teater yang disewa untuk ajang perlomban para pianis muda, Joa mengedarkan pandangannya pada orang-orang yang tengah berbincang dengan guru piano mereka maupun duduk menyendiri sambil mengingat partitur yang akan dimainkan di  had...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah gedung teater yang disewa untuk ajang perlomban para pianis muda, Joa mengedarkan pandangannya pada orang-orang yang tengah berbincang dengan guru piano mereka maupun duduk menyendiri sambil mengingat partitur yang akan dimainkan di  hadapan para juri nantinya.

"Joa?" Panggil Elwish yang izin tidak berangkat ke sekolah dan menemani Joa.

"Ya?"

"Tegang?"

"Dikit."

"Mau aku beliin susu pisang dulu?" Tanya Elwish yang sudah mengerti riders apa yang diminta Joa sebelum namanya dipanggil oleh panitia. Sejak Joa mulai aktif mengikuti kompetisi, hanya Elwish yang menemani, kadang juga Marshal--ayah Joa, jika sedang ada waktu luang ditengah jadwal kerjanya yang padat. Sementara Sophie--ibu Joa--tidak pernah merasa perlu melihat kesenangan Joa yang hanya mengacau setiap saat tanpa membawa kemenangan.

"Thanks, El~" Joa memasang senyum tulusnya.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya, nama Joa dipanggil.

"Semangat, aku akan lihat dari samping panggung." Elwish memberi Joa pelukan hangat.

Joa mengangguk, melepas rangkulan Elwish kemudian mengangkat dress formal bewarna gelap segelap malam dengan aksen rintik batu mulia yang menggambarkan bintang-bintang, dan mulai melangkah ke tempat penjurian.

Dari atas panggung megah, Joa menghela napasnya kemudian menunduk--memberi hormat pada juri dan para penonton yang tidak Joa kenal. Setelahnya, Joa duduk di hadapan Steinway and Sons yang sudah menunggunya untuk dimainkan.

Menutup mata sesaat, Joa pun memfokuskan dirinya pada warna monoton tuts-tuts piano dan menarikan jari-jemari di atasnya. Di babak ke dua usai penyisihan, Joa tidak menyangka namanya ada diurutan peserta dan mendapat undian untuk memainkan karya Franz Liszt, Hungarian's Rhapsody No. 2.

The Symphony of Daniel LisztTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang