Chapter 9

826 84 8
                                    

Singkat kisah, pernikahan itu pun tetap dilakukan dengan Rain yang masih basah kuyup, ia tak ingin mengganti pakaiannya karena ia tak sabar ingin kembali bermain air. Dan benar saja, usai mengucapkan janji suci dan saling menyematkan cincin, Rain dengan santainya berlari menuju air lalu bermain di sana, meninggalkan Phayu seorang diri yang berdiri di atas altar dengan terus mengawasi Rain dari sana.

"Phayu..." Dew datang menghampiri Phayu, "susul Rain, Pho khawatir dengan ombaknya."

Phayu mengangguk paham lalu bergegas berlari ke arah Rain berada.

"Phi Phayu!" Seru Rain melihat Phayu yang berlari ke arahnya, pria tampan itu kian terlihat tampan denga setelan jas pengantin yang dikenakannya itu.

"Sayang, ayo sudah bermain airnya." Phayu berdiri di bibir pantai.

"Mai, Rain masih ingin bermain air Phi, apa Phi tidak ingin ikut bermain?"

Phayu menggeleng, ia merendahkan dirinya hingga setinggi dengan Rain yang tengah duduk di atas pasir, "Sayang, malam ini bolehkah kita..." Mata Phayu melirik dada Rain yang terlihat, "sekali saja.'

"Rain tanya Mae dulu na, Mae!"

"Hust... Tidak apa-apa Mae!" Phayu membungkam mulut Rain dengan tangannya, "jangan bertanya pada Mae, atau ia akan memukul Phi dengan gayung lagi." Ucap Phayu.

Phayu membawa Rain keluar dari air dan menggendongnya menuju kamar mereka dengan Rain yang merengek minta diturunkan.

"Oih Phi Phayu!" Teriak Rain karena Phayu merobek pakaiannya sesaat setelah mereka tiba di kamar.

"Diamlah sayang, Phi tidak akan memasukkannya." Dengan raut wajah penuh gairah dan deru nafas yang berat, Phayu melucuti setiap pakaian Rain hingga tubuh putih bak susu dan mulus tanya luka itu terpampang di hadapannya, tatapan Phayu berapi melihat tubuh yang sudah tak pernah ia lihat sedari Rain dinyatakan hamil.

Jemari jenjang itu terulur mengusap perut yang masih kurus milik Rain yang beberapa bulan lagi akan membesar, diusapnya penuh kasih sayang perut itu. Phayu merendahkan dirinya dan wajahnya tepat berada di depan perut Rain.

Cup!

"Sehat-sehat di sana sayang, jangan merepotkan Mommy mu na, Daddy akan selalu menjaga kalian berdua." Phayu kembali menciumi perut itu dan membuat Rain terlekwh geli

"Rain..." Panggil Phayu, "duduk."

Perlahan Rain duduk ke ujur tempat tidur dengan Phayu yang bersimpun lutut di hadapannya.

"Mulai saat ini, Phi adalah milikmu dan kau adalah milik Phi, semua yang ada pada diri Phi dan semua yang Phi miliki adalah milikmu jua, begitu pula dengan apa yang ada pada dirimu." Ujar Phayu dengan menatap Rain demgan tatapan penuh cinta.

Rain tersenyum, pria cantik itu menunduk dan dikecupnya kening Phayu lama. Phayu memejamkan matanya merasakan kecupan Rain pada keningnya, rasanya ribuan bunga bermekaran di dalam dadanya, rasa hangat dan nyaman menjalar ke seluruh tubuhnya.

Cup!

Sebuah kecupan pada pipi Phayu ia berikan.

"Phi Phayu khab." Panggil Rain.

"Iya sayang?"

Keduanya saling beradu tatap, manik hitam itu saling menatap dalam dengan pancaran cinta.

"Phi." Panggil Rain lagi.

"Iya?"

"Rain-"

Puft!

Seketika Phayu menutup hidungnya dan menjauhkan dirinya dari Rain yang tertawa dengan girangnya.

"Rain ingin mandi" Dengan santainya Rain berjalan menuju kamar mandi dengan berbugil ria, membiarkan tubuhnya menjadi tontonan Phayu dengan lato-lato miliknya yang menggantung di bawah sana.

Mata Phayu tak berkedip menatap pahatan indah ciptaan tuhan itu, sampai tubuh Rain menghilang di balik pintu kamar mandi sana.

"Sial! Aku butuh lotion." Phayu bergegas mencari lotion di dalam tas kecil Rain, lama mencari tak jua ia temukan apa yang ia cari, ia pun berjalan menuju kamar mandi lalu mengetuknya, "sayang, apa kau membawa lotion?"

Krek!

"Ada apa Phi?"

"Apa Rain membawa lotion?" Tanya Phayu dengan merasakan miliknya yang kian mengeras melihat wajah Phayu dengan rambut basahnya.

"Ada, di dalam tas Rain, botolnya bewarna putih dan merah." Ujar Rain lalu kembali menutup pintu kamar mandi dan melanjutkan acara mandinya.

Rain kembali memeriksa isi tas sang istri, hingga akhirnya ia menemukan botol yang Rain maksud, dengan cepat ia membuka motolnya lalu menuangkan isinya ke telapak tangannya.

"Kenapa aroma dan teksturnya sedikit berbeda? Tapi sudahlah." Phayu duduk dengan bersandarkan punggung tempat tidur, tangannya yang tadi mulai mengurut miliknya yang sudah mengeras sempurna dan berhalu ria membayangkan tubuh serta sarang kenikmatan milik Rain yang teramat ia inginkan.

Belum semenit berlalu, tiba-tiba saja Phayu meringis kesakitan dengan memegangi miliknya yang terasa perih.

"Apa ini! Kenapa perih." Dengan menahan rasa tidak nyaman itu ia kembali meraih botol lotion tadi, dan betapa terkejutnya ia saat melihat botol apa itu.

"Ai sat! Phayu! Kau bodoh! Ukh... Panas panas panas." Phayu bergegas mencari tisu guna menghilangkan krim pijat itu dari penisnya yang memerah karenanya.

Krek!

"Phi Phayu kenapa?" Tanya Rain yang baru keluar dari kamad mandi.

"Sayang, mengapa kau membawa itu?" Phayu menunjuk botol krim pijat tadi dengan mengipasi penisnya yang tadi tegang malah lemas dan kian merah.

Rain melirik ke arah yang Phayu tunjuk, "hah?" Berjalan ia ke arah tenpat tidur, diambilnya botol itu, "sepertinya Rain salah mengambil barang, he he he."

Tanpa ada rasa kasihan pada Phayu, dengan mudahnya Rain tertawa melihat Phayu yang merasakan panas dan perih di bagian bawahnya.

"Awas aja, Phi akan menghukummu." Ancam Phayu lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi, namun ia terlupa jika krim itu akan terasa dingin menusuk pabila terkena air. Mendengar suara teriakan Phayu yang kesakitan membuat Rain tertawa terbahak-bahak karenanya.

*******

Semoga suka na

Maaciw

This Is Love ~ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang