Malam itu langit bergemuruh, langit yang biasanya penuh bintang kini tertutup oleh awan kemerahan di langit sana, angin kencang beberapa kali berhembus kencang, meniup pepohonan dan tirai-tirai putih.
Di halaman sebuah rumah mewah terlihat seoramg pemuda tengah berdiri dengan sebuah ember di samping kakinya.
"Rain akan menjemur pakaian." Dengan raut wajah bahagia itu ia mulai menjemur satu persatu pakaian ke tempat jemuran yang ada di sana, tanpa menghiraukan langit yang terus bergemuruh tanda akan segera hujan.
"Ck! Langit! Bisa diam tidak? Telinga Rain lelah mendengar suara perut laparmu itu!" Kesal Rain dengan menatap ke arah langit sana yang kian terlihat akan segera turun hujan.
Suara siulan terdengar dari bibir ranum Rain, bersenandung ria ia sembari terus menjemur pakaian miliknya dan Phayu.
"Opo ora eman duite? Gawe tuku banyu setan."
Opo ora mikir yen mendem iku biso ngrusak pikiran?"
Ojo diteruske mendeme, mergo ora ono untunge "
Yo cepet marenono mendemmu, ben dowo umurmu.'
Sembari pinggulnya bergerak ke sana kemari mengikuti irama nyanyiannya yang tiap detik makin kian menjadi.
"Oplosan!"
"Oplosan!"
"Oplosan!"
"Buka dikit jos!"
Terus seperti itu hingga cuciannya selesai ia jemur semuanya, lalu ia pun kembali masuk ke dalam rumah dengan terus bernyanyi riang, para maid yang melihat itu hanya bisa tertawa karena tingkah Rain, tidak ada dari mereka yang berani menganggu kesenangan Rain.
"Maid." Panggil Rain kepada seorang maid yang tengah membersihkan dapur, "Rain ingin nasi goreng dan jus buah, tolong antarkan ke kamar na." Pesan Rain lalu naik ke lantai dua ke kamarnya dan sang suami, Phayu.
Sang maid pun bergegas mengerjakan apa yang Rain inginkan, tidak butuh waktu lama, sepiring nasi goreng dengan secanhkir jus mangga sudah tersaji di atas nampan lalu ia bawa menuju kamar Rain.
Tok!
Tok!
Tok!
"Tuan Rain!" Panggil Maid.
Tak lama pintu itu pun terbuka sedikit dan menunjukkan kepala Rain, "ada apa Maid?"
"Ini nasi goreng dan jus yang anda inginkan Tuan." Ujar Maid itu.
Rain menatap nampan itu lalu menatap maid itu, "Rain tidak meminta ini." Ucap Rain.
"Hah? Bukankah Tuan Rain tadi meminta saya membuatkan nasi goreng dan segelas jus buah."
Rain menggeleng.
"Phi salah orang mungkin."
"Tidak mungkin Tuan, tadi anda memesan ini saat di dapur."
"Benarkah?"
Maid itu mengangguk.
"Tidak mungkin, bisa jadi itu Rain yang lain, banyak di negera ini yang bernama Rain, tidak hanya Rain ini seorang."
"Tapi di rumah ini hanya Tuan Rain seorang yang bernama Rain."
"Heh Jaenab! Sudah Rain katakan jika Rain tidak memesan itu, jangan berbohong, jika Phi berbohong akan Rain doakan lubang Phi pindah ke atas kepala Phi!" Kesal Rain.
"Tapi Tuan-"
Krek!
Rain menutup pintu itu lalu menguncinya, meninggalkan sang maid yang hanya bisa diam dan pasrah akan tingkah absurd Tuannya tersebut.
Di dalam sana Rain naik kembali ke atas tempat tidur lalu memeluk guling, "Phi Phayu khab." Panggilnya pada guling yang ia tempel foto Phayu di sana, "apa Phi tidak merindukan Rain? Mengapa Phi pergi sangat lama?" Terdengar suara isakan mulai terdengar, bibir ranum itu bergetar serta mengerucut lucu.
"Apa Phi tidak mencintai Rain lagi?"
"Apa Phi sudah bosan dengan Rain?"
"Atau Phi sudah menemukan istri baru?"
"Hua... Phi Phayu jahat!" Kesal Rain lalu melempar guling itu ke sembarang arah.
Krek!
"Sayang, kau kenapa?" Terlihat Phayu yang baru keluar dari kamar mandi bergegas menghampiri Rain lalu memeluknya, "ada apa denganmu Rain? Mengapa kau menangis?" Diusapnya lembut surai hitam itu.
"Hua... Phi Phayu jahat!"
"Phi Phayu tidak mencintai Rain lagi!"
"Phi Phayu tega! Hua..."
Tangis Rain kian jadi yang membuat Phayu bingung bukan main, pasalnya ia tidak melakukan apapun pada Rain.
Phayu tetap sabar menunggu tangis Rain reda, dengan setia ia mengusap rambut dan punggung itu hingga Rain tenang.
"Sekarang katakan pada Phi, apa yang membuat Rainnya Phi ini bersedih, hem?" Ditangkupnya kedua pipi berisi itu, mata tajam itu menatap dalam pada manik berkaca Rain.
"Hiks... Hiks... Tadi Rain menonton sinetron hiks... Ada pengantin baru ditinggal suaminya berselingkub hiks... Hiks... Ra-Rain tidak ingin seperti itu hiks... Rain mencintai Phi Phayu na."
Phayu teramat gemas dengan tingkah Rain saat ini, bagaimana tidak, wajah, suara serta hidung Rain yang memerah itu kian menambah keimutannya yang membuat Phayu kian jatuh cinta pada sosok mungil itu.
"Tenanglah sayang, Phi tidak akan meninggalkanmu. Karena, Rain adalah satu-satunya orang yang dicintai oleh seorang Phayu Chaikamon." Ditariknya tubuh mungil itu ke dalam pelukannya, dikecupnya kening Rain berulang kali sebagai ungkapan rasa sayangnnya.
"La-lalu, Phi darimana saja?" Tanya Rain dengan suara sedikit terisak.
"Phi habis dari rumah janda di sebelah." Goda Phayu yang membuatnya harus merasakan sakit karena Rain mengigit badannya kuat.
"Rasakan!"
"Aakk! Sakit sayang!"
Mari kita tinggalkan pasangan ini, saya merasa pusing mengapa dua makhluk absurd ini bisa menjadi teman hidup.
Hari-hari terus berlalu, Phayu mulai kembali ke rutinitasnya seperti biasa, sedangkan Rain hanya berada di rumah mereka, menunggu kepulangan suami tampannya itu.
Sebuah mobil sport mewah terlihat memasuki halaman rumah mewah itu, masuk ia dan berhenti tepat di depan pintu utama rumah tersebut, tak lama keluar seorang pria tampan dengan pakaian khas montir, alisnya mengkerut saat melihat di depan pintu itu terdapat para maid berdiri di sana.
"Apa yang kalian lakukan di luar sini?"
"Tuan Phayu, kami tidak berani masuk ke dalam, karena Tuan Rain..."
"Tuan Rain..."
Krek!
Belum usai maid itu menjelaskan, Phayu sudah masuk ke dalam rumah itu, khawatir jika sesuatu hal yang buruk terjadi pada istrinya. Namun, saat ia masuk keadaan rumah nampak sepi dan senyap.
"Phi Phayu." Suara terdengar dari arah tangga lantai dua, Phayu memalingkan matanya ke sana dan betapa terkejutnya ia saat melihat apa yang ada di sana.
"Subhanallah."
"Eh! Astaghfirullah."
Phayu bergegas menghampiri Rain yang berdiri di tangga sana tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya, dengan santainya Rain berbugil ria dan bertepuk tangan saat Phayu sudah ada di hadapannya
"Sayang, kemana pakaianmu?"
"Ada di lemari."
Phayu menepuk jidatnya pelan lalu bergegas membawa Rain ke kamar mereka, pantas saja tadi para maid tidak berani masuk, ternyata tingkah Rain tengah kumat.
*****
Ini chapter terakhir ya, untuk sisanya akan ada di buku nanti ya besti pay pay
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Love ~ [Terbit]
RomansaHanya kisah manis penuh canda dan tawa dari Phayu dan juga Rain.