.
.
TOK TOK
Pintu ruang kerja Sasuke diketuk. Setelah mendengar sahutan, pintu itu terbuka. Kepala kuning menyembul dari celah pintu. Naruto berjalan santai ke dalam ruangan atasannya.
"Kenapa kau masih di sini?" Naruto menghempaskan diri ke atas kasur lipat di pojok ruangan Sasuke.
Oh, benar. Minggu lalu Sasuke meminta Naruto membelikan kasur lipat untuk diletakkan di ruang kerjanya. Selama kunjungan putra-putri Hyuuga ke Okinawa, selama seminggu pula Sasuke tidur di kantor.
"Memangnya kenapa?" Sasuke bertanya tidak peduli. Matanya fokus membaca laporan yang diserahkan oleh tim desain.
"Ini hari minggu. Sebaiknya kau pulang, Sasuke." Naruto melipat kedua tangannya di belakang kepala, menjadikannya bantal.
"Justru karena ini hari minggu, besok hari senin. Aku harus datang ke kantor."
"Dan memakai seragam yang sama lagi?" Naruto melirik setelan jas yang tergantung di dinding. Lihat, sekarang Sasuke bahkan memakai kaos polos yang sama seperti kemarin.
"Sebaiknya kau mandi sekarang, Sasuke. Daripada kau tidur di kantor lagi, menginap saja di tempatku." tawar Naruto.
"Tidak mau."
"Kenapa?" Naruto memiringkan badannya. Ia mengernyit menatap Sasuke.
"Karin masih tinggal di rumahmu, 'kan?" Sasuke menoleh pada Naruto.
"Tentu saja. Dia 'kan sepupuku."
"Makanya, aku tidak bisa."
Naruto berdecak. "Kau ini, kutawari tempat tinggal tidak mau. Kusuruh sewa apartemen lagi, tidak mau. Kuajak ke bar, tidak mau. Kau maunya apa?"
Sasuke berpikir. Benar. Ia maunya apa? Seminggu ini, ia kacau, kenapa? Hari ini weekend, sebagai orang kantoran mustinya ia menikmati hari libur. Bersantai di rumah. Bicara soal rumah, apa yang terjadi di rumah sekarang? Hari ini penentuannya, 'kan?
"–suke? Sasuke? Kau dengar aku tidak?" Naruto menggerutu kecil. Sasuke tidak mendengarnya sama sekali. Pria kuning itu bangkit guna mendudukkan dirinya di atas ranjang.
"Apa?" nah, baru pria itu sadar.
"Cepat mandi! Aku tidak mau tahu, kau harus menemaniku makan siang di Ichiraku!"
"Aku tidak –"
"Aku tidak menerima penolakan!" Naruto mengangkat telapak tangannya setinggi dada. "Lima belas menit lagi aku akan kembali. Kau sebaiknya segera bersiap."
Tanpa menunggu persetujuan, Naruto berdiri dan pergi ke luar ruangan Sasuke. Sedangkan Sasuke hanya menghela napas lelah. Ia memang atasannya, tapi malah ia yang tidak bisa menolak titah Naruto.
.
.
Gaara tiba di kediaman Hyuuga jam delapan empat puluh lima menit. Begitu turun dari mobil, ia melihat Hanabi yang menunggunya di depan pintu masuk.
"Hei," sapa Hanabi. Mereka berpelukan sebentar.
"Apa aku terlambat? Seingatku perjanjiannya jam sembilan."
Hanabi menggeleng. "Tidak. Aku hanya ingin menunggumu saja," katanya.
"Jangan coba-coba merayuku di saat-saat terakhir, Hanabi-san." Gaara memandang curiga sedangkan Hanabi hanya terkekeh pelan. Lalu, ia mengantar Gaara menuju ruang tamu. Di sana sudah ada Neji dan Hinata yang menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted Bond [SasuHina X Kiba]
FanficRating: M, 21+ BUKAN BAGIAN DARI UNIVERSE UNWANTED BOND SHIKAHINA!!!! Hinata memang pernah ingin terikat dengannya. Membayangkan ia tenggelam pada titik terdalam Hinata. Tapi, Hinata sudah tidak mau. Keinginannya sudah mati sejak bertahun-tahun lalu...