14

694 65 4
                                    

.

.

Hanabi memandang sengit pada Hinata dan Sasuke. Kini putra-putri Hyuuga plus Sasuke sedang berkumpul duduk di ruang tamu. Di senin sore, Sasuke meminta kehadiran kakak-kakak Hinata untuk izin mengajak adiknya berlibur ke Osaka.

"Aku sih tidak keberatan. Tapi Sabaku-san rencananya mau datang hari sabtu nanti. Aku tidak ingin disalahkan kalau dia marah." Neji mengedikkan bahu dengan santainya. "Coba rayu saja pacarnya," lanjut Neji sebelum ia bangkit dan pergi ke dapur untuk mengambil makanan. Perutnya sudah perih karena melewatkan makan siang.

"Tidak." Hanabi menolak sebelum Hinata ataupun Sasuke bicara.

"Enak saja kalian minta aku merayu Gaara untuk kesenangan kalian sendiri." Hanabi bersidekap.

Hinata mengernyit. "Kalian 'kan pasangan, wajar kalau saling merayu," kata Hinata enteng.

"Aku merayu Gaara karena aku ingin merayunya. Bukan tekanan dari orang lain." Hanabi mengangkat tangan kanannya setinggi dada. "Lagian, kalau menginap berduaan di luar rumah itu zina."

"Pft." Hinata menahan tawanya. "Hanabi, kau sudah mulai percaya suatu agama?"

Hanabi berdecak, ia cuma pernah ikut kelas seminar Profesor Gyomei Himejima saja. "Intinya aku tidak mau kalau tidak ada untungnya untukku," tegas Hanabi.

"Dengar 'kan, Sasuke? Itu berarti kita tidak jadi berlibur. Aku akan pergi ke acara jumpa penggemar Daisuke Kambe saja." Sasuke mendelik kesal pada Hinata. Kenapa Hinata cepat menyerah begitu? Apa perlu Sasuke 'makan' dulu seperti tadi pagi?

Hanabi magut-magut, tapi tiba-tiba ia membelalak. "Tunggu, kau bicara apa tadi, Hinata?"

"Acara jumpa penggemar Daisuke Kambe?!" Hanabi menjerit histeris. "Kau punya tiketnya? Bagaimana bisa?!"

Hinata mengangkat bahu, pamer. "Kak Sakura yang mengajakku."

Hanabi berdecak lagi. Tidak adil.

"Nah, Hanabi, kalau kau mau bantu bicara pada Gaara Sabaku, aku akan bicara juga pada Sakura untuk mengajakmu pergi." sekarang gantian Hinata yang melotot pada Sasuke. Apaan? Yang diajak Sakura kan dia.

Mengabaikan tatapan Hinata padanya, Sasuke berdiri dan mengulurkan tangan ke arah Hanabi. Mengajaknya berjabat tangan.

"Oke, deal!" Hanabi ikut berdiri, ia menjabat tangan Sasuke secepat yang ia bisa.

"Apaan?!" Hinata juga berdiri dengan kesal. "Kak Sakura itu mengajakku. Tidak bisa sembarangan digantikan!"

Hanabi dan Sasuke menggoyangkan tangan mereka, seperti mengikat kesepakatan. Hinata menggerutu kesal karena diabaikan.

"Benar, itu tidak adil." Neji muncul dengan nampan berisi semangkuk sup, nasi, dan segelas teh hangat. Ia menaruh nampan tersebut di atas meja tamu sebelum ikut berkumpul. "Baru deal kalau aku ikut dengan Hanabi juga."

"Kak Neji!!!"

Oh, Neji tahu sekarang. Ternyata semalam dia tidak bermimpi.

.

.

"Selamat datang di Osaka! Salah satu tempat berlibur terbaik di Jepang. Tempat yang cocok untuk liburan keluarga," apalagi liburan berbulan madu, hihi. Oke, itu Hinata yang meneruskan ucapan pemandu wisata di dalam hatinya. Entahlah, tiba-tiba saja dia lupa dengan kekesalannya karena gagal bertemu sang idola.

"Hinata, nanti kita rental mobil saja, ya. Supaya mudah pergi ke mana-mana." Hinata mengangguk pada Sasuke begitu mereka keluar bandara. Ini liburan pertama mereka sebagai pasangan, dan sebagai –calon- istri yang penurut, Hinata manut-manut saja pada –calon- imam.

Unwanted Bond [SasuHina X Kiba]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang