06. Kita dan Luka

2.2K 176 8
                                    

'Belajar menerima keadaan tanpa harus membenci kenyataan'
__________________

Tau cerita ini dari mana?

Siap untuk mengikuti kisah mereka dari awal hingga akhir?

Kalian berasal dari daerah mana?

Sebelum membaca folow lebih dulu akun CendolCincau6

Jangan lupa follow akun instagram Cendolcincau6

Jangan lupa follow akun instagram lintang_mataharii

Jangan lupa follow akun instagram bayu_abimyuu

Jangan lupa follow akun tik-tok Cendolcincau6

Jangan lupa follow akun tik-tok Cendolcincau6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, Bayu masih bergulat dengan buku-buku pelajaran yang berserakan di meja belajarnya.

Rasanya Bayu benar-benar sangat ngantuk, ingin rasanya ia tidur, namun rumus-rumus matematika masih belum dia hapalkan sepenuhnya.

"Tahan, Bay! Lo gak boleh tidur, lo harus buat Bunda bangga!" gumam Bayu.

Tangan yang semula memegang buku kini beralih meremas perutnya. Pening, mual, dan rasa sakit di bagian perutnya menyatu menjadi satu.

"Tolong jangan sekarang! Ini sakit banget..." lirih pria itu, bahkan wajahnya kini memucat.

Berkali-kali pria itu membenturkan kepalanya ke meja belajar yang terbuat dari kayu itu hingga memar, berharap rasa sakitnya mereda.

Tubuh Bayu terjatuh, rasanya benar-benar lemas. Dengan susah payah pria itu menyerat tubuhnya menuju dapur, Bayu harus makan.

Terdengar helaan nafas. Bayu menatap kecewa kulkas yang kosong dan lemari makan yang hanya berisikan mie instant.

"Lo kuat, Bay! Bayu harus kuat demi Bunda!" gumam Bayu.

"Bayu, kamu lagi apa? Kenapa belum tidur?"

Bayu menoleh, terdapat sosok Wisnu yang berdiri di belakangnya. Bayu tersenyum, "masak mie, yah. Bayu laper, belum makan dari pagi."

"Tadi pagi kenapa gak mau sarapan? Ingat penyakit kamu, Bay!"

"Maaf, yah. Bayu terlalu pokus belajar."

PERISAI PELINDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang