02. Kita Dan Luka?

2.8K 192 13
                                    

'Bertahan ditengah-tengah luka itu begitu menyakitkan'
__________________

[Heppy Reading🌻]
*
*
*

Lintang menghembuskan nafasnya, akhirnya tugas sekolahnya selesai juga. Deringan ponsel terdengar begitu nyaring, membuat Lintang berdecak sebal. Ingin saja dirinya tidur, tapi sekarang sudah di gangu.

Gadis itu menatap bingung ponselnya ketika yang menelponnya adalah nomor tidak dikenal. Tak ingin berpikir lebih lama lagi, Lintang segera mengangkatnya.

"Siapa?"

"Maaf, apa benar ini dengan keluarga pasien bernama Satria Gayagsha?" Terdengar suara perempuandari dalam telpon.

"Iya, benar. Saya adiknya, ada apa, ya?" Raut wajah lintang berubah cemas.

"Pasien ngamuk-ngamuk tidak jelas lagi, mbak. Bisa kesini sebentar? Pasien terus memanggil nama Nadia."

Lintang menghembuskan nafasnya kasar. "Iya, saya kesana sekarang."

Gadis itu mematikan telponnya secara sepihak, bergegas dirinya berganti pakain. Tangannya bergerak menelpon nomor Bayu.

"Angkat dong, Bay!" Kesal Lintang, sudah tiga kali diamenelpon Bayu namun telpinnya tidak diangkat-angkat.

Gadis itu tersenyum ketika Bayu mengangkat telponnya. "Hallo, Bay."

"Ada apa?"

"Bay, kamu bisa antar aku ke rumah sakit? Bang Satria gamuk lagi." Tanya Lintang penuh harap, semoga saja Bayu mau mengantarnya.

"Maaf, Tang. Aku gak bisa. Penyakit Amel kambuh lagi." Jawaban Bayu mampu membuat Lintang tertawa miris.

"Sebenarnya yang pacar kamu, aku atau Amel sih?"

"Tang, tolong ngerti. Penyakit Amel kambuh, jangan kekanak-kanakan deh." Ujar Bayu dari dalam telpon. Suaranya terdengar meninggi.

Sakit! Hati Lintang sangat sakit mendengarnya! Bayu membentaknya hanya karna membela Amel?!

Lintang terkekeh miris. "Kamu bentak aku?"

"Tang, maaf...aku kelepasan."

"Basi! Belain aja terus temen kamu, aku jadi curiga kalau kalian pacaran."

"Tang--"

"Bacot!" Kesal Lintang. Masabodo dengan janjinya dulu, menurutnya Bayu benar-benar keterlaluan.

****

Lintang mengusap hidungnya yang mengeluarkan darah dengan kasar. Tak ingin menyerah, Lintang terus berusaha menegangkan Satria walaupun pria itu sudah menyakitinya berkali-kali.

"Bang, sadar! Kak Nadia udah meninggal!" Teriakan lantang Lintang berhasil membuat Satria membeku.

Satria menggeleng. "Enggak! Nadia gak mungkin meninggal."

Lintang memeluk Satria erat, dirinya harus kuat! "Bang Satria, jangan begini! Bang Satria harus sembuh."

Seorang dokter menghampiri mereka, lalu menyuntikkan obat penenang kepada Satria. Perlahan tubuh pria itu mulai meledak, suaranya memelan, tidak lama kemudian dirinya tertidur.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya dokter perempuan itu.

Lintang mengangguk, kemudian mengikuti langkah dokter wanita itu. "Ada apa dokter?"

"Lintang, kondisi Satria semakin hari semakin memburuk. Bahkan dokter-dokter yang lainpun sudah menyerah untuk mengobatinya."

Hati Lintang berdenyut nyeri. "Dokter saya mohon, tolong selamatkan bang Satria. Dia salah satu alasan saya untuk bahagia sampai saat ini! Dia segalanya bagi saya dokter."

PERISAI PELINDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang