Jungwoo akhirnya sampai di tempat tujuannya, salah satu destinasi yang paling terkenal ketika musim panas yaitu Pulau Jeju. Jungwoo tersenyum lebar ketika keluar dari area dermaga, "udara kebebasan ini.. aku sangat menyukainya!"
Jungwoo setengah berlari saking senangnya, dia segera menuju ke tempat peminjaman sepeda dan menaiki sepeda sewaan untuk berkeliling sekitar pesisir pantai. Semilir angin yang menyentuh kemeja yang dipakainya membuat Jungwoo semakin bersemangat. "Yuhuuu!!"
Setelah menikmati bersepeda, Jungwoo makan siang di salah satu kedai tepi pantai yang menampilkan deburan ombak dari dekat. Suara deburan ombak itu seolah menina-bobokan dirinya sehingga dengan waktu cukup cepat dia sudah tertidur sampai pemilik kedai harus membangunkan Jungwoo.
Jungwoo tersenyum cerah, ia menikmati mi instan dengan hidangan laut yang dipesannya itu dengan penuh syukur. Sesekali Jungwoo menutup matanya untuk menikmati sensasi dari rasa makanannya juga untuk fokus mendengar debur ombak.
Jungwoo kembali mengunyah sambil tersenyum lebar, "aaaah aku ingin liburan ini lebih panjaaaaaang!"
Ketika membuka matanya, Jungwoo melihat ombak semakin besar dan langit menjadi berwarna keabuan secara tiba-tiba. "Hmm, sepertinya aku menambah mi instannya.." Jungwoo sama sekali tidak khawatir akan apapun, dia masih merasa senang dengan keputusannya untuk kabur ini.
"Bibi-nim, tolong satu porsi lagi!!"
Jungwoo bahkan tidak memikirkan dimana dia akan tidur malam itu. Dia benar-benar tidak perduli untuk tidur di pinggir jalan saja mungkin(?) Tetapi karena kondisinya hingga kini hujan angin dengan lebat sejak tadi tidak berhenti bahkan setelah berjam-jam. Jungwoo sedikit khawatir karena kedai itu akan segera tutup, "aku harus bagaimana ya?"
Bibi pemilik kedai mendekatinya "anak muda, kemana tujuanmu? Hujan sangat deras mungkin aku bisa antar jika kita searah" jelasnya
Jungwoo tersenyum, "bibi-nim, saya belum memesan penginapan. Apakah bibi bisa memberikan rekomendasi untuk saya?"
Bibi itu cukup terkejut, "sebentar, sebentar.. aku punya satu rumah singgah yang bisa kau pakai dulu untuk malam ini, aku akan mengantar kau menemui pemiliknya besok."
"Terima kasih banyak bibi-nim!" Jungwoo terselamatkan malam itu ia tak perlu tidur di luar saat badai begini.
"Aku akan mengantarmu, tapi karena letak rumahnya berada di dalam gang jadi aku hanya dapat mengantar sampai ke jalan depan saja, tidak apa kan?"
"Tentu! Saya sangat bersyukur sekali"
Bibi itu tersenyum, "sayang sekali anak gadisku sudah menikah tahun lalu, kalau belum pasti aku ingin mengenalkannya pada pria seperti kamu hahaha"
"Bibi-nim bisa saja!" Jawab Jungwoo sambil tertawa kecil
.
."Jalan ke sana sejauh 100 meter, lalu rumahnya nomor .." saat sang bibi menjelaskan alamat rumah itu petir yang cukup besar menyambar sehingga Jungwoo tak mendengar dengan jelas tetapi sang bibi terus melanjutkan kalimatnya. "-- ingat rumah tradisional dengan pagar batu!" Jelasnya lagi
Jungwoo mengangguk, ia mengeluarkan payung lipat dan pamit pada bibi itu setelahnya. Jungwoo sebenarnya ingin menanyai alamatnya sekali lagi, tapi sang bibi terburu-buru untuk pergi menjemput cucunya karena hujan lebat.
Jungwoo berjalan sambil melompati genangan air seperti seorang anak kecil, dia bahkan tidak keberatan untuk terjatuh. Jungwoo menertawai kelakuannya sendiri, lalu bergegas menuju ke alamat yang disampaikan oleh bibi tadi.
Jungwoo sampai dan mendapati dua rumah tradisional yang berhadapan dengan pagar batu. Jungwoo tidak yakin rumah mana yang di maksud karena tadi ia tak mendengarkan dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Escape✅️
Fiksi PenggemarJungwoo seorang yang berjiwa bebas kesulitan mendapat cuti resmi dari pekerjaannya, jadi ia memiliki ide brilian dengan 'kabur'. Demi menjaga profesionalitasnya (?) Dia meninggalkan sepucuk surat di meja kerjanya dan tentu saja hal tersebut membuat...