"Bagaimana ini?"
Bibi pemilik kedai menjelaskan bahwa rumah singgah itu sudah disewa oleh pasangan baru yang akan datang pada hari itu.
Jungwoo berpikir sangat serius, "baiklah bibi, jangan merasa bersalah. Saya akan mencoba mencari penginapan lain. Terima kasih banyak"
Dengan sepeda yang kemarin dipinjamnya, Jungwoo segera menuju setiap penginapan yang ditemuinya sepanjang jalan. Namun tidak menemukan satupun penginapan yang tersedia karena memang sedang musim liburan. Jungwoo sedikit mengesalkan mengapa cuaca di musim panas masih sering hujan badai, karena kalau tidak dia ingin menikmati tidur di ladang hijau yang mengarah langsung ke lautan. Lokasi terbaik yang ditemuinya di internet adalah di dekat rumah semalam.
Jungwoo tidak ingin menyerah dengan liburan yang didapat dengan susah payah ini, dia juga bahkan menuju ke pusat informasi untuk wisatawan dan kali ini juga nihil.
Jungwoo malah menemui beberapa orang yang menawarkan rumah mereka karena merasa kasihan tapi tidak mungkin Jungwoo ikut tinggal bersama ketika pemiliknya berada disana, alasan lain adalah Jungwoo sedikit takut karena pemilik rumah memasang ekspresi aneh sambil tersenyum menatap wajahnya. Jungwoo cukup merinding dibuatnya. Dia segera menuju ke tempat penyewaan sepeda yang berada di depan dermaga. Ketika sedang mengantri untuk mengembalikan sepeda disana, berita yang disiarkan di TV menunjukkan bahwa terdapat kabar orang hilang yang menampilkan ciri-cirinya juga informasi pribadi lain disana. Jungwoo melotot melihat itu, "wah, apakah sekarang aku benaran menjadi buron?" Bisiknya agar tak terdengar oleh orang lain. Tak lama, wajah Jungwoo terpampang jelas di layar televisi yang besar itu, "sial"
Jungwoo segera memakai masker yang berada di saku bajunya tanpa banyak berpikir lagi, jika tidak pergi ke luar negeri maka dia akan tamat tapi tidak mudah memesan tiket ke luar negeri jika sudah seperti ini, pikir Jungwoo. Dia segera menyelesaikan pembayaran denda dan lain-lain, sebelum ada yang menyadari keberadaannya disana kemudian langsung pergi.
Jungwoo yang sudah sibuk kesana kemari itu mulai merasa lapar. "Haaa~ ayo makan dulu"
------
Sejak pagi, Ayu sudah pergi menuju ke salah satu musium yang ada di pulau jeju, itu adalah musium teh Ossuloc. Dia mengikuti kelas membuat teh disana setelah melakukan reservasi kemarin, juga berkeliling ditemani pemandu yang menggunakan bahasa Inggris.
Ayu menikmati waktunya, ia banyak memotret daun teh yang beraneka ragam dan hal-hal yang menarik perhatiannya. Dia bahkan sudah melupakan kejadian pagi itu yang tak sengaja bertemu pria tanpa atasan di sisi bangunan rumah tinggalnya di Jeju.
Setelah menyelesaikan kelas membuat teh, Ayu segera memesan kue yang dijual di cafe yang ada di musium tersebut. Ayu berdiam diri sejenak, jujur saja dia masih memikirkan mengenai John yang hampir menjadi suaminya itu. Ayu menyentuh gelas teh dengan gerakan memutar lalu menghela napas. "Ah.. sebaiknya aku menggambar saja." Ayu mengeluarkan buku sketsa dan pensil yang dibawanya untuk membunuh waktu.
Ayu selanjutnya mengikuti jadwal yang sudah dibuat sebelum berangkat ke Korea. Dia mengunjungi restoran yang menyediakan menu ikan Hairtail yang terkenal di Jeju, tetapi porsi itu terlalu besar untuk dimakannya sendiri jadi ia cukup bimbang apakah harus dibungkus atau bagaimana?
Tepat saat itu, Jungwoo datang ke restoran yang sama. Jungwoo melihat sekeliling dengan cepat dan ketika matanya menuju kepada satu orang ia langsung menghampirinya. "Permisi nona, kebetulan sekali kita bertemu disini, bolehkah saya makan di meja ini bersama anda?" Tanyanya sopan sambil menunjukkan wajahnya. Jungwoo berpikir bahwa orang asing tidak mungkin melihat berita dan itu akan sangat natural jika Jungwoo berpura-pura berteman akrab dengan wanita ini
Ayu sedikit terkejut karena tiba-tiba ditanya seperti itu, tetapi ia juga tidak ingin cucu pemilik rumah* menganggapnya tidak sopan "Oh, boleh silakan.. kebetulan saya sudah selesai"
Ketika Ayu hendak beranjak dari duduknya, Jungwoo segera menahan lengannya. "Ayo kita makan bersama! Haha" ucap Jungwoo dengan senyum lebar
Ayu yang sebenarnya sudah tidak berselera untuk makan jadi memilih untuk duduk saja disana. Dia memperhatikan Jungwoo yang segera memesan nasi dan beberapa lauk. "Nona, saya akan traktir makanan penutup yang enak untuk anda kalau anda sudah selesai makan"
Ayu hanya mengangguk saja, tidak begitu memahami apa yang disampaikan Jungwoo.
Jungwoo mulai bertanya pada Ayu untuk memecah keheningan antara mereka. "Nona berencana berlibur berapa lama?"
Ayu mengeluarkan ponselnya, menekan aplikasi penerjemah disana dan menyodorkannya pada Jungwoo. "Maaf, saya kurang fasih berbahasa Korea"
"Ah benar juga." Jungwoo menyadari itu dan menertawai dirinya sendiri. Jungwoo mulai mengetik disana dan mereka melanjutkan berbincang melalui aplikasi penerjemah itu.
"Saya berencana berlibur selama dua sampai tiga minggu" jawab Ayu
"Apakah anda memiliki rencana ingin mengunjungi tempat wisata tertentu?" Tanya Jungwoo lagi
Ayu memberikan isyarat untuk menanti sebentar, kemudian mengeluarkan sebuah buku yang dipenuhi jadwal dari tasnya. "Itu" tunjuknya pada buku itu
Jungwoo tersenyum menatap jadwal yang sungguh sempurna disana, "anda menuliskannya dengan sangat baik" pujinya dengan tulus, tiba-tiba dia terpikir ide aneh. "Nona, maukah anda berlibur bersama saya?"
Ayu menatap Jungwoo dengan tatapan aneh
Jungwoo segera menjelaskan sebelum Ayu berpikir yang tidak-tidak. "Saya juga ingin mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di catatan anda. Kita akan menghemat biaya transportasi kalau datang bersama, juga beberapa tempat disana memberikan diskon jika datang bersama pasangan"
Wajah Ayu tampak semakin masam, Jungwoo dengan cepat mengetik dan menunjukkan layar ponsel itu pada Ayu, "Saya bukan orang aneh, maksudnya saya hanya menyukai diskon. Diskonnya sungguh lumayan! Oh bukan, jadi maksud saya begini jika kita datang bersama ke loket tiket maka penjaganya akan berpikir kita adalah pasangan tanpa kita harus menjelaskan dan anda boleh menolak jika merasa keberatan!"
Ayu menatap wajah Jungwoo yang tampak meyakinkan itu, kemudian dia bertanya "mengapa anda tidak berlibur dengan teman-teman anda atau keluarga selama pulang ke Jeju?" *Ayu masih berpikir Jungwoo adalah cucu pemilik rumah
Jungwoo tampak bingung dengan pertanyaan itu, "saya sudah sering bersama mereka" jawabnya dengan asal agar Ayu menyetujui rencananya
Ayu tersenyum, "baiklah"
Jungwoo saat itu sangat senang, dia tak menduga kalau Ayu akan menyetujuinya begitu saja. Jungwoo mengulurkan tangannya "yo ulangi setelahku, partner liburan" Jungwoo berusaha bicara dengan bahasa Inggris
Ayu tertawa kecil, "partner liburan" ucapnya mengulangi apa yang disebutkan Jungwoo setelahnya.
Saat itu makanan pesanan Jungwoo datang, dia memberikan seporsi mochi dan es krim kepada Ayu. "Silakan dimakan, nona" Jungwoo memberikan senyum yang sangat indah pada Ayu
Ayu cukup terkejut karena dipesankan makanan penutup, "ah, terima kasih. Sungguh" Ayu merasa pria di depannya itu cukup perhatian (?) Kepada orang yang baru dikenalnya.
Ayu mulai memakan dessert-nya sedangkan Jungwoo memakan lauknya yang dipesan dengan lahap. Melihat itu, membuat Ayu memberikan daging ikan yang belum disentuhnya. Ayu kembali menggunakan aplikasi penerjemah "anda tidak perlu menerima ini jika merasa keberatan. Saya belum menyentuhnya sama sekali" jelas Ayu disana
Jungwoo tersentuh, dia yang menganggap semua orang yang memberi makanan adalah orang baik langsung memandang Ayu dengan tatapan berbinar. "Anda adalah malaikat!" Ucapnya langsung
Ayu hanya mengangguk karena tidak memahami pujian Jungwoo barusan.
Jungwoo kini mendapat partner liburan, jadi dia mungkin dapat menggunakan nama asingnya jika ditanya oleh orang lokal yang melihat berita. Tetapi Jungwoo melupakan masalah lain yang tak kalah penting mengenai rumah tinggalnya ketika di Pulau Jeju. Yah, sepertinya dia baru akan memikirkannya nanti setelah mengisi perutnya itu.
🐶🌻
Morning Bestie💅
Gimana kabarnya hari ini?
Semoga tetap slaaaay💅 Wkakak
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Escape✅️
FanfictionJungwoo seorang yang berjiwa bebas kesulitan mendapat cuti resmi dari pekerjaannya, jadi ia memiliki ide brilian dengan 'kabur'. Demi menjaga profesionalitasnya (?) Dia meninggalkan sepucuk surat di meja kerjanya dan tentu saja hal tersebut membuat...