Teman

4 2 0
                                    

"Tugas kelompok kalian yaitu menanam kacang hijau atau kedelai menggunakan kapas. Minggu depan masing-masing kelompok membawa 4 gelas kaca plastik, dan kapas. Nanti saya akan menjelaskan lebih lanjut di minggu depan. Dan tugas kalian sekarang itu menggambar hasil dari pertumbuhan kacang hijau yang di tanam menggunakan kapas di buku di depan kalian. Mengerti?"

Bintang mengangkat tangannya ingin bertanya membuat semua tatapan mengarah pada gadis itu.

"Tugas menggambarnya perindividu Bu?"

"Tidak Bintang, tugasnya di buat secara berkelompok. Kan kalian sekarang duduk perkelompok jadi tugasnya dikerja sama-sama."

"Ah malas gue satu kelompok sama Bintang, mau kerja sendiri dia mah. Bu bisa gak saya pindah aja?" Tanya Satya teman kelompok Bintang.

"Gak bisa Satya, pokoknya kamu harus kerja sama dengan teman kelompok kamu sendiri."

"Boro-boro kerja sama, dia dengar saran kita dia kagak mau Bu," Cetus Serina juga satu teman kelompok Bintang.

"Saya gak mau tahu, kalian harus bekerja sama dengan baik. Oke?"

"Iya Bu," Seru semuanya.

Hira paling tidak suka menggambar. Dia paling lemah dalam hal seperti itu. Menatap kedua teman kelompoknya ia jadi menghela nafas pelan. Setahunya Hervian juga tidak bisa menggambar karena pernah sekali waktu pada saat mereka di sekolah sebelumnya mereka mendapatkan angka 75 karena hasil gambaran Hervian yang sangat berantakan.

"Kak Hervian aja deh yang gambar," Hira mendorong kertas yang di bagikan Bu Ningsih tadi pada Hervian.

"Enggak, gue gak bisa gambar kayak ginian. Suruh Niki aja sana."

Hira mengerucutkan bibirnya kemudian menoleh pada Niki yang kini menatap padanya.

"Niki lo tah---"

"Enggak,"Potongnya membuat Hira mengelus dadanya. Berbicara dengan Niki itu butuh kesabaran. Jika bukam memotong pembicaraan pasti Niki tak merespon ucapan kita, jadi siapin saja mentalnya buat cerita sama anak itu.

"Gue belum selesai ngomong Niki, jangan di potong gitu dong."

"Gini ya, gue sama kak Hervian itu gak bisa gambar jadi lo aja ya yang gambar, siapa tahu kan gambaran lo bagus."

Niki hanya menatap Hira dengan tatapan datar kemudian membuang wajah tak merespon ucapan Hira.

Tuh kan, apa yang di katakan Hira itu benar. Jika bukan memotong pasti tak merespon ucapannya. Benar-benar patung berjalan.

"Yaudah kalau gak ada yang mau gambar biar gue aja. Biarin nilai kita anjlok sekalipun!" Omelnya membuat seisi kelas menghadap Hira.

"Hira makanya gak usah satu kelompok sama si pembawa sial, liat  kan akibatnya," Sahut Reno.

"Gak usah ngaco lo kalau ngomong. Gue sama kak Hervian memang gak bisa gambar dari dulu. Mending urusin tuh tai hidung lo, eww."

Semuanya tertawa mendengar ocehan Hira yang mengatai Reno. Sedangkan Reno hanya melongos kesal kemudian keluar dari kelas karena malu karena ternyata memang ia punya tai hidung.

Hira melanjutkan mencoba menggambar tapi pada akhirnya ia kembali menghapus hasil gambarnya begitu seterusnya. Hervian yang melihat itu tidak bisa membantu karena dirinya memang tidak suka menggambar.

"Ih...ngeselin banget sih," Hira menidurkan kepalanya dengan wajah keruh. Andai saja ia punya keahlian dalam menggambar pasti pekerjaannya sudah selesai.

Hira asik memikirkan nasib kerja kelompoknya dan tak menyadari kalau Niki sejak tadi mengerjakan tugas kelompok mereka. Hervian yang melihat betapa lincahnya Niki menggambar di buat terkagum.

QUEEN STIKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang