Abimana memandang mantan istrinya yang berjalan bersama dengan sahabatnya. Jantungnya berdetak tak karuan mengingat betapa jahatnya ia menyakiti perempuan baik itu.
Semakin mantan istrinya itu semakin dekat, itu semakin membuat Abimana kembali mengingat semua kenangannya denan Nandina sang mantan istri.
"Benar ya kata orang, kalau perempuan di tangan laki-laki yang tepat pasti dia tambah cakep," Sindir Fariz menyeruput minumannya dengan tampang menyebalkannya.
"Lo nyindir gue?" Tanya Abimana kesal.
"Gue gak sebut nama, Sorry,"
Hariz memegang dengan erat tangan yang melingkar di lengannya. Ia meyakinkan pada istrinya itu kalau semuanya akan baik-baik saja. Ini pertemuan pertama antara Abimana dan Nandina setelah berpisah. Dan Hariz tahu bahwa Nandina sekarang ini berusaha menguatkan dirinya.
"Kalian sudah lama?" Tanya Hariz setelah berada di meja sahabatnya.
"Gak juga. Eh hai Nandinaku," Sapa Fariz yang langsung mendapatkan tabokan dari Fariz.
"Posesif sekali anda,"Cibirnya.
"Gak usah dengarin, ayo duduk sayang," Hariz mempersilahkan sang istri untuk duduk di dekatnya.
"Gimana keadaan lo Din?" Tanya Fariz.
"Gue baik, lo gimana?"
"Seperti yang lo lihat gue baik dan selalu bahagia karena istri gue hamil lagi," Perkataan Fariz membuat Nandina maupun Abimana dan Hariz melongo. Pasalnya istri Fariz baru saja melahirkan sepuluh bulan yang lalu dan sekarang istrinya hamil lagi. Benar-benar Fariz ingin menggapai cita-citanya sejak dulu yang mempunyai banyak anak.
"Mantap juga lo," Kekeh Hariz.
"Iya dong gue kan kuat," Candanya. "Eh tumben lo diam aja Abi, lo kenapa?" Tanya Fariz seolah-olah tak tahu kenapa dengan sahabatnya.
"Gue gak papa," Ucapnya.
"Eh gue izin ke yang lain dulu ya, Niken chat gue," Pamitnya sengaja menghindari Abimana karena tahu kalau mantan suaminya itu merasa canggung dengan keberadaanya.
"Salamin sama mantan gue Din,"
"Ada-ada aja lo."
Abimana bersyukur karena Nandina pergi dari meja ini. Sejak tadi ia tak enak berada di tengah-tengah orang yang dulu mengisi hari-harinya. Rasa penyesalan kembali menggerogotinya saat melihat wajah Nandina yang sudah banyak berubah, tidak seperti dulu di mana ia yang selalu membuat perempuan itu menangis.
Lama mereka berbincang-bincang dengan semua teman-teman mereka yang sudah hadir, tiba-tiba terdengar suara ponsel yang berbunyi.
Hariz memandang siapa yang menelfon di Hp-nya sebelum mengangkatnya.
"Itu Hira kan? Angkat Hariz siapa tahu anak lo butuh sesuatu," Fariz menekan kata anak membuat Abimana panas mendengarnya.
"Hal------"
"Papa! Pulang sekarang Pa, hiks,"
Hariz langsung khawatir mendengar Hira yang menangis termasuk Abimana sendiri.
"Kamu kenapa Nak?"
"Tangan Hira di tumpahi air panas. Pulang sekarang Pa, Hira mau Papa,"
Suara tangis Hira semakin menjadi-jadi membuat Hariz berusaha menenangkan putrinya karena Hira akan sesak jika banyak menangis membuat Hariz berusaha menenangkan putrinya itu.
"Tenang ya, sekarang Hira tarik nafas dulu,"
Terdengar suara tarikan nafas dari seberang sana membuat Hariz sedikit lega.

KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN STIKER
Fiksi RemajaHira Lalita adalah perempuan penyuka emoji stiker. Gadis berusia 17 tahun itu akan memberikan stiker kepada orang-orang yang membuat gadis itu kesal ataupun di sukainya. Gadis itupun di pertemukan dengan laki-laki yang kerap kali di Bully di sekolah...