Kama terus memukuli Niki yang sudah terbaring di tanah. Sepulang Niki dari sekolah Kama langsung memukul Niki di belakang rumahnya. Kama bisa leluasa memukuli Niki karena Papanya belum pulang.
Kama terus melampiaskan amarahnya pada Niki karena mendapatkan simpati dari teman kelasnya dan parahnya lagi ia mendapatkan perhatian dari Hira dan Hervian.
"Den sudah den!" Pak soni berusaha menghentikan Kama yang kini menendang Niki.
"Den sudah," Pak Soni berhasil menghentikan Kama yang nafasnya naik turun.
"Lepas!"
Kama maju lagi kemudian menarik Niki berdiri yang di beberapa wajahnya terlihat mengeluarkan darah.
"Gue suka sama Hira tapi dengan entengnya lo dekatin dia anjing!"
"Hira milik gue dan lo jangan berharap bisa dekat sama dia."
Kama melepaskan kerah baju Niki dengan kasar kemudian berbalik ingin masuk ke rumahnya tapi sebelum ia masuk sudah berdiri perempuan yang berstatus sebagai ibunya yang kini menatap dengan datar.
Kama tak berbicara dengan ibunya karena ia sudah tahu apa yang akan di lakukan ibunya setelah ia pergi dari sini.
Kamilia berjalan mendekat pada Niki yang sedang meringis kesakitan. Ia lantas memegang bahu anak itu dengan keras dan menatapnya dengan tajam.
"Kamu buat masalah apa lagi?"
"Aku gak buat masalah tante."
Kamilia terkekeh sinis dan langsung menampar Niki.
Plak
"Anak pembawa sial, kalau kamu gak buat masalah Kama gak mungkin marah sampai kayak gini!"
"Tidak bisaka kamu hilang dari bumi ini aja? Kamu itu bikin keluarga saya sial tahu gak!"
Plak
"Bu sudah Bu kasihan Den Niki," Pak Soni dengan keberaniannya menghentikan Kamilia.
"Gak usah ikut campur!" Kamilia kembali menatap Niki. "Saya harap kamu secepatnya mati Niki."
Niki tak sakit hati dengan apa yang dikatakan tantenya itu. Perkataan terakhir tantenya seperti sudah makanan sehari-harinya jadi ia sudah kebal.
"Biar saya bantu obati Den," Tawar Pak Soni.
"Gak usah Pak biar saya aja."
"Kak Niki."
Niki tersenyum tipis melihat siapa yang datang. Ia adalah Sabila, bocah berusia 7 tahun, anak kedua dari Kamilia dan Sabana. Ia sangat dekat dengan Sabila karena ia sering membantu Sabila mengerjakan tugasnya.
"Kak Kama pukul Kak Niki lagi?" Tanya Sabila. Sabila hanya sekedar bertanya saja karena ia sudah tahu jawaban yang sebenarnya. Ia sudah melihat semuanya sejak Kama yang menarik Niki ke belakang rumah.
"Gak kok, kakak sama Kama cuma main perang-perangan aja dan kakak kalah, jadi kayak gini deh."
"Bohong!" Pekik Sabila tiba-tiba dengan isakan yang keluar dari mulutnya.
"Sabila sudah lihat semuanya, kak Kama tiba-tiba pukul kakak waktu Kakak baru pulang. Sabila akan aduin sama Papa kalau Kak Kama jahat."
"Jangan Sabila," Niki berjongkok menyamai tingginya dengan Sabila.
"Jangan kasi tahu ya sama Papa kamu. Kak Niki akan sedih kalau kamu aduin Kak Kama. Jangan ya," Bujuknya.
"Tapi Kak Kama nakal Kak. Wajah kakak sampai jelek kayak gini," Isaknya membuat Niki kembali tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN STIKER
Teen FictionHira Lalita adalah perempuan penyuka emoji stiker. Gadis berusia 17 tahun itu akan memberikan stiker kepada orang-orang yang membuat gadis itu kesal ataupun di sukainya. Gadis itupun di pertemukan dengan laki-laki yang kerap kali di Bully di sekolah...